Pages

feature content slider

Powered by Blogger.

Pages - Menu

Popular Posts

Arsip Blog

Blogger templates

[gudang-ilmu] Artikel: Finding The True Human Best Friend

 

Artikel:
Finding The True Human Best Friend
 
Hore, Hari Baru! Teman-teman.
 
Every human being needs a
best friend. Menurut pendapat Anda, apakah itu betul? Saya kira iya. Kita semua
mendambakan untuk memiliki sahabat dalam hidup kita. Sekarang cobalah
ingat-ingat kembali tentang sahabat-sahabat yang pernah Anda miliki. Lalu pilihlah
siapakah diantara mereka yang layak mendapatkan gelar sebagai sahabat terbaik bagi
Anda. Jika Anda sudah memilihnya, lalu tanyakan kembali; mengapa dia bisa
disebut sebagai sahabat terbaik bagi Anda?  
 
Saya lahir dan dibesarkan di
daerah pertanian yang masih dilingkupi suasana alam bebas. Ayah saya memiliki
berbagai hewan ternak yang harus dijaga siang dan malam. Oleh sebab itu, kami
memelihara beberapa ekor anjing. Kami sepenuhnya sadar jika banyak orang yang
menilai buruk kepada anjing. Namun diantara sejumlah sisi buruk itu, kami
menemukan banyak sisi baik yang mengagumkan. Bahkan, anjing memperlihatkan
banyak kualitas positif yang diabaikan oleh manusia. Padahal, mestinya sih
manusia yang memiliki semua kebaikan itu. Bagi Anda yang tertarik menemani saya
belajar tentang kebaikan dari perilaku anjing; saya ajak untuk memulainya dengan
memahami 5 sudut pandang Natural Intelligence berikut ini:
 
1.      Tutur kata yang baik selalu mendapat tempat yang baik. Kualitas seekor anjing
dinilai dari gonggongannya. Bahkan sekalipun Anda tidak memiliki anjing, Anda
bisa membedakan gonggongan bernada mengancam dengan  gonggongan yang hangat bersahabat. Manusia
juga sama. Kita menilai seseorang dari apa yang diucapkan oleh lidahnya. Kita
cenderung menyukai orang-orang yang memiliki tutur kata santun dan sopan. Sebaliknya,
kita tidak terlalu nyaman berkomunikasi dengan mereka yang kasar dan arogan.
Maka pantaslah jika orang tua kita menasihatkan untuk senantiasa menjaga lisan.
Karena lisan sering 'menentukan nasib' seseorang.  Meski para pemilik anjing cenderung menyukai
gonggongan anjing mereka sendiri, namun mereka pun mengakui jika anjing orang
lain mempunyai gonggongan yang lebih baik dari anjing miliknya. Meskipun manusia
memiliki banyak perbedaan dan cenderung menyukai pendapat kelompok
masing-masing, namun setiap orang memahami 'bahasa universal' yang berisi
pesan-pesan tentang kebaikan. Makanya, ketika Anda menyuarakan pesan kebaikan, pasti
kebanyakan orang menyukainya. Mereka tidak mempertanyakan agama Anda apa, atau jumlah
uang Anda berapa. Karena setiap tutur kata yang baik, selalu mendapat tempat yang
baik, dihati orang-orang baik.
 
2.      Perilaku yang baik menghasilkan reputasi yang baik. Kualitas
seekor anjing juga dinilai dari perilakunya. Di kampung saya, dulu ada anjing
yang sangat galak milik seorang saudagar. Dia sering menyerang orang yang
lewat, bahkan sampai menggigitnya. Orang sekampung mengetahui reputasi buruk
itu. Setiap kali anjing itu berkeliaran, orang melemparinya dengan batu. Ada juga
anjing yang bersahabat, sehingga orang dikampung kami tahu tentang kebaikan
anjing itu. Kepadanya, tak seorang pun berani mengganggu. Bukan hanya anjing
yang reputasinya dibangun oleh perilakunya. Manusia lebih dari itu. Kita
menilai seseorang bukan sekedar dari kata-katanya, melainkan lebih kepada
perilakunya. Bagi manusia, perilaku bisa menjadi satu-satunya faktor penentu
reputasinya. Bayangkan jika Anda sering membaca artikel saya, lalu Anda
mendapati perilaku saya bertolak belakang dengan apa yang saya tulis dalam
artikel-artikel itu. Bayangkan Anda mendengarkan seseorang berceramah, tetapi
perilakunya berbeda 180 derajat dengan kata-katanya. Tidak mungkin seseorang
mempunyai reputasi yang baik dengan perilaku yang buruk. Karena hanya perilaku
yang baik saja yang bisa menghasilkan reputasi yang baik.
 
3.      Membuang kecederungan untuk kurang ajar. Program Dog
whisperer di National Geographic berkisah tentang anjing-anjing yang mengambil
alih kekuasaan dari tuannya. Kita mengira bahwa anjing itu adalah mahluk
penurut. Ternyata tidak. Justru anjing bisa menjadi mahluk yang penuntut dan ingin
berkuasa. Cesar Millan the dog whisperer menjelaskan bahwa 'kekurang-ajaran' anjing
terjadi karena tuannya keliru mencurahkan kasih sayangnya. Jika tuannya selalu
memberikan apa yang diinginkan sang anjing misalnya, maka 'ekspektasinya' akan
meningkat terus sehingga dia akan marah jika suatu saat keinginannya tidak
terpenuhi. Lho, kok persis seperti sifat manusia ya? Jika 'apapun' keinginan
kita dengan mudah dipenuhi, maka kita sering terjerumus kedalam keserakahan. Jika
suatu ketika keinginan itu tidak dipenuhi, maka kita marah. Kita marah kepada orang
tua, atasan, bawahan, atau pemimpin. Bahkan kita marah kepada Tuhan yang 'tak mengabulkan
doa-doa kita'. Dog whisperer menunjukkan bahwa justru rasa sayang kita harus
disalurkan dengan cara yang mendidik. Antara lain dengan 'tidak mudah
memberikan' apa yang diinginkan oleh anjing kita. Anjing harus tahu bahwa tidak
ada hasil tanpa usaha. Bahkan dia harus tahu jika ada keinginan yang tidak
boleh dipenuhi. Dengan begitu, dia akan tumbuh menjadi anjing yang berperilaku bagus.
Barangkali, kita juga mesti sadar bahwa ketika tidak semua doa kita
terkabulkan, boleh jadi Tuhan sedang mendidik kita untuk menjadi pribadi yang
lebih baik.
 
4.      Memiliki kesetiaan dan kepatuhan yang tinggi. Sudah sejak
lama anjing disebut sebagai hewan yang setia. Namun, ketika kesetiaan sudah
menjadi sifat umum maka itu tidak lagi menjadi faktor penentu keunggulan anjing
atas anjing lainnya. Sekarang, kualitas seekor anjing juga diukur dari
kepatuhannya kepada perintah tuannya. Banyak lomba yang diselenggarakan untuk
mempertandingkan aspek keunggulan itu. Jika tuannya bilang "Duduk!" , anjing
yang patuh akan duduk.  "Berbaring!". "Melompat!".
"Kejar!". "Ambil!" dan berbagai macam perintah lainnya. Anjing yang paling
patuhlah yang dinilai paling baik. Manusia sering mengakui bahwa kita ini
menghamba kepada Tuhan. "Hamba," begitulah kita memberi label kepada diri kita
sendiri. Kita berikrar untuk menempatkan Tuhan sebagai tuan bagi kita. Maka
kesetiaan manusia juga diukur dari kepatuhannya kepada perintah Tuhannya. "Sami'na.
Wa-atho'na. Kami mendengar dan kami mematuhinya." Apapun titah perintah Tuhan,
kita bersedia mengikutinya. Tuhan bilang;"jaga akhlakmu," maka kita menjaganya.
Tuhan perintahkah;"jauhi harta yang bukan hakmu," kita menjauhinya. Tuhan katakan;"tundukkan
hawa nafsumu," maka kita pun menundukkannya. Kesetiaan kita ditentukan oleh
kepatuhan kita kepada perintahNya. Minimal, kita bisa menunaikan
perintah-perintah Tuhan yang hukumnya wajib. Lebih baik lagi jika kita bisa
melengkapinya dengan yang hukumnya sunnah.
 
5.      Bersahabat dengan the real human best friend. Baru-baru ini
ada artikel yang merilis hasil penelitian yang menyatakan bahwa anjing sudah
bukan lagi human best friend. Posisinya sudah digantikan oleh komputer. Ya,
setidaknya itulah yang terjadi pada saya. Sudah tidak mungkin lagi untuk
memelihara anjing di lingkungan tempat tinggal saya saat ini. Tetapi, apakah
fakta ini benar-benar telah menggeser gelar anjing sebagai human best friend?
Siapakah human best friend sesungguhnya? Anjing atau Komputer? Mungkin kita
bisa menjawabnya dengan terlebih dahulu menentukan kriteria best friend. Apakah
"Selalu Ada Didekat Kita," bisa mewakili kebutuhan Anda terhadap sang best
friend? Ya. Sahabat terbaik adalah dia yang selalu ada kapan saja dan dimana
saja kita membutuhkan kehadirannya. Apakah anjing, atau komputer yang bisa
memenuhi kriteria itu? Anjing saya tidak boleh ikut ke sekolah. Komputer saya
sering kehabisan baterai. Jika demikian, tidak dua-duanya. Lalu adakah yang
bisa memenuhi kriteria berat itu? Guru kehidupan saya menceritakan firman Tuhan;"Jika
mereka bertanya kepadamu tentangKu, maka katakanlah bahwa Aku ini dekat."  Beliau menambahkan, "Bahkan lebih dekat dari
urat lehermu sendiri." Bukankah Dia yang selalu menjaga jantung kita tetap
berdegup? Indeed, we have the real human best friend.
 
Kita sering menilai anjing
sebagai binatang yang kotor dan najis. Mungkin itu benar. Tetapi anjing memiliki sifat-sifat mulia yang
patut kita tiru. Meniru anjing? Tentu janggal jika yang kita tiru adalah sifat
hewaninya. Tetapi, bukankah Tuhan tidak menciptakan apapun untuk sebuah
kesia-siaan? Boleh jadi, Tuhan menciptakan anjing agar kita bisa lebih sadar
bahwa kita ini mahluk dengan derajat yang lebih tinggi. Maka jika kita masih
meniru perilaku buruk anjing, kita perlu malu lalu berhenti berperilaku seperti
itu. Tidak patut kita memelihara perilaku buruk itu. Dan jika kita melihat ada sisi
positif pada anjing, maka sudah sepantasnya jika kita belajar untuk memiliki
kualitas yang lebih baik dari itu. Dengan begitu, kita bisa menempatkan diri pada
posisi yang seharusnya. Posisi yang Tuhan anugerahkan, yaitu; menjadi mahluk
yang lebih mulia dari mahluk lainnya.
 
Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman  - 3 Agustus 2011
Master
Trainer & Natural Intelligence Inventor
Website: http://www.dadangkadarusman.com              
 
Catatan Kaki:
Dimana letaknya kemuliaan yang kita
agung-agungkan itu, jika kita masih saja meniru perilaku buruk hewani?
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda
nilai bermanfaat bagi yang lain.

Follow DK on Twitter @dangkadarusman

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
.

__,_._,___
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori dengan judul [gudang-ilmu] Artikel: Finding The True Human Best Friend. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://tempat-belajar-bisnis-online.blogspot.com/2011/08/gudang-ilmu-artikel-finding-true-human.html. Terima kasih!
Ditulis oleh: Andriansyah - Tuesday, August 2, 2011

Belum ada komentar untuk "[gudang-ilmu] Artikel: Finding The True Human Best Friend"

Post a Comment

Blogger news