Pages

feature content slider

Powered by Blogger.

Pages - Menu

Popular Posts

Arsip Blog

Blogger templates

[gudang-ilmu] Artikel: Tuhan, Terimalah Taubatku

 

Artikel:
Tuhan, Terimalah Taubatku
 
Hore, Hari Baru! Teman-teman.
                                                                                              
Tidak seorang pun manusia
yang sudah memasuki masa akil baligh terlepas dari dosa. Sesempurna apapun kita
pasti pernah melakukan kesalahan. Ada diantara kesalahan itu yang kita sadari
dan ada juga yang luput dari kesadaran kita. Ada diantara dosa itu yang kita
sesali, dan ada juga yang kita anggap enteng saja. Ah, cuma segitu aja kok.
Duh, padahal dosa yang ukurannya sebesar debu pun kalau tidak termaafkan pasti
harus kita pertanggung jawabkan. Bukankah debu itu kecil? Benar. Tetapi perhatikanlah
meja yang tidak pernah dibersihkan dirumah kita. Bukankah lama kelamaan
tertutup penuh oleh debu? Debu itu lalu melekat lengket. Jadilah dia noda,
hingga rusaklah meja indah kita. Jika debu itu tidak pernah dibersihkan, maka
lama-lama akan menumpuk menutupi semua permukaan hati kita. Dan ketika hati
tertutupi oleh debu dosa-dosa kecil yang kita abaikan itu, maka kita tidak lagi
bisa membaca nurani.
 
Usia saya sekarang 41 tahun.
Saya memasuki masa akil baligh sekitar usia 11 tahun. Maka saya sudah berbuat
dosa selama 30 tahun. Tidak berbilang banyaknya. Jika saya menebus semua dosa
itu setiap hari, maka saya harus hidup dengan bersih tanpa dosa baru sambil
terus bertaubat hingga usia saya 71 tahun. Bagaimana seandainya usia saya hanya
sampai 61 tahun? Atau mungkin hanya 51 tahun? Atau hanya 41 tahun lebih sehari?
Bagaimana mungkin saya bisa menghapus semua debu dosa yang melekat itu? Oh, Tuhan, Terimalah Taubatku. Pencarian kesadaran ruhani
adalah sebuah perjalanan pribadi. Namun saya selalu ingin mengajak teman,
sahabat dan karib kerabat untuk menemani saya menelusuri perjalanan taubat itu.
Makanya saya berani melakukan pengakuan dosa secara terbuka dan menuangkannya
dalam buku Tuhan, Terimalah Taubatku. Bagi Anda yang tertarik menemani
saya belajar bertaubat atas dosa-dosa yang sudah kita perbuat, saya ajak memulainya
dengan menggunakan kemampuan Natural Intellligence kita untuk menyadari 5 teritori
terbesar tempat bertumpuknya dosa sebagai berikut:
 
1.      Dosa kepada orang tua. Kita memang sering diajari untuk
berbakti kepada orang tua. Tetapi, benarkah kita sudah berbakti kepada ayah dan
bunda? Benarkah? Jikapun kita sudah mampu memberi materi kepada mereka, apakah
materi yang kita berikan itu lebih banyak dari dosa-dosa kita kepada mereka? Mari
renungkan kembali jawabannya. Kita juga sering mengira bahwa orang tua itu
hanyalah terbatas pada ayah yang menikahi perempuan yang mengandung kita; ayah
dan ibu kandung kita. Padahal, bagi setiap orang yang sudah menikah; orang tua
juga berarti ayah dan ibu mertua. Sekedar memiliki hubungan yang baik dengan
mereka, sudahkah kita? Mari renungkan kembali apakah kita sudah menjadi menantu
yang pantas bagi mertua kita? Sudahkah kita memulaikan mereka? Ataukah masih
merasa bahwa mereka hanya kebetulan saja menjadi orang tua istri atau suami
kita? Termasuk dosa kepada mertua adalah ketika kita bertindak semena-mena
kepada istri atau suami kita. Mengapa? Karena tidak ada orang tua yang ingin
anaknya diperlakukan tidak pantas oleh orang lain. Sekalipun orang lain itu
disebut sebagai menantu. Sudahkah kita membersihkan diri atas dosa kepada orang
tua?
 
2.      Dosa kepada keluarga. Bagi orang yang belum menikah, dosa
kepada keluarga hanya sebatas kesalahan yang kita buat kepada kakak, adik dan
saudara. Bagi kita yang sudah menikah, dosa itu ditambah dengan semua hal buruk
yang kita lakukan kepada istri atau suami kita. Apakah hal buruk itu diketahui
oleh mereka. Ataukah sesuatu yang kita rahasiakan dari mereka. Mungkin, kita
memang bisa menyembunyikannya dari pasangan hidup kita. Tetapi, apakah kita
bisa bersembunyi dari pengawasan Tuhan? Beranikah Anda melawan Tuhan? Kita
percaya jika Tuhan menyaksikan semua yang kita lakukan. Dan betapa beraninya
kita berbuat kemaksiatan dibawah pengawasan langsung Mata Tuhan. Takut? Oh,
bahkan malu pun tidak kita ini kepadaNya. Jika sampai diketahui oleh orang lain,
kita merasa malu alang kepalang. Tidak tahu lagi muka ini harus disimpan
dimana. Tetapi justru kita berani melakukannya dihadapan Tuhan. Oh Tuhan, Terimalah Taubatku.
 
3.      Dosa kepada orang-orang disekitar kita. Tidak seorang pun
hidup secara soliter dizaman ini. Memang kita tidak bisa hidup tanpa orang lain
kok. Maka tidak mungkin jika kita tidak pernah berbuat salah kepada mereka.
Bisa jadi, begitu banyak debu yang tidak kita sadari. Misalnya saja, ketika
kita memarkir mobil didepan garasi tetangga. Kita tidak tahu jika tetangga kesal
karena jalannya terhalang oleh mobil yang kita parkir sembarangan. Tanpa disadari,
perangai kita baik kepada orang yang jauh, tetapi buruk terhadap tetangga dekat.
Termasuk orang-orang disekitar kita adalah mereka yang setiap hari kita temui
dikantor tempat kita bekerja. Kepada bawahan, kita sering tergoda untuk
bertindak semena-mena. Kepada atasan, kita sering memandang penuh curiga.
Kepada teman sejawat, kita sering tanpa segan menyikut dan menyudutkannya hanya
untuk mencari muka atasan. Mari kita renungkan kembali, apakah semua dosa itu
sudah kita sadari? Bukankah ini saat yang tepat untuk meminta maaf kepada mereka?
Tidak usah minta maaf jika kita berani membawanya ke pengadilan Tuhan kelak. Tetapi,
bukankah kita tidak memiliki keberanian itu?
 
4.      Dosa yang tidak terhindarkan.Diantara dosa-dosa
yang sudah kita perbuat, ada begitu banyak yang sebenarnya bisa kita hindari. Kepada
orang tua, misalnya. Kita punya pilihan apakah akan berbakti atau durhaka.
Kepada mertua, apakah kita akan menggerutu atau rela. Kepada istri dan suami,
apakah kita akan menjaga kepercayaan atau mengkhianatinya. Kita mempunyai
pilihan terhadap semua itu; apakah akan melakukannya atau tidak. Tetapi ada
dosa-dosa yang kita lakukan karena kita tidak memiliki pilihan selain
melakukannya. Saya memiliki dosa serupa itu. Misalnya, ketika bekerja sebagai
profesional dulu; saya harus menjalankan tugas melakukan PHK karena terjadi
pengurangan jumlah tenaga kerja. Jika PHK itu dilakukan karena kesalahan
karyawan, saya tidak pernah ragu melakukannya. Tetapi, mereka adalah
orang-orang baik yang berdedikasi kepada pekerjaannya. Menghidupi keluarga
lewat pekerjaannya yang mulia. Bagi mereka yang masih muda dan mudah mencari
pekerjaan baru, tentu itu bukan masalah. Tapi bagi mereka yang usianya 'tanggung'? Tuhan, Terimalah Taubatku.
 
5.      Dosa kepada Tuhan. Bagaimana jika usia saya hanya sampai 41
tahun lebih sehari? Tiba-tiba saja saya menyadari bahwa ternyata ruh ini
bergelimang dosa dan noda-noda yang mengotori sekujur tubuh saya. Padahal saya
belum sempat meminta ampunan atas semua kesalahan yang telah diperbuat semasa
saya hidup kemarin. Saat teringat atas semua dosa itu, saya segera menyadari
bahwa tidak ada jalan kembali ke muka bumi untuk membenahi diri. Semuanya sudah
terlambat kini. Saat itu juga saya diserang oleh ketakutan yang menjadi-jadi;
bagaimana mungkin saya bisa lolos dari hukuman Tuhan atas dosa-dosa yang saya
lakukan?  Tuhan, Terimalah Taubatku
 
Saya
menulis buku Tuhan, Terimalah Taubatku itu untuk menyatakan pengakuan atas
dosa-dosa saya. Sekaligus berharap agar semua orang yang pernah saya sakiti
berkenan memaafkan kesalahan saya. Saya menulis artikel ini, juga untuk tujuan
yang sama. Sahabat, mohon dimaafkan semua kesalahan dan dosa saya. Jika sampai
umur saya di ujung ramadhan ini, maka pemberian maaf Anda adalah hadiah
terindah dihari Iedul Fitri. Tetapi, jika umur saya tidak sampai kesana; maka
maaf Anda adalah bekal terindah untuk perjalanan pulang saya. Dan jika Tuhan
berkenan memberi umur lebih panjang lagi, maka maaf yang Anda berikan itu
menjadi titik pemberangkatan yang baru bagi saya. Semoga dimasa depan saya bisa
sedapat mungkin mengurangi perbuatan-perbuatan yang tidak patut kepada Anda. Kalaupun
saya kepeleset lagi, tolong; ingatkanlah saya. Tuhan, Terimalah Taubatku.
 
Mari Berbagi Semangat!
DEKA – Dadang Kadarusman - 24 Agustus 2011
Penulis buku "Tuhan Terimalah
Taubatku"
2 HOURS AT YOUR BUDGET™ Since 17 August 2011
http://www.dadangkadarusman.com
 
Catatan Kaki:
Setiap
kata maaf yang kita dapatkan adalah cairan pembersih bagi noda yang mengotori
jiwa kita. Saat kita meninggal, maka jiwa itulah yang akan kita bawa.
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda
nilai bermanfaat bagi yang lain. Tapi tolong, jangan diperjualbelikan ya.

Follow DK on Twitter @dangkadarusman

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
.

__,_._,___
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori dengan judul [gudang-ilmu] Artikel: Tuhan, Terimalah Taubatku. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://tempat-belajar-bisnis-online.blogspot.com/2011/08/gudang-ilmu-artikel-tuhan-terimalah.html. Terima kasih!
Ditulis oleh: Andriansyah - Tuesday, August 23, 2011

Belum ada komentar untuk "[gudang-ilmu] Artikel: Tuhan, Terimalah Taubatku"

Post a Comment

Blogger news