Pages

feature content slider

Powered by Blogger.

Pages - Menu

Popular Posts

Blogger templates

[gudang-ilmu] Jailbreak and Unlock your Iphone 4s

[gudang-ilmu] Jailbreak and Unlock your Iphone 4s

[gudang-ilmu] Jailbreak and Unlock your Iphone 4s

[gudang-ilmu] Jailbreak and Unlock your Iphone 4s

[gudang-ilmu] Jailbreak and Unlock your Iphone 4s

[gudang-ilmu] Jailbreak and Unlock your Iphone 4s

[gudang-ilmu] Artikel – Antara Tuntutan Dan Tanggungjawab

[gudang-ilmu] Artikel – Antara Tuntutan Dan Tanggungjawab

 

 
Artikel – Antara Tuntutan Dan Tanggungjawab
 
Hore, Hari Baru! Teman-teman.
 
Catatan Kepala:"Resolusi ketenagakerjaan lebih berpeluang untuk bisa dicapai ketika masing-masing bersedia membangun kesetaraan antara tuntutan dan tanggungjawab."
 
Ketika para buruh berdemo, apa yang Anda rasakan? Mungkin ada yang merasa prihatin. Kasihan. Merasa terwakili. Terganggu. Atau ada juga mengharapkan buruh di tempat lain ikut melakukan demo seperti itu. Undang-undang perburuhan menjelaskan bahwa yang disebut sebagai buruh itu adalah 'setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain'. Maka tidak peduli setinggi apapun gaji atau jabatan Anda, jika menerima upah atau imbalan atas pekerjaan yang Anda lakukan maka Anda adalah buruh. Saya juga buruh. Baik dulu ketika bekerja sebagai eksekutif profesional, maupun sekarang sebagai trainer dan pembicara publik. Saya bekerja untuk perusahaan yang menugaskan saya memberikan pelatihan, dan saya mendapatkan upah dari pekerjaan yang saya lakukan. Kita, sama buruhnya seperti mereka. Maka sebagai sesama buruh kita perlu saling menguatkan dan saling mengajak kepada kebaikan. Termasuk menemukan cara yang lebih baik untuk meningkatkan tarap
hidupnya selain melalui demo.  Adakah cara lain itu? Ada.
 
Ketiga anak saya 'berbondong-bondong' memasuki kamar kami. Tujuannya; mengajukan petisi tentang kenaikan uang jajan. "Temanku dikasih Papanya bla..bla..bla.." katanya. Argumennya tidak laku. "Temanku jajannya blablabla…" Menguap juga. Tidak saya terima. Lalu katanya; "Yah, aku kan sekarang sekolahnya sampai sore terus…." Nah, yang ini baru masuk kedalam perhatian saya. Setelah kalkulasi ini-itu, akhirnya saya sadar bahwa 'nilai wajar' uang jajannya perlu disesuaikan. Maka saya pun menyetujui tuntutannya. Tapi kenaikan itu tidak gratis. They have to do something in return. Apa itu? Salah satu kebiasaan mereka yang sulit untuk diperabaiki adalah 'malas mandi sore'. Harus disuruh dulu. Baru mau mandi. Maka kami pun membuat kesepakatan ini: "Saya menambah uang jajan harian, sedangkan mereka harus mandi sebelum magrib tanpa disuruh." Konsekuensinya, kalau tidak mandi sebelum magrib jatah uang jajannya dipotong sebesar
'kenaikan' yang disepakati. Deal. Sejak saat itu, kami tidak perlu lagi berteriak-teriak menyuruh mereka mandi. Tidak sama, tapi mirip dengan tuntutan klasik para buruh kepada perusahaan. Hanya ada satu cara untuk menyelesaikannya, yaitu; pengambil keputusan melihat secara jernih kondisi real dan kebutuhan pekerja lalu sekuat tenaga memenuhinya. Dan para pekerja, memperbaiki sikap serta perilaku kerjanya untuk menghasilkan produktivitas yang lebih baik sehingga perusahaan menjadi lebih kompetitif dan lebih berdaya saing. Resolusi ketenagakerjaan lebih berpeluang untuk bisa dicapai ketika masing-masing bersedia membangun kesetaraan antara tuntutan dan tanggungjawab. Bagi Anda yang tertarik menemani saya mendalami kesetaraan antara tuntutan dan tanggungjawab ini, saya ajak memulainya dengan menerapkan 5 sudut pandang Natural Intelligence (NatIn™), berikut ini:
 
