Pages

feature content slider

Powered by Blogger.

Pages - Menu

Popular Posts

Blogger templates

[gudang-ilmu] Artikel:  Kapan Harus Membuka Dan Menutup Pintu Hati Kita?

[gudang-ilmu] Artikel: Kapan Harus Membuka Dan Menutup Pintu Hati Kita?

 

Artikel:  Kapan Harus Membuka Dan Menutup Pintu Hati Kita? 
 
Hore,
Hari Baru!
Teman-teman.
 
Tentu kita masih ingat tentang frase 'membuka pintu hati'. Pernyataan ini tidak hanya berlaku untuk urusan menerima atau menolak kehadiran seseorang dalam hidup kita. Melainkan untuk hal apapun yang melibatkan perasaan hati. Atau segala sesuatu yang berkaitan dengan proses pengambilan keputusan. Hingga tindakan yang akan kita ambil sebagai respon terhadap suatu keadaan. Hati kitalah yang menentukan apakah kita mengalah, atau melawan. Hatilah yang menentukan apakah kita akan mendendam atau memaafkan. Lebih dari itu, hatilah yang menentukan apakah kebaikan yang kita lakukan itu bernilai pahala dimata Tuhan atau sekedar tebar pesona dihadapan sesama manusia.   
 
Ketika tiba di rumah sore itu, saya mendapati sebuah kejanggalan. Pintu kamar saya tidak berdiri tegak sebagaimana biasanya. Jadi, pasti ada sesuatu dengan pintu itu. Benar saja. Tiang kusen tempat lazimnya sang pintu menempel jebol. Bagaimana bisa begitu? Ternyata bagian dalam tiang kusen itu keropos digerogoti oleh rayap. Padahal bagian luarnya terlihat baik-baik saja. Sama sekali tidak menujukkan kalau tiang kusen itu sedang menderita 'luka dalam' yang begitu serius. Gara-gara kejadian itu, pintu kamar kami tidak bisa ditutup sampai seorang tukang kayu tuntas memperbaikinya dua hari kemudian.
 
Selama pintu kamar itu tidak bisa ditutup, saya bertanya dalam hati; mengapa sih pintu harus ditutup? Tanpa kita sadari, keberadaan pintu merupakan wujud ekspresi bahwa pada dasarnya kita tidak ingin sembarangan orang memasuki rumah atau ruangan-ruangan khusus yang kita miliki. Pendek kata, pintu merupakan bagian dari proses pertahanan diri yang sangat kita andalkan. Ini berlaku dalam pengertian fisik, maupun mental. Bayangkan saja, seandainya kita tidak bisa menutup pintu rumah kita. Sembarangan orang bisa lalu lalang melintasinya. Padahal, tidak semua orang memiliki itikad yang baik ketika memasuki rumah orang lain. Dalam konteks abstrak, pintu hati memainkan peranan untuk mencegah agar segala sesuatu yang kurang berkenan bagi kita tidak bisa memasuki relung hati. Jika kita tidak pernah menutupnya, maka segala sesuatu bisa memasukinya tanpa kendali. Maka, jadilah kita orang yang terombang-ambing oleh sistem nilai apapun yang datang dari luar. Padahal,
belum tentu segala hal yang datang dari luar itu baik adanya bagi kita. Jika pengaruh dari luar itu malah menyakiti hati kita, mengapa kita mesti mengijinkannya masuk juga?
 
Bagaimana jika pintu rumah kita sama sekali tidak bisa dibuka? Tentu bukan kepatuhan semacam itu yang kita harapkan dari sang pintu. Sebab, meskipun pintu itu harus cukup tangguh untuk mencegah masuknya orang-orang yang tidak berkepentingan; dia juga harus sigap untuk membuka saat orang-orang yang pantas masuk membutuhkan akses. Persis seperti jiwa kita. Meskipun kita tidak ingin sistem nilai sembarangan masuk kedalamnya, tetapi ada banyak hal lain yang justru harus masuk kedalam sanubari kita. Karena, ada banyak penyemangat hidup dari luar yang bisa membesarkan hati. Dan ada banyak sistem nilai yang patut kita adopsi. Jika pintu hati kita juga tetap tertutup untuk hal-hal positif semacam itu, maka kita tidak akan pernah bisa meningkatkan nilai hidup.
 
Pertanyaannya sekarang adalah; bagaimana seandainya pintu rumah kita hanya terbuka bagi orang-orang yang berniat buruk, dan tertutup bagi orang-orang yang berniat baik? Tentu rumah kita akan menjadi tempat pertemuan para penjahat. Tidak mustahil jika kemudian para penjahat itu malah bersarang didalam rumah. Sehingga, cepat atau lambat kita juga akan berubah ikut menjadi jahat. Jika kita tidak ingin terlibat menjadi jahat, kita harus segera minggat. Padahal, itu rumah kita lho. Pertanyaan selanjutnya adalah; bagaimana seandainya pintu hati hanya terbuka bagi sistem nilai yang buruk, dan tertutup bagi nilai-nilai yang baik? Bukankah lama kelamaan hati kita akan menjadi sarang bagi biang dari segala keburukan? Padahal, kita bisa minggat dari rumah kita; tapi tidak bisa lari dari hati kita.
 
Ya. Ini cuma sekedar teori. Tetapi, mari kita coba melihat realitasnya sehari-hari. Mulailah dengan menanyakan kepada diri sendiri; apakah kita dapat dengan mudah menerima nasihat-nasihat baik, dan sulit untuk menerima sentimen-sentimen atau hasutan negatif? Jika demikian, pasti pintu hati kita berfungsi dengan baik. Ketika hati kita dipenuhi oleh niat baik, perilaku kita juga akan semakin baik. Pertanyaan sebaliknya; apakah kita lebih mudah menerima energi negatif, dan sering mengabaikan  bunyi-bunyi kecil yang mengalunkan himbauan bisik suci? Jika demikian, pastilah pintu hati kita tidak berfungsi dengan baik. Ketika hati kita dipenuhi oleh niat buruk, sikap dan perilaku kita juga akan semakin buruk.
 
Pintu hati juga berperan dalam menyeleksi energi positif dan energi negatif. Contoh ekstrimnya begini. Jika ada orang yang menampar Anda. Setelah itu, dia memberi Anda uang satu juta rupiah. Mana yang akan anda ingat paling lama; tamparannya dipipi anda, atau uang satu juta rupiah yang diberikannya? Jika atasan anda memberikan pekerjaan yang sangat berat, serta menuntut anda dengan tugas menyebalkan ini-itu . Lalu, diakhir tahun anda mendapatkan kenaikan gaji double digit. Anda lebih mengingat 'perlakuan menyebalkan' dari atasan anda atau kenaikan gaji Anda yang sudah susah payah diperjuangkannya kepada managament?
 
Jika kita dikecewakan oleh seseorang, kita sering terus mengingat kekecewaan itu sepanjang hidup kita. Tetapi, jika seseorang melakukan kebaikan pada kita, maka kita dapat melupakan kebaikan orang itu hanya dalam hitungan hari saja. Kita sering lupa bahwa seseorang telah berbuat baik pada kita. Kita lebih sering menerima sugesti berisi komplain kepada pekerjaan daripada berucap syukur sekalian mengatakan; "Tuhan, terimakasih bulan ini Engkau telah kembali memberi kami rezeki yang halal lagi baik." Kita lebih mudah mengingat peristiwa-peristwa yang mengecewakan di kantor daripada pelajaran-pelajaran penting yang kita peroleh dari ruang-ruang training.
 
Begitu banyak bukti yang menunjukkan bahwa kita sering keliru memerintahkan sang pintu hati untuk membuka dan menutup. Seharusnya, pintu hati kita tertutup untuk sifat dendam sehingga kita bisa menjadi manusia pemaaf. Kita boleh terus mengingat perilaku buruk orang lain kepada kita. Tujuannya, untuk menjaga diri agar jangan sampai orang itu dapat dengan mudah memperlakukan kita tanpa sopan santun dan kepantasan tindakan. Bukan untuk memelihara dendam. Sebab, ketika kita memeliharan dendam; seolah kita tidak percaya bahwa Tuhan akan memberikan balasan yang sepadan.
 
Seharusnya, pintu hati kita terbuka kepada nilai-nilai kebaikan sehingga semakin hari, kita bisa menjadi manusia yang semakin baik. Kita boleh mengambil sebanyak mungkin sistem nilai yang baik. Sehingga kita mempunyai begitu banyak referensi untuk menjadikan jiwa kita semakin baik. Tujuannya, untuk memberi diri kita berbagai alternatif sehingga semakin mudah untuk melakukan kebaikan. Jika kita tidak bisa melakukan kebaikan yang ini, masih ada refensi kebaikan lain yang itu. Jika kita tidak bisa membantu dengan materi, misalnya; maka kita bisa meringankan dengan kalimat-kalimat penghiburan.
 
Apakah ada orang yang menutup pintu hatinya untuk hal-hal positif? Banyak. Bahkan, bisa jadi kita juga demikian. Buktinya, betapa sering kita mencibir saat seseorang menyeru kita untuk menjauhi sifat curang? Betapa seringnya kita mengabaikan hibauan untuk menjalankan amanah yang kita emban dengan sebaik-baiknya, bukan malah mengkhianatinya. Dan betapa banyak pelajaran berharga yang disampaikan oleh seorang teman, namun kita meresponnya dengan mengatakan; 'apa urusan elu?'
 
Selama dua hari itu, kami tidak bisa leluasa melakukan aktivitas didalam kamar. Saat itu, seolah kami tengah disadarkan bahwa pintu merupakan sebuah komponen penting dalam hidup kita. Karena pintu bisa mencegah masuknya nilai-nilai buruk kedalam diri kita. Dan pintu harus mampu menjadi akses sesuatu yang baik untuk kebaikan hidup kita. Dengan kata lain, pintu hati kita harus bisa terbuka untuk memberi jalan masuknya kebaikan kedalam hati, sekaligus menjadi jalur pembuangan sifat-sifat buruk yang kita miliki. Lebih dari itu, pintu hati kita juga harus bisa kita tutup supaya tidak sembarangan sistem nilai buruk mempengaruhi diri kita. Sekaligus menjaga agar jangan sampai sifat-sifat baik yang kita miliki berceceran.
 
Apakah sifat baik kita bisa berceceran? Bisa. Karena, setiap manusia dilahirkan dalam keadaan suci. Itulah sebabnya, sewaktu masih kecil; kita semua adalah manusia-manusia yang berhati tulus. Berpandangan positif. Berpikiran jernih. Berniat baik. Namun, setelah beranjak dewasa kita sering bertingkah sebaliknya. Seolah kita tidak pernah memiliki sifat-sifat baik itu dimasa lalu. Padahal, seperti yang pernah disampaikan oleh guru mengaji saya sewaktu kecil;"Tuhan telah mengilhamkan kepada setiap jiwa nilai-nilai kebaikan dan keburukan. Beruntunglah orang yang mensucikannya. Dan merugilah orang-orang yang mengotorinya." Bersih dan kotornya jiwa seseorang sangat ditentukan oleh baik dan buruknya sesuatu yang keluar masuk kedalam hatinya. Sedangkan baik atau buruknya sesuatu yang masuk kedalam hati seseorang, sangat ditentukan oleh fungsi pintu hatinya.
 
Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman
Learning Facilitator  of "Fundamental Leadership Development" Program
http://www.dadangkadarusman.com/  
 
Catatan Kaki:
Membuka pintu hati agar hal-hal baik bisa masuk sama pentingnya dengan membukanya untuk membuat sifat-sifat buruk keluar darinya.
 
Melalui project Mari Berbagi Semangat! (MBS!) sekarang buku saya yang berjudul "Belajar Sukses Kepada Alam" versi Bahasa Indonesia dapat diperoleh secara GRATIS. Jika Anda ingin mendapatkan ebook tersebut secara gratis silakan perkenalkan diri disertai dengan alamat email kantor dan email pribadi (yahoo atau gmail) lalu kirim ke bukudadang@yahoo.com

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
.

__,_._,___
[gudang-ilmu] Artikel:  Sudah Layakkah Kita Untuk Mengenakan Dasi ?

[gudang-ilmu] Artikel: Sudah Layakkah Kita Untuk Mengenakan Dasi ?

 

Artikel:  Sudah Layakkah Kita Untuk Mengenakan Dasi ?
 
Hore,
Hari Baru!
Teman-teman.
 
Apakah selama beraktivitas di kantor anda mengenakan dasi? Atau, mungkin kolega anda ada yang berdasi. Secara tidak langsung kita sering mengkorelasikan dasi dengan posisi dan gaji tinggi. Jadi, jika dikantor ada orang yang berdasi dan yang tidak berdasi, serta merta kita berpikir bahwa orang yang mengenakan dasi memiliki hirarki yang lebih tinggi. Itulah sebabnya, dulu kita ingin sekali mendapatkan pekerjaan yang dekat dengan dasi. Tetapi, apakah sekarang kita sudah layak untuk mengenakan dasi?
 
Di tahun 1970-an dasi belum menjadi asesoris yang umum dikenakan oleh orang Indonesia.  Hanya mereka yang tinggal di perkotaan saja yang memakainya. Itupun jika mereka termasuk kedalam kalangan kelas atas. Atau orang-orang yang berpendidikan tinggi. Tapi, dikampung saya yang terpencil ada sebuah keanehan. Disana ada sebuah lemari pakaian yang menyimpan beraneka dasi, dalam warna yang beragam. Lemari itu ada di sebuah rumah. Dan rumah itu adalah milik Kakek saya. Ketika saya masih SD, Nenek mengenalkan saya kepada dasi. Dan cara saya sekarang mengikat simpul dasi, adalah hasil dari apa yang diajarkan oleh Nenek.
 
Bagi saya, dasi bukan hanya menarik sebagai pelengkap pakaian. Karena selain memperindah penampilan, dia juga memiliki sensasi yang mengesankan. Beda dengan kalung, dasi itu melingkar dekat sekali dengan leher. Namun, dia sama sekali tidak membuat kita tercekik. Tidak pula kelonggaran. Dengan kata lain, ukuran lingkar dasi menyesuaikan dengan ukuran leher pemakainya. Bukankah ini yang biasa kita sebut sebagai 'different stroke for different folk'?  Kita memperlakukan orang lain sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing. Prinsip ini tidak hanya digunakan dalam bidang HR dan kepemimpinan. Tetapi juga dalam konsep pelayanan kepada pelanggan. Intinya, jika kita mampu melayani atau memperlakukan orang lain sesuai dengan kebutuhannya masing-masing, maka kita bisa memperoleh tempat teristimewa dihatinya.
 
Dikantor-kantor bergengsi, dasi sudah menjadi identitas yang nyaris tak terpisahkan atas hirarki seseorang di perusahaan. Meskipun tidak selalu benar, namun dasi identik dengan kesuksesan karir seseorang. Jika kita berangkat ke kantor menggunakan dasi, penampilan kita terkesan lebih bonafid. Demikian pula halnya ketika berhadapan dengan pelanggan. Memang ada orang yang memakai dasi, tapi sebenarnya tidak memegang jabatan yang tinggi. Contoh orang yang seperti itu adalah saya beberapa belas tahun yang lalu. Saya mengenakan dasi meskipun status pekerjaan saya adalah tenaga penjualan, alias salesman. Dasi yang saya kenakan sama sekali bukan simbol jabatan saya yang keren. Melainkan karena perusahaan mendorong kami untuk menampilkan diri sebaik-baiknya dihadapan para pelanggan.
 
Faktanya, memang ada hubungan erat antara keunggulan penampilan seseorang dengan citra dirinya. Sedangkan citra diri yang positif melahirkan penghargaan kepada diri sendiri yang lebih tinggi. Misalnya, anda lebih percaya diri untuk memasuki gedung tinggi tempat para elit bisnis berkantor ketika mengenakan pakaian yang rapi dibandingkan dengan saat mengenakan seragam kumal. Citra diri yang tinggi juga meningkatkan penerimaan orang lain terhadap diri kita. Tidak mengherankan jika mereka yang berpenampilan menarik lebih diterima, dibandingkan yang lusuh tak terawat. Ini berlaku secara universal. Dan dasi, sedikit banyak memberikan andil untuk membentuk citra diri itu.
 
Ketika Presiden Direktur kami dulu menganjurkan para salesman mengggunakan dasi, sebenarnya beliau menginginkan agar kami mampu meningkatkan citra diri. Sehingga penghargaan kepada diri sendiri semakin tinggi. Karena, pekerjaan 'salesman' juga sama mulia dan terhormatnya dengan pekerjaan lain. Jika kita menjalaninya secara professional seperti penampilan kita itu, maka tentu kita akan mendapatkan hasil yang sepadan.
 
Sekarang, mari kita perhatikan apa yang dibutuhkan oleh seorang pekerja seperti kita untuk merajut kesuksesan dalam karir. Jika kita ingin berhasil dalam karir, sekurang-kurangnya kita mesti memiliki empat aspek penting berikut ini. Yaitu;
 

Dedication, atau dedikasi. Tidak ada pekerjaan yang bisa diselesaikan dengan baik tanpa dedikasi tinggi. Sehingga orang-orang yang kurang berdedikasi saat bekerja tentu tidak akan mampu menjadi karyawan yang layak dibanggakan. Sebaliknya, mereka yang memiliki dedikasi yang tinggi kepada pekerjaannya sudah pasti akan bersedia mengerahkan seluruh kemampuannya untuk memastikan hasil pekerjaan yang terbaik. Karena mereka yang berdedikasi tinggi menghargai makna pekerjaannya. Sedangkan karyawan yang memberikan hasil terbaik sangat disukai oleh perusahaan.
Attitude, atau sikap. Adakah sesuatu yang bisa menggantikan sikap? Jika kita lulusan sekolah luar negeri. Atau berpengalaman belasan tahun. Atau memiliki posisi yang tinggi. Namun attitude alias sikap kita buruk, apakah kita bisa menjadi karyawan yang baik? Pasti tidak. Mengapa, karena dengan sikap yang buruk kita berperilaku buruk. Padahal tak seorangpun menyukai orang-orang yang sikapnya buruk. Sebaliknya, orang-orang yang memiliki sikap yang baik pasti berperilaku baik. Dan kepada orang baik, banyak sekali yang menyukainya. Jadi tidak mengejutkan jika orang-orang yang memiliki sikap baik akan berperilaku baik. Lalu memberikan pencapaian yang baik. Hingga memperoleh imbalan yang juga baik.
Sense of Belonging, atau rasa memiliki. Banyak karyawan yang merasa bahwa keberadaannya diperusahaan tidak lebih dari sekedar mencari nafkah saja. Sehingga, fokus utamanya adalah; bagaimana supaya memperoleh penghasilan setiap bulan. Jika setiap bulan ada jaminan untuk memperoleh pendapatan, mengapa harus susah-susah memikirkan kepentingan perusahaan? Sedangkan orang yang memiliki sense of belonging berbeda. Meskipun mereka bukan pemegang saham, tapi mereka memiliki kesediaan untuk mendahulukan kepentingan perusahaan daripada tuntutan pribadinya. Sehingga, pada saat perusahaan sedang bagus, mereka tidak menuntut melebihi haknya. Sebaliknya, ketika perusahaan berada pada situasi sulit, mereka tidak serta merta mencampakkannya.
Integrity, atau integritas diri. Ini adalah aspek yang paling dicari. Sebab orang-orang yang mempunyai integritas selalu bisa dipercaya. Padahal, bisnis merupakan serangkaian kegiatan yang didasari oleh kepercayaan. Sedangkan orang-orang yang memiliki integritas diri tidak mungkin mengkhianati kepercayaan yang diberikan. Dengan integritas diri, mereka menghindari kecurangan. Mensucikan diri dari perilaku yang menggerogoti kondisi kesehatan keuangan. Dan menjaga diri dari tindakan apapun yang merugikan perusahaan. Sebab, orang-orang yang memiliki integritas diri sadar bahwa seluruh perbuatannya harus dipertanggungjawabkan. Bukan semata-mata kepada atasan. Melainkan kepada Tuhan.
 
Mari sekali lagi memperhatikan keempat aspek penting itu. Dedication disingkat D. Attitude disingkat A. Sense of belonging disingkat S. Dan Integrity disingkat I. Hey, bukankah jika kita mengurutkan keempat singkatan itu kita akan memperoleh hasil berikut ini: D-A-S-I. Ya, dasi. Ternyata memang dengan dasi kita bisa meraih keberhasilan dalam karir. Bukan semata-mata dasi yang menggantung di leher kita. Melainkan dengan empat elemen penting yang tertanam didalam diri kita itu.
 
Mungkin saat ini kita belum berkesempatan menduduki posisi yang mematutkan kita untuk mengenakan dasi. Tetapi, percayalah bahwa dasi tidak hanya pelengkap keindahan penampilan fisik belaka. Kerena, ternyata dasi memiliki makna untuk meningkatkan kualitas diri kita. Melalui dedikasi yang tinggi, sikap postif, rasa memiliki, dan integritas diri. Jika keempat unsur itu ada dalam diri kita; maka tidak lagi penting apakah di leher kita melilit dasi atau tidak. Karena, jiwa kita sudah secara otomatis mengenakannya. Sehingga dengan atau tanpa dasi yang necis, kita bisa membentuk diri sendiri untuk memiliki nilai yang lebih tinggi.
 
Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman
Learning Facilitator  of "Fundamental Leadership Development" Program
http://www.dadangkadarusman.com/  
 
Catatan Kaki:
Kualitas seorang karyawan sama sekali tidak ditentukan oleh apakah dia mengenakan dasi atau tidak.  Melainkan oleh dedikasi, sikap, dan rasa memiliki, serta integritas dirinya terhadap pekerjaan.
 
Melanjutkan tradisi tahun lalu, pada bulan April dan Mei 2010 ini kami akan mengundi/memilih 4 perusahaan untuk memperoleh sesi Pengembangan Diri Gratis kami selama 2 jam. Hanya berlaku di DKI Jakarta. Topiknya; "Kita Ini Mahluk Sempurna, Tapi Tidak Berarti Tanpa Cela."  Bagi Anda yang tertarik untuk mengikutsertakan perusahaannya dalam undian/pemilihan ini  silakan mendaftarkan nama dan identitas perusahaannya melalui email dengan subjek "Tradisi 2010" lalu kirim ke dkadarusman@yahoo.com . Perusahaan yang tahun lalu sudah terpilih diperbolehkan untuk mendaftar kembali.  
 
Melalui project Mari Berbagi Semangat! (MBS!) sekarang buku saya yang berjudul "Belajar Sukses Kepada Alam" versi Bahasa Indonesia dapat diperoleh secara GRATIS. Jika Anda ingin mendapatkan ebook tersebut secara gratis silakan perkenalkan diri disertai dengan alamat email kantor dan email pribadi (yahoo atau gmail) lalu kirim ke bukudadang@yahoo.com

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
.

__,_._,___
[gudang-ilmu] Artikel:  Prinsip Dasar Cara Berbisnis Insan Pilihan

[gudang-ilmu] Artikel: Prinsip Dasar Cara Berbisnis Insan Pilihan

 

Artikel:  Prinsip Dasar Cara Berbisnis Insan Pilihan
 
Hore,
Hari Baru!
Teman-teman.
 
Apakah anda pernah mendengar seseorang mengatakan; "Cari duit haram saja susah, apalagi yang halal?". Saya pernah. Dan ketika mendengar itu, hati saya miris. Bukan karena sikap orang itu. Melainkan karena ketakutan saya untuk ikut-ikutan mempunyai prinsip hidup seperti itu. Sebab, saya ingin agar seluruh sel hidup dalam tubuh istri dan anak-anak, serta diri saya sendiri hanya memakan makanan yang dihasilkan dari nafkah yang halal saja. Saya takut Tuhan marah karena menafkahi keluarga dengan sesuatu yang Dia tidak suka. Masalahnya adalah; lingkungan bisnis kita sering menganggap seolah hal semacam itu merupakan sesuatu yang sudah lumrah.
 
Suatu sore belum lama ini, sahabat saya menelepon. Dia mengabarkan kalau saat ini sedang berada di sebuah pameran buku. Saya terkejut ketika dia bilang bahwa buku edisi pertama saya yang pertama kali diterbitkan di tahun 2005 itu katanya juga ikut dipamerkan. Padahal, selalu saya katakan bahwa buku itu sudah sejak lama tidak ada dipasaran. Buku itu sekarang muncul lagi setelah hampir dua tahun lamanya hak penerbitannya kembali ke tangan saya. Apa iya penerbit sebesar itu melakukan tindakan serupa itu? Begitu saya berpikir. Tetapi, saya yakin sahabat saya tidak sedang bercanda.
 
Maka keesokan harinya, saya meluncur ketempat pameran buku itu. Dan benar saja. Disana terdapat buku saya yang dulu oleh penerbitnya dilaporkan sudah tidak ada stok lagi. Memang, ada sedikit stok. Namun, jumlah copy yang ada dipameran itu saja sudah melebihi angka yang ada dalam lembar laporan mereka sekitar 2 tahun lalu. Untuk sekedar dokumentasi, saya memfoto stand pameran itu. Lengkap dengan tumpukan buku-buku saya. Lalu membeli satu copy. Lantas, saya tempelkan struk pembeliannya dibuku itu. Beberapa saat sebelum pengembalian hak penerbitan itu, memang saya sempat meminta penjelasan mengenai keanehan laporan status stok buku yang tidak terlacak sejumlah lebih dari 500 eksemplar.
 
Menemukan fakta ini, saya sempat menerawang atas apa yang akan terjadi pada naskah buku lain yang saya miliki. Padahal, tahun 2010 ini saya sudah mencanangkan untuk menerbitkan minimal 4 judul buku baru. Dan jika segala sesuatunya lancar; tepat pada saat ulang tahun pernikahan kami, dibulan April ini sudah tersedia di toko buku. Sesaat kemudian, kekhawatiran saya atas fakta ini segera tergantikan oleh kata-kata orang itu tentang duit tadi. Tetapi, saya tidak yakin kalau dari menjual buku itu mereka mendapatkan banyak penghasilan. Lalu, pikiran saya berkata;"Mungkin sekarang mereka menemukan stok buku yang dulu hilang."  Daripada buku itu masuk ke tempat sampah, kan lebih baik di jual ke orang? Tetapi, siapa sih sesungguhnya pemilik buku-buku itu?
 
Dari sinilah kemudian saya teringat pelajaran yang disampaikan guru mengaji saya tentang ahlak Rasulullah. Beliau mengatakan bahwa Rasulullah SAW adalah seorang pengusaha yang sangat jujur. Dalam berniaga, beliau memastikan tidak ada hak-hak pihak lain yang terlanggar. Bahkan saking jujurnya Kekasih Allah itu, sampai-sampai beliau memberi tahu pelanggannya tentang berapa modal dasar barang yang dijualnya. Misalnya, beliau membeli barang modal seharga 10 dirham. Lalu membawa barang itu untuk dijual kembali. Dan saat bertemu dengan calon pembeli, Rasulullah mengatakan bahwa beliau membeli barang itu dipasar dengan harga 10 dirham. Lalu beliau menetapkan harga jual kembali dengan selisih keuntungan yang diambilnya.
 
Saya tidak terlampau kagum ketika mendengar kisah ini. Karena, waktu kisah itu diceritakan; umur saya masih kecil. Bukan tidak kagum kepada ahlak Nabi. Melainkan karena saya tidak memiliki kaitan dan pemahaman langsung tentang apa yang sesungguhnya terjadi didunia bisnis. Namun, ajaib sekali. Pelajaran yang saya peroleh dimasa belia itu masih bersemayam didalam alam bawah sadar saya hingga kini. Sehingga, ketika saya benar-benar mulai mengenal dunia kerja itu seperti apa; saya bisa menemukan relevansinya. Sekarang saya mengerti, mengapa Tuhan mengutus Nabi sebagai seorang pedagang. Karena, Tuhan ingin agar Nabi memberi contoh nyata tentang tata cara berniaga yang penuh berkah.
 
Nabi tidak pernah melarang para pedagang untuk mengambil keuntungan yang banyak. Karena, dalam berbisnis kita boleh mengambil untung sebanyak yang kita bisa. Kalau kita bisa mengambil untung yang banyak; silakan saja. Sebab, pelanggan memegang kendali sepenuhnya untuk membeli lagi, atau mencari pemasok lain saja. Tetapi, Nabi mengajarkan kita tentang etika. Supaya hasil yang kita peroleh dalam usaha tidak hanya banyak jumlah fisiknya saja. Melainkan juga berkah nilainya. Itulah sebabnya dalam berbisnis, Nabi mengutamakan kejujuran. Dan menghindari muslihat.
 
Kata guru mengaji saya; "Nabi melarang kita mengurangi takaran.".  Kita bilang satu kilo, tetapi berat sesungguhnya hanya 950 gram. Kita melaporkan terjual 3, padalah sisa hasil penjualan unit lainnya disembunyikan. Kita mengaku rugi kepada pemilik saham, padahal dalam pembukuan yang sebenarnya mencatatkan keuntungan. Ketika beliau menyampaikan ajaran itu; manusia berada pada jamam jahiliyyah. Artinya, kecurangan tengah merajalela. Tipu muslihat menjadi nafas cara berbisnis para pengusaha. Dan kebohongan, merupakah senjata utama para pelobi. Sedangkan kerakusan merupakan sifat dasar perencana proyek.
 
Anda yang bukan pengusaha mungkin terkekeh-kekeh. Karena, melalui guru mengaji saya Sang Nabi tengah menasihati para pengusaha. Tetapi, jangan lupa; bahwa sebelum menjadi pengusaha beliau juga seorang pegawai upahan. Beliaulah yang menggembalakan domba-domba milik para majikan. Dan dari pekerjaannya itulah beliau memperoleh bayaran. Sama seperti kita. Ternyata, sebelum diangkat menjadi Nabi; Muhammad juga adalah seorang pekerja. Hal terindah yang paling saya ingat tentang sifatnya yang terekam dalam sejarah adalah; para majikannya tidak pernah menemukan karyawan sejujur, dan segiat insan pilihan itu. Makanya, gelar Al-Amien melekat kepada dirinya sejak masih kanak-kanak hingga wafat. Artinya, orang-orang bersaksi bahwa Dia adalah manusia yang jujur, dan dapat dipercaya. Baik didalam kehidupannya sebagai seorang pekerja. Maupun sebagai pengusaha. Bisakah kita juga menirunya?
 
Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman
Learning Facilitator  of "Fundamental Leadership Development" Program
http://www.dadangkadarusman.com/  
 
Catatan Kaki:
Jika kita tahu bahwa mencari uang haram itu susah, mengapa kita tidak mengupayakan untuk memperoleh yang halal saja?
 
Melanjutkan tradisi tahun lalu, pada bulan April dan Mei 2010 ini kami akan mengundi/memilih 4 perusahaan untuk memperoleh sesi Pengembangan Diri Gratis kami selama 2 jam. Hanya berlaku di DKI Jakarta. Topiknya; "Kita Ini Mahluk Sempurna, Tapi Tidak Berarti Tanpa Cela."  Bagi Anda yang tertarik untuk mengikutsertakan perusahaannya dalam undian/pemilihan ini  silakan mendaftarkan nama dan identitas perusahaannya melalui email dengan subjek "Tradisi 2010" lalu kirim ke dkadarusman@yahoo.com . Perusahaan yang tahun lalu sudah terpilih diperbolehkan untuk mendaftar kembali.
 
Melalui project Mari Berbagi Semangat! (MBS!) sekarang buku saya yang berjudul "Belajar Sukses Kepada Alam" versi Bahasa Indonesia dapat diperoleh secara GRATIS. Jika Anda ingin mendapatkan ebook tersebut secara gratis silakan perkenalkan diri disertai dengan alamat email kantor dan email pribadi (yahoo atau gmail) lalu kirim ke bukudadang@yahoo.com

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
.

__,_._,___
[gudang-ilmu] Mr Action Club Tempat Belajar Super Exclusif

[gudang-ilmu] Mr Action Club Tempat Belajar Super Exclusif

 

Mr Action Club Tempat Belajar Super Exclusif

Rekans Gudang Ilmu Yth,

Ada berita bagus nih tentang tempat belajar bisnis online marketing baru yang disebut Mr Action Club. Baru Prelaunch, jadi Anda bisa daftar GRAT15 saja.

Anda bisa mendapatkan banyak pelajaran super exclusif di website Mr Action Club seperti: Action Oriented Weekly Training Program, Tutorials yang Aplikatif, ada juga Lesson Test, tak ketinggalan Action Checklist, ada Private Forum, Webmaster Tools, SEO Tools, Special Online Generator Tools, Action Cool Softwares, Graphic and Templates untuk website Anda, Action Residual Profit System, Instant Profit System, dsb

Untuk Anda yang selama ini belum cukup puas dengan hasil yang didapatkan dari kegiatan bisnis online, Club ini bisa memabantu Anda agar lebih banyak ACTION. Bisa juga sekaligus jadi sumber pendapatan yang berulang-ulang. Keren pastinya.

Silahkan simak beritanya di blog baru saya:
http://mraction.net

Best Regards
Mufli

PS: Di blog tersebut terdapat juga artikel tentang Mister Action Belajar Bahasa Inggris Sangat Cepat.

__._,_.___
Recent Activity:
.

__,_._,___
[gudang-ilmu] Artikel:  Orang Beneran, Atau Orang-Orangan?

[gudang-ilmu] Artikel: Orang Beneran, Atau Orang-Orangan?

 

Artikel:  Orang Beneran, Atau Orang-Orangan?
 
Hore,
Hari Baru!
Teman-teman.
 
Jika orang lain memperlakukan anda dengan semena-mena; tentu anda tidak akan tinggal diam. Anda akan melawan. Jika ada orang yang mengancam kepentingan anda; tentu anda akan mempertahankan diri mati-matian. Pendek kata, segala sesuatu yang orang lain lakukan kepada anda akan mendapatkan respon sepadan. Apakah respon anda itu merupakan 'sikap pemberontakan'? Tidak. Itu merupakan gambaran bahwa sebagai manusia, kita memiliki kewenangan dalam menentukan hidup kita sendiri. Dengan itu; kita tidak akan membiarkan orang lain memegang kendali atas hidup kita. Setiap intervensi dari orang lain tentu akan kita hadapi. Tetapi, apakah kita masih memegang kendali atas aspek hidup yang lebih esensial lagi?
 
Setiap sore selepas sembahyang Ashar, saya berangkat ke sawah untuk mencari rumput bagi domba kami. Sedangkan di musim padi mulai menguning, tugas itu bertambah dengan keharusan untuk mengusir burung-burung liar yang memakan bulir padi di sawah kami. Tahukah anda bagaimana caranya kami mengusir burung-burung itu? Kami menakut-nakuti mereka dengan sesosok tubuh berupa boneka yang terbuat dari jerami. Lalu dibentuk mirip manusia. Dipakaikan baju bekas yang sudah rombeng. Ditutupi topi. Kemudian ditancapkan ditengah sawah dan dihubungkan dengan seutas tali ke sebuah saung pengintaian. Kami menyebut boneka itu sebagai 'bebegig'. Anda menyebutnya sebagai 'orang-orangan'.
 
Anda tentu tahu karakter orang-orangan. Misalnya; dia tidak pernah menuntut. Tidak pernah membantah. Tidak melawan. Tidak berdebat. Tidak memberontak. Tidak menolak perlakuan apapun yang diterimanya. Pokoknya apapun perlakuan dari orang lain kepadanya, diterimanya dengan apa adanya. Pendek kata; tidak ada mahluk sepasrah orang-orangan. Dia pasrah, rah, rah, rah......  
 
Emh, ngomong-ngomong; bukankah kita baru saja menyebutkan sifat-sifat kita sendiri ya? Saya tahu anda keberatan dengan pernyataan terakhir saya. Kita tidak seperti orang-orangan kok. Karena, kita tidak mungkin membiarkan orang lain mengintervensi hidup kita. Lagi pula, kita kan bukan orang-orangan. Kita ini adalah orang beneran.
 
Anda benar. Kita adalah orang beneran yang bukan orang-orangan. Kita memiliki jiwa. Dan Tuhan melengkapi kita dengan hasrat, dan keinginan. Tetapi, mari kita uji kembali apakah benar kita masih bertanggungjawab penuh terhadap hidup kita sendiri. Misalnya; jika seseorang menyakit hati kita, apakah kita bisa menetralisir pengaruh buruknya pada diri kita? Kalau kita masih sering sakit hati atas perbuatan buruk orang lain; itu menunjukkan bahwa kita belum benar-benar memegang kendali atas hidup kita sendiri. Kita masih bisa disetir oleh orang lain. Ini adalah sifat orang-orangan. Bukan sikap orang beneran.
 
Jika dikantor teman-teman kita malas bekerja. Kemudian kita berpikir tak ada gunanya rajin sendirian karena gajinya sama saja. Lantas, kita ikut malas seperti mereka. Maka itu mengindikasikan bahwa kita sudah tidak lagi memegang kendali penuh atas hidup. Ini adalah sifat orang-orangan. Bukan sikap orang beneran.
 
Jika ditempat kerja anda memperhatikan; semua orang pada sibuk bermain facebook. Padahal dijam-jam itu seharusnya mereka bekerja. Sehingga, pekerjaan mereka harus jeda sesaat setiap kali 'buah beri berwarna hitam' berbunyi; 'durirang'. Atau, konsentrasi kerja mereka terpecah setiap kali ada pop-up chatting muncul dilayar monitor.  Lantas, anda merasa menjadi alien ditempat canggih itu. Lalu, anda mengikuti cara kerja mereka. Tidak lagi peduli bahwa perusahaan telah membayar jam kerja anda; sehingga dengan sepenuh kesadaran anda membiarkan gurita komunikasi tanpa batas itu mengendalikan diri anda juga.
 
Ehm, bukankah itu adalah sifat orang-orangan? Padahal, kita ini orang beneran. Teman saya yang orang beneran, sengaja sign-out dari account facebooknya pada jam kerja. Kemudian dia sign-in lagi pada jam-jam istirahat dimana dia berhak mengisi waktunya sesuka hati. Meskipun begitu; ternyata nilai dirinya tidak berkurang. Dia tetap bisa menjaga kualitas dirinya. Merawat profesionalisme kerjanya. Tanpa harus kehilangan kesempatan untuk bersosialisasi. Dan terus mengikuti perkembangan teknologi masa kini.
 
Kita beruntung telah diciptakan Tuhan menjadi orang beneran. Karena, itu berarti bahwa Tuhan mengijinkan kita untuk memiliki prinsip hidup. Dan berpegang teguh kepada prinsip hidup itu. Tuhan mengijinkan kita untuk mengatakan 'tidak' kepada arus yang diciptakan dan menghanyutkan manusia lain. Kita boleh mengambil keputusan yang berbeda dengan orang lain. Terlebih lagi, kita boleh mengukur; apakah sesuatu memberikan manfaat kepada kita dan organisasi yang kita wakili, atau tidak. Mengapa demikian? Karena, tidak semua hal yang ada diluar diri kita adalah baik adanya bagi kita. Dan tidak segala perlakuan orang lain kepada kita memberikan dampak positif bagi hidup kita.
 
Misalnya, ketika orang lain memperlakukan kita dengan cara yang buruk; kita memiliki kemampuan untuk melindungi diri dari keburuan yang ditimbulkannya. Dalam banyak situasi, kita tidak bisa mencegah orang itu agar tidak melakukan keburukan kepada kita. Namun, didalam diri kita ada sistem pertahanan yang sudah dirakit oleh Tuhan. Sehingga kita bisa mempertahankan diri. Jadi, kalaupun ada orang yang bersikap buruk kepada kita; Tuhan memberi kita kekuasaan untuk memutuskan apakah kita mengijinkan keburukan itu merusak diri kita, atau sekedar melintas seperti angin lalu saja.
 
Orang-orangan juga memiliki banyak sikap yang terpuji, misalnya; dia tidak pernah memiliki inisiatif. Lho, tidak memiliki inisiatif kok disebut sebagai sikap terpuji? Oh, tentu saja. Sebab, setiap petani seperti kami sama sekali tidak menginginkan orang-orangan sawah kami memiliki inisiatif.  Bayangkan kalau dia berinisiatif untuk mengejar burung-burung itu? Atau, dia berinisiatif untuk mengusulkan sebuah gagasan brilian kepada kami? Kami tidak akan senang dibuatnya. Malah kami ketakutan karenanya. Sebab, fitrah dari orang-orangan sawah adalah; pasrah kepada titah, perintah dan perlakuan siapapun kepadanya.
 
Itulah orang-orangan. Mereka memiliki sepenuhnya sikap 'tidak memiliki inisiatif'.  Merekalah pemilik 100% sikap itu. Ehm, bukankah itu berarti bahwa orang beneran sama sekali tidak berhak memiliki sikap 'tidak memiliki inisiatif'? Oh, ya tentu saja. Karena sikap itu belongs to orang-orangan. Tuhan telah memberikannya kepada orang-orangan. Sebagai gantinya, Tuhan menganugerahi orang beneran seperti kita dengan sifat 'mengendalikan hidup'. Melalui akal yang Dia berikan, fitrah kita adalah untuk berpikir. Sehingga, dari kepala kita; muncul banyak inisiatif.
 
Makanya, agak mengherankan jika dikantor-kantor; banyak orang yang tidak memiliki inisiatif.  Mereka menunggu saja apa yang dikatakan dan diperintahkan oleh atasan. Jika atasan diam, mereka diam. Anehnya, jika atasannya memerintahkan untuk melakukan ini dan itu; mereka sering mengeluh. Beda sekali dengan orang-orangan. Mereka menerima fitrahnya sebagai 'mahluk yang tidak memiliki inisiatif'. Dan mereka konsekuen dengan akibatnya, yaitu; menerima dengan ikhlas apapun yang dilakukan oleh tuannya. Jika petani menarik tali sekali, dia bergoyang sekali. Jika petani menarik tali seribu kali, dia bergoyang seribu kali. Dan dia, tidak pernah mengatakan; "mentang-mentang elu atasan gue, elu semena-mena memerintah gue."
 
Setiap sore sepulang sekolah, saya bertemu dengan orang-orangan sawah. Setiap kali saya bertemu dengannya, setiap kali pula saya diingatkan bahwa; ada perbedaan kontras antara dirinya dengan saya. Kita para manusia adalah orang beneran. Sedangkan mereka hanyalah orang-orangan. Oleh karena itu, kita perlu memastikan bahwa kita memiliki sifat-sifat dalam fitrah orang beneran. Dan memastikan bahwa, kita tidak mirip orang-orangan. Mengapa demikian? Karena, ketika orang-orangan itu  rusak atau usang; maka urusannya berhenti sampai dititik itu. Tetapi, orang beneran seperti kita; jika meninggal kelak, masih memiliki urusan. Karena setelah itu, kita akan berhadapan dengan pertanyaan dari Tuhan; kamu gunakan untuk apakah, seluruh daya hidup yang sudah Aku berikan?
 
Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman
Learning Facilitator  for "Fundamental Leadership Development" Program
http://www.dadangkadarusman.com/  
 
Catatan Kaki:
Perbedaan orang beneran dengan orang-orangan, bukanlah karena mereka terbuat dari jerami; melainkan karena kita mempunyai kesempatan untuk membuat hidup ini memiliki arti.
 
Melalui project Mari Berbagi Semangat! (MBS!) sekarang buku saya yang berjudul "Belajar Sukses Kepada Alam" versi Bahasa Indonesia dapat diperoleh secara GRATIS. Jika Anda ingin mendapatkan ebook tersebut secara gratis silakan perkenalkan diri disertai dengan alamat email kantor dan email pribadi (yahoo atau gmail) lalu kirim ke bukudadang@yahoo.com

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
.

__,_._,___
[gudang-ilmu] File - Salam Kenal dari Owner Gudang Ilmu

[gudang-ilmu] File - Salam Kenal dari Owner Gudang Ilmu

 


From : Mufli (Moderator Gudang-Ilmu)

Hello Kawan,

Terima kasih telah bergabung di milinglist GUDANG-ILMU
yang saya kelola. Melalui milinglist ini saya persembahkan
untuk anda semua berbagi ilmu untuk pemberdayaan bersama.
Saya undang anda berpartisi aktif, dengan mengirimkan
artikel, komentar, tips yang bermanfaat, serta jangan lupa
tetap mematuhi aturan main yang saya jelaskan di bagian
depan halaman description milinglist Gudang-Ilmu:
http://groups.yahoo.com/group/gudang-ilmu

Untuk selalu mendapatkan informasi terbaru dari saya langsung
ke email Anda, silahkan set EMAIL DELIVERY anda sebagai INDIVIDUAL,
atau setidaknya SPECIAL NOTICE.

Oya, salam kenal lebih dekat :)
Saya Mufli, tinggal di Jalan Merak 6/44 Rewwin, Sidoarjo
Indonesia. Saya banyak mengelola situs online, yg umumnya
merupakan support system untuk bisnis, training dan publikasi.

Thank you rekans :)

Best Regards

Mufli
Moderator, Gudang-Ilmu

Bila Anda ingin mengundang teman untuk join milinglist ini,
Silahkan copy undangan berikut ini, silahkan ganti informasi
tentang Anda di bagian akhir (Salam), lalu kirimkan undangan
kepada kawan-kawan Anda.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Subject: Undangan Join Gudang-Ilmu
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Hi kawan,

Ilmu bukanlah yg nomor satu,
bahkan percuma tanpa dibawa dalam tindakan.
Dengan ilmu dan hasrat yang menggebu,
banyak orang berjaya dan bermakna untuk sekitarnya.
Ilmu tentang bisnis internet, cara membangun team,
security online, forex, adsense, network marketing,
business broker, franchising, autosurf, serta juga
home based business, affiliate program, reseller,
dan sebagainya dengan cemerlang dapat ANDA dipaparkan
di forum ini, saya undang anda para pakar dan
praktisioner yang komptens.

JOIN US NOW, Semoga hanya yang terbaik buat Anda !

Cara bergabung adalah dengan mengirimkan email kosong
alamat ini:

gudang-ilmu-subscribe@yahoogroups.com

Atau silahkan berkunjung ke sini:

http://groups.yahoo.com/group/gudang-ilmu

Salam sukses paling sukses buat Anda.

Thanks Again.



__._,_.___
.

__,_._,___
[gudang-ilmu] File - Indonesia Online Ribuan anak bangsa ada di sini

[gudang-ilmu] File - Indonesia Online Ribuan anak bangsa ada di sini

 


Indonesia Online, Ribuan anak bangsa ada di sini

Media komunikasi online anak bangsa baik di Indonesia maupun di manca negera, dimanapun Anda berada. Silahkan ngobrol di sini, bebas dan tetap sopan tentunya. Selalu Posting dengan LENGKAP sebutkan DENGAN JELAS identitas anda (Nama, web/blog, boleh HP) dalam setiap bagian akhir posting. Dilarang: beriklan langsung kecuali di bagian footer email anda, maksimum 3 baris. Tidak diperkenankan: posting yang vulgar, argumentatif, sara, menyinggung privacy member lain, atau posting yang berulang-ulang, atau yang bertendensi iklan berlebihan. Semoga Milinglist ini dapat membuat kita bersama semakin berdaya.

Join us now: http://groups.yahoo.com/group/indonesia-online

Best regards
Indonesia-Online Moderator

__._,_.___
.

__,_._,___

Blogger news