1.      Tunaikan tanggungjawab masing-masing.  Perusahaan itu dibuat dengan tujuan untuk mencetak laba. Sifat dasarnya demikian. Itu tidak selalu berarti buruk. Memang perusahaan harus untung. Jika tidak, takkan pernah ada orang yang tertarik berinvestasi. Sebaliknya, seseorang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tak seorang pun mau bekerja gratisan. Sifat alami kita demikian. Mungkin, masih banyak pengusaha yang mengabaikan tanggungjawabnya. Sama seperti halnya para pekerja yang tidak menjalankan tanggungjawab profesionalnya. Sebagai pekerja, kita menuntut perusahaan menunaikan tanggungjawabnya. Seyogyanya, kita juga  memastikan tanggungjawab kita sudah tunai seluruhnya. "Gua sudah paham itu!" Mungkin kita berpikir begitu. Paham, tidak berarti melaksanakannya dengan penuh. Zaman sekarang, mudah melihat karyawan yang tidak sepenuhnya menjalankan amanahnya di jam ketika seharusnya mereka bekerja. Bahkan dikalangan mereka yang sudah
dibayar besar. Ini bukan sekedar soal etika profesional. Melainkan juga penyokong handal ketika suatu saat nanti kita 'menuntut' sesuatu pada perusahaan. Jika tanggungjawab kita belum ditunaikan sebaik-baiknya, bagaimana kita mengharapkan adanya kenaikan? Jelas. Kedua belah pihak memiliki kebutuhan. Dan keduanya bisa saling menutupi kebutuhan itu dengan menunaikan tanggungjawabnya masing-masing.
 
2.      Tingkatkan kompetensi diri. "Pekerja selalu berada pada posisi lemah!" begitu system nilai yang sering kita dengar dihembuskan oleh banyak orang. Validkah? Hanya bagi pekerja-pekerja yang kompetensinya rata-rata saja. Sedangkan bagi pekerja-pekerja yang memiliki kompetensi tinggi, hukum yang berlaku justru sebaliknya. Posisi tawar mereka, justru lebih tinggi dari perusahaan. Maka tantangannya bagi kita adalah; apakah kita sanggup membangun kompetensi diri itu atau tidak. Bisa, jika kita mau menempuh jalannya. Memangnya ada yang tidak mau? Banyak. Misalnya. Dalam satu hari, berapa banyak waktu yang kita alokasikan secara khusus untuk mempelajari hal-hal baru? Selalu hal baru? Tidak juga. Pertanyaannya bisa berubah menjadi; dalam setiap pekerjaan yang kita lakukan, tambahan ilmu atau keterampilan apa yang kita dapatkan?  Percayalah, bahkan dalam setiap pekerjaan rutin yang kita lakukan, selalu ada aspek yang bisa kita pertajam. Saya tidak
ragu untuk bilang 'selalu'. Sebutkan sebuah pekerjaan paling rutin dan membosankan di dunia ini. Operator mesin? Office boy? Atau Apa? Mari cermati sekali lagi. Bahkan dalam pekerjaan paling monoton sekalipun, selalu ada peluang untuk melalukan perbaikan. Makanya kita mengenal istilah 'continuous improvement'. Karena kita percaya, bahwa; selalu ada ruang untuk perbaikan dalam setiap pekerjaan yang sehari-hari kita lakukan. Sehingga untuk meningkatkan kompetensi, kita tidak kekurangan syarat apapun.  Tinggal melakukannya saja. Dan ketika kompetensi kita menjadi unggul, maka kita; menjadi aset bernilai tinggi dihadapan perusahaan.
 
3.      Memperbaiki pemahaman terhadap kontribusi. Setiap tahun, Anda naik gaji nggak? Waaah, bisa gantian darah yang naik keubun-ubun kalau tidak naik gaji, ya? Pertanyaan berikutnya; Setiap tahun kontribusi Anda naik nggak? "Naik dong!" mungkin begitu jawabannya. Buktinya target naik terus, kan? Benar. Target naik terus. Tetapi apakah pencapaian kita juga ikut naik? Setiap kali tercapai target, ya naik. Kalau target tidak tercapai, ya weleh-weleh-weleh. Padahal gaji sudah naik duluan diawal tahun lho. Baiklah. Target tercapai. Tetapi, apakah profit perusahaan juga naik dengan kenaikan pencapaian taget itu? Belum tentu. Mereka yang paham neraca profit and lost, mengerti betul bahwa apa yang kita sebut sebagai omset atau penghasilan perusahaan itu tidak sama artinya dengan laba perusahaan. Pekerja seperti kita sering menilai kekuatan perusahaan dari omsetnya. Sedangkan pemilik modal melihat aspek labanya. Setiap sen nilai investasinya diukur
efeknya terhadap laba. Termasuk gaji, benefit, dan kompensasi yang kita terima. Misalnya, saya menghasilkan penjualan $100 sedangkan Anda hanya $90. Apakah kontribusi saya lebih besar dari Anda? Iyya Dong! Karenanya saya boleh menuntut kenaikan gaji dan bonus yang lebih besar? Saya lebih bagus dalam bekerja? Saya lebih bernilai? Belum tentu. Mari teliti. Saya digaji $10, fasilitas $10, dan kasih diskon ke klien 20%, biaya operasional saya $10. Maka return saya = 100%. Sedangkan Anda digaji sama $10, fasilitas sama $10, diskon ke klien 10%, biaya operasional $6. Maka return Anda 157%. Sekarang siapa berkontribusi lebih banyak? Gaji dan fasilitas adalah faktor perusahaan yang sudah memperlakukan kita sama. Tapi diskon dan biaya operasional adalah faktor kita sebagai karyawan. Dan, itulah yang menentukan nilai kontribusi kita yang sesungguhnya kepada perusahaan.
 
4.      Lindungi diri dari provokasi. Kadang-kadang ada juga orang yang senang memprovokasi. Mereka memanas-manasi orang lain untuk melakukan ini dan itu. Protes kesana kemari. Berbondong kesana bergerombol kesini. Turun ke jalan sambil teriak-teriak dibawah terik matahari, atau bekerumum dalam guyuran hujan. Sedangkan mereka sendiri? Boleh jadi tengah menikmati kursi empuknya di ruang kerja yang sejuk. Atau nonton siaran langsung pemogokan itu melalui tivi layar lebar di sebuah kafe yang menjual kopi seharga $4 per cangkir. Sungguh, kita tidak mampu mengontrol para provokator. Tetapi, mungkin kita bisa melindungi diri agar tidak mudah terprovokasi.  Salah satu cara sederhana untuk melakukannya adalah; setiap kali diajak untuk turun ke jalan – oleh siapapun – tanyakan terlebih dahulu kepada diri sendiri; apakah saya harus melakukan itu? Mengapa? Jika saya melakukan itu, siapa yang paling banyak mengambil keuntungannya? Apa resikonya buat saya.
Apa manfaatnya bagi istri dan anak-anak saya? Tidak adakah cara lain yang bisa ditempuh? Ketika Anda sudah begitu sibuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu; Anda tidak lagi memiliki waktu untuk ikut-ikutan turun ke jalan. Apakah turun ke jalan itu salah? Jawabannya bisa diperdebarkan. Tepat atau tidaknya, justru bisa ditemukan dalam jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang tadi diajukan. Sehingga ketika melakukannya, kita tidak sekedar ikut-ikutan. Bukan karena dibakar oleh omong besar dan ulah tak kelihatan para provokator yang setiap bulan sudah bergaji tinggi hingga tak mungkin lagi mau ikut berbaur dengan para demonstran di jalan.
 
5.      Lakukan demo seorang diri.  Ngawur! Mana ada demo sendirian? Ada. Tapi kan nggak seru! Lho, tujuannya mau seru atau mendapatkan kenaikan pendapatan? Kalau mau sekedar seru ya silakan. Tetapi kalau ingin mendapatkan perhatian dari management agar mereka mau membayar kita lebih mahal, kita harus melakukan demo itu sendirian. Tidak ada hiruk pikuk. Tidak ada penghujatan. Tidak ada kepanasan atau kehujanan. Gimana caranya? Anda demonstrasikan seluruh kemampuan tinggi dan kualitas kerja terbaik yang Anda miliki itu setiap hari. Percaya sama saya; cepat atau lambat nama Anda akan tercantum dalam daftar pekerja-pekerja yang layak untuk mendapatkan bayaran tinggi. Tidak percaya? Buktikan sendiri. "Tapi gua udah lakukan semua yang terbaik buat perusahaan, kok masih gini-gini aja!" mungkin ada yang protes begitu. Dua hal saja. Satu: Anda 'merasa' sudah melakukan maksimal yang terbaik dari kemampuan diri Anda sesungguhnya. Padahal belum. Dua:
Anda tidak bekerja di tempat yang tepat. Maka solusi #1: Berhenti protes, dan fokuskan diri untuk 'benar-benar' mencurahkan kemampuan optimal diri Anda dalam setiap pekerjaan yang Anda tangani sehari-hari. Fokus. Kalau perlu, matikan itu blackberry selama jam kerja. Biar tidak mengganggu konsentrasi. Dan solusi #2: Jika Anda yakin sudah jadi yang terbaik itu, cari aja perusahaan lain. Jangan takut tidak diterima. Karena jika benar Anda itu punya kemampuan yang tinggi, ketahuilah; harga Anda mahal sekali di luar sana. Jadi, berhenti protes, dan carilah perusahaan lain yang benar-benar faham; bagaimana memperlakukan star performersnya. Begitulah cara demo seorang diri yang bisa Anda lakukan. Lebih aman. Lebih berpeluang mendapatkan apa yang Anda inginkan.
 
Posisi kita sebagai pekerja, setara dengan posisi perusahaan sebagai pemberi kerja. Jika ada yang merasa lebih rendah, mungkin karena belum berhasil menaikkan tingkat dan kualitas dirinya sampai layak dipandang sejajar. Maka mulailah sekarang juga. Turun kejalan mungkin bisa menjadi solusi. Tetapi, ada cara lain yang bisa kita tempuh dengan resiko lebih kecil, dan peluang berhasil lebih besar. Lihat kembali poin-poin yang sudah kita bahas diatas. Jika Anda mengira cara itu hanya cocok bagi orang-orang yang sudah punya jabatan, ketahuilah bahwa; cara itu juga cocok bagi mereka yang masih menjadi pekerja pada level paling bawah. Mengapa saya berani berkata demikian? Karena saya pribadi telah menjalani dan membuktikannya. So, ingin memperbaiki posisi tawar Anda dihadapan perusahaan? Ikutilah ke-5 hal diatas. Insya Allah nilai diri Anda semakin tinggi.
 
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman –  6 Februari 2012
Trainer, & Public Speaker of Natural Intelligence
 
Catatan Kaki:
Ketika menuntut, sebaiknya dipastikan dulu jika kita sudah menunaikan seluruh tanggungjawab yang kita emban.
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu. Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda tidak berkurang karenanya.
 
Ingin lebih faham tentang Natural Intelligence? Ikuti Public Training "NatIn Lead" bersama DeKa. Info di www.dadangkadarusman atau SMS 0812 19899 737  . Perlu brosurnya?Klik Di Brosur Ini. 
 
----------------------------------------------------------
Subscription: Jika Anda belum namun ingin mendapatkan kiriman artikel inspiratif langsung dari Dadang Kadarusman – GREATIST! – silakan kirim email dengan subyek 'YES Inspirational Articles' ke dadang@dadangkadarusman.com
 
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman - 0812 19899 737
Trainer & Public Speaker of Natural Intelligence
Dare to invite Dadang? Call Ms. Vivi at 0812 1040 3327
Info Buku Natural Intelligence Leadership Klik Disni
www.dadangkadarusman.com

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
.

__,_._,___
[gudang-ilmu] File - Salam Kenal dari Owner Gudang Ilmu

[gudang-ilmu] File - Salam Kenal dari Owner Gudang Ilmu

 


From : Mufli (Moderator Gudang-Ilmu)

Hello Kawan,

Terima kasih telah bergabung di milinglist GUDANG-ILMU
yang saya kelola. Melalui milinglist ini saya persembahkan
untuk anda semua berbagi ilmu untuk pemberdayaan bersama.
Saya undang anda berpartisi aktif, dengan mengirimkan
artikel, komentar, tips yang bermanfaat, serta jangan lupa
tetap mematuhi aturan main yang saya jelaskan di bagian
depan halaman description milinglist Gudang-Ilmu:
http://groups.yahoo.com/group/gudang-ilmu

Untuk selalu mendapatkan informasi terbaru dari saya langsung
ke email Anda, silahkan set EMAIL DELIVERY anda sebagai INDIVIDUAL,
atau setidaknya SPECIAL NOTICE.

Oya, salam kenal lebih dekat :)
Saya Mufli, tinggal di Jalan Merak 6/44 Rewwin, Sidoarjo
Indonesia. Saya banyak mengelola situs online, yg umumnya
merupakan support system untuk bisnis, training dan publikasi.

Thank you rekans :)

Best Regards

Mufli
Moderator, Gudang-Ilmu

Bila Anda ingin mengundang teman untuk join milinglist ini,
Silahkan copy undangan berikut ini, silahkan ganti informasi
tentang Anda di bagian akhir (Salam), lalu kirimkan undangan
kepada kawan-kawan Anda.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Subject: Undangan Join Gudang-Ilmu
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Hi kawan,

Ilmu bukanlah yg nomor satu,
bahkan percuma tanpa dibawa dalam tindakan.
Dengan ilmu dan hasrat yang menggebu,
banyak orang berjaya dan bermakna untuk sekitarnya.
Ilmu tentang bisnis internet, cara membangun team,
security online, forex, adsense, network marketing,
business broker, franchising, autosurf, serta juga
home based business, affiliate program, reseller,
dan sebagainya dengan cemerlang dapat ANDA dipaparkan
di forum ini, saya undang anda para pakar dan
praktisioner yang komptens.

JOIN US NOW, Semoga hanya yang terbaik buat Anda !

Cara bergabung adalah dengan mengirimkan email kosong
alamat ini:

gudang-ilmu-subscribe@yahoogroups.com

Atau silahkan berkunjung ke sini:

http://groups.yahoo.com/group/gudang-ilmu

Salam sukses paling sukses buat Anda.

Thanks Again.



__._,_.___
Recent Activity:
.

__,_._,___
[gudang-ilmu] File - Indonesia Online Ribuan anak bangsa ada di sini

[gudang-ilmu] File - Indonesia Online Ribuan anak bangsa ada di sini

 


Indonesia Online, Ribuan anak bangsa ada di sini

Media komunikasi online anak bangsa baik di Indonesia maupun di manca negera, dimanapun Anda berada. Silahkan ngobrol di sini, bebas dan tetap sopan tentunya. Selalu Posting dengan LENGKAP sebutkan DENGAN JELAS identitas anda (Nama, web/blog, boleh HP) dalam setiap bagian akhir posting. Dilarang: beriklan langsung kecuali di bagian footer email anda, maksimum 3 baris. Tidak diperkenankan: posting yang vulgar, argumentatif, sara, menyinggung privacy member lain, atau posting yang berulang-ulang, atau yang bertendensi iklan berlebihan. Semoga Milinglist ini dapat membuat kita bersama semakin berdaya.

Join us now: http://groups.yahoo.com/group/indonesia-online

Best regards
Indonesia-Online Moderator

__._,_.___
Recent Activity:
.

__,_._,___
[gudang-ilmu] Artikel – Mengapa Seseorang Layak Disebut Leader?

[gudang-ilmu] Artikel – Mengapa Seseorang Layak Disebut Leader?

 

 
Artikel – Mengapa Seseorang Layak Disebut Leader?
 
Hore, Hari Baru! Teman-teman.
 
Catatan Kepala:"Jika orang yang disebut sebagai leader itu hanya menempatkan bawahannya pada posisi sebagai pelaksana pekerjaan rutin, maka orang itu belum berhasil menjadi 'leader'."
 
Judul artikel ini tidak dituangkan untuk menggugat atasan yang dinilai kurang kompeten. Saya menggunakannya untuk mengajak Anda untuk melihat kedalam, apakah didalam diri kita memang sudah ada tanda-tanda jika kita ini memiliki kualitas pribadi yang memadai? Kualitas yang memadai untuk apa? Untuk menjadikan diri kita layak disebut sebagai seorang leader. Mengapa? Karena kita sering terlalu sibut mengejar titel jabatan, bukan mengejar kompetensi. Setelah mendapatkan jabatan itu pun kita sering terlampau sibuk untuk menjaga 'citra' sebagai pemimpin yang disegani atau dipatuhi. Dan sering lupa, bahwa nilai diri kita sebagai pemimpin hanya terletak kepada apa yang bisa kita lakukan saat menjalankan fungsi kepemimpinan itu. Bukan pada titel mentereng kita. Jadi, mengapa seseorang layak disebut pemimpin?
 
Beberapa waktu lalu, saya menyaksikan sebuah forum yang dihadiri oleh para pemipin. Ditengah hujan kritik atas nihilnya dampak kepemimpinan organisasi, ada sebuah kalimat terlontar:"Kalaupun para pemimpinnya diganti, apakah kebijakan dan pola kerja akan berubah hingga keadaan menjadi lebih baik?" Pertanyaan itu keras. Provokatif. Dan berpotensi menyinggung harga diri banyak pemimpin yang hadir. Namun, tak seorang pun yang berani atau bersedia menjawabnya. Bisakah Anda memberikan jawaban akurat? Faktanya, banyak sekali proses pergantian kepemimpinan yang tidak menghasilkan perubahan apapun selain 'nama pemimpinnya'. Sedangkan hal-hal lainnya, berjalan seperti sebelumnya saja. Fakta ini menunjukkan betapa banyaknya 'leader' yang tidak memiliki kualitas kepemimpinan yang sesungguhnya. Memangnya apa saja sih kualitas kepemimpinan itu? Banyak teori. Dan banyak kriteria. Anda tidak akan kekurang jenis-jenisnya. Bagi Anda yang tertarik menemani saya
merenungkan apakah kita layak disebut sebagai leader, saya ajak memulainya dengan memahami 5 kualitas kepemimpinan dari sudut pandang Natural Intelligence (NatIn™), berikut ini:
 
1.      Menjadi yang terdepan, bukan sedekar mengikuti petunjuk dari orang lain. Ada sebuah istilah yang sejak lama kita kenal, yaitu; 'pemimpin boneka'. Kelihatannya saja orang itu yang memimpin, namun sebenarnya dia dikendalikan oleh orang lain. Keliru, jika kita menganggap bahwa istilah itu hanya cocok digunakan pada masa penjajahan, atau ketika suatu negara adi daya mengintervensi negara lain secara politik. Pemimpin boneka juga banyak bertebaran di perusahaan-perusahaan. Hanya saja, 'kebonekaannya' terjadi secara sukarela. Lho, kok bisa? Bisa. Caranya; ya sudah, ikuti aja petujunjuk dari boss besar atau atasan yang lebih tinggi. Tinggal di 'cascade' kepada bawahan kita. Selesai. Ini lho, jenis pemimpin boneka dalam konteks kita. 'WOOOOOOY! GUA TERSINGGUNG DISEBUT BONEKA!" Alhamdulillah, bagus kalau begitu. Sehingga mulai sekarang, kita bisa memposisikan diri di garis terdepan perjuangan bersama anggota team yang kita pimpin.
 
2.      Menjadi innovator, bukan sekedar melestarikan apa yang sudah ada. Banyak pemimpin yang harus mengambil alih suatu posisi yang ditinggalkan oleh pemimpin hebat sebelumnya. Sebagai pemimpin hebat, tentu pendahulunya sudah mewariskan banyak hal hebat juga dalam team itu. Namun ketika beliau pergi, maka penggantinya sering terpukau oleh kehebatan pendahulunya. Semuanya sudah 'tepat' pada tempat dan proporsinya, begitu system nilai yang kemudian berlaku. Maka tak heran, jika setelah berkali-kali terjadi pergantian kepemimpinan pun tidak ada perubahan yang signifikan di organisasi itu. Benarkah hal itu karena pemimpin terdahulu sudah menjadikan organisasisi itu sedemikian hebatnya? Bukan. Itu karena pemimpin-pemimpin yang menggantikannya kemudian menempatkan dirinya sebagai sekedar pelestari apa yang sudah ada selama ini. What about you?
 
3.      Melahirkan gagasan-gagasan baru, bukan sekedar pelaku kebiasaan lama.  Agak aneh juga ya jika ada pemimpin yang dalam karir kepemimpinannya tidak bisa melahirkan gagasan-gagasan baru. Kemane aje wooooooy….? Jelas sekali jika itu mengindikasikan 2 kemungkinan. Sang pemimpin tidak menjalankan tugasnya, atau hanya menjadi pelaku dari kebiasaan lama. Menarik juga ketika ada orang yang jujur mengakui bahwa sebagai pemimpin beliau bukan tipe pemikir. "Sulit untuk melahirkan gagasan baru bagi orang yang bukan pemikir," katanya. Sahabatku, gagasan baru itu tidak harus besar. Tidak harus dipikir rumit. Sering bahkan dihasilkan dari sebuah pertanyaan sederhana seperti ini;"Kalau kita melakukannya dengan cara begini, hasilnya bagaimana ya?" So, start from there, wherever you are.
 
4.      Mencari terobosan, bukan sekedar terkungkung penjara rutinitas belaka.  Bisa dipastikan jika setiap kemandekan yang dialami oleh suatu organisasi terjadi karena orang-orang didalam organisasi itu tidak menemukan 'jalan keluar' dari pekerjaan rutin yang dilakukan begitu-begitu saja sepanjang waktu. Padahal, kita tahu bahwa apa yang sesuai saat ini, mungkin sudah obsolete 5 atau 10 tahun lagi. Kita memahami itu sambil tetap kukuh berpegang pada praktek dan cara-cara yang sudah kita gunakan sejak 5 atau 10 tahun yang lalu. Maka itu artinya hari ini, kita sudah mulai memasuki lorong-lorong dead-end menuju kebuntuan. Orang-orang hanya akan bisa membebaskan diri dari penjara rutinitas itu, jika mampu mencari terobosan. Siapakah penaggungjawab 'orang-orang itu' itu? Karena kita leadernya, ya kitalah penanggungjawabnya. So, tugas mencari terobosan itu ada pada pundak kita yang telah terlanjur berani menyodorkan diri untuk menjadi pemimpin
mereka.
 
5.      Selalu bertanya; 'Setelah ini, apa lagi ya?'.  Tidak pernah ada kata selesai bagi orang-orang yang senantiasa membiarkan otaknya terjaga. Bangun. Melek. Dan terus berputar. Karena orang-orang seperti itu tidak pernah berhenti meski 'baru saja' menyelesaikan sebuah tugas yang sangat besar. Bahkan, dalam tidur pun mereka bermimpi tentang sesuatu yang mungkin bisa dilakukannya lebih baik bagi dirinya sendiri. Bagi orang lain. Bagi organisasi yang dipimpinnya. Bagi dunia. Karena mereka percaya, bahwa seperti halnya Tuhan yang tidak pernah berhenti berkarya; Tuhan suka sekali pada hambanya yang terus menerus mengeksplorasi diri melalui pertanyaan; "setelah ini, apa lagi?" Dari pertanyaan sederhana itulah inovasi lahir. Pemikiran baru muncul. Gagasan brilian berlompatan. So, keep asking; "Setelah ini, apa lagi?"
 
Perusahaan membutuhkan leaders yang memiliki ke-5 kualitas diatas. Karena tantangan bisnis yang dihadapi oleh perusahaan semakin hari semakin besar. Bisa berupa tantangan yang datang dari luar atau kompetitor yang terus menerus menggerus pangsa pasar. Bisa juga yang datang dari internal perusahaan sendiri berupa visi dan misi serta target-target pertumbuhan yang semakin menantang. Tanpa ke-5 kualitas itu? Seseorang hanya akan menjadi semakin frustrasi, dan akhirnya tanpa daya menyerah kepada keadaan. Sebaliknya, mereka yang memiliki ke-5 kualitas itu selalu menjadi leader yang bisa diandalkan untuk membawa team yang dipimpinnya menuju pencapaian tinggi. Jika sekarang Anda berencana untuk pergi ke toilet, siapkan pertanyaan ini; mengapa Anda layak disebut leader? Kepada siapa pertanyaan itu diajukan? Kepada dinding toilet yang dilapisi cermin.
 
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman –  31 JaNEWary 2012
Trainer of "CREATIVE LEADERSHIP" In-house program
 
Catatan Kaki:
Masa depan perusahaan ditentukan oleh kualitas kepemimpinan orang-orang yang mengendalikannya. Dan kita, adalah 'orang-orang' itu.
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu. Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda tidak berkurang karenanya.
 
 
Tentang Dadang Kadarusman
~ Spesialisasi training di bidang: NATURAL INTELLIGENCE dan penerapannya dalam LEADERSHIP, PERSONNEL DEVELOPMENT dan PERSONAL EXCELLENCE ~ (Phone: 0812 19899 737 – www.dadangkadarusman.com )
Mari Berbagi Semangat!
 
DEKA - Dadang Kadarusman - 0812 19899 737
Trainer & Public Speaker of Natural Intelligence
Dare to invite Dadang? Call Ms. Vivi at 0812 1040 3327
Info Buku Natural Intelligence Leadership Klik Disni
www.dadangkadarusman.com

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
.

__,_._,___
[gudang-ilmu] Artikel – Presenting The Future

[gudang-ilmu] Artikel – Presenting The Future

 

 
Artikel – Presenting The Future
 
Hore, Hari Baru! Teman-teman.
 
Catatan Kepala:"Tidak seorang pun tahu pasti yang akan terjadi dimasa depan. Namun kita bisa memperkirakannya dari cara hidup masa kini."
 
Presenting the future. Kalimat yang menarik, bukan? Membawa masa depan kepada kekinian. Maaf, kalimat ini bukan sebuah jargon yang sekedar enak didengar atau keren untuk diucapkan. Bagi saya, kalimat itu memiliki makna yang teramat dalam. Mengapa? Karena kita semua menginginkan masa depan yang lebih baik, bukan? Kita terikat kepada masa depan. Itulah sebabnya mengapa kita menabung. Mengapa kita bekerja. Mengapa kita menjalani hari-hari kita dengan yang seharusnya. Karena jika tidak ada masa depan, mungkin kita sudah sejak lama menyerah. Jika tidak ada masa depan, mengapa Anda mau bersusah payah melakukan pekerjaan itu? Jika tidak ada masa depan, mengapa Anda masih mau keluar rumah pagi-pagi sekali, berjibaku dibawah tatapan matahari, dan baru pulang dimalam hari? Masa depan, itulah alasan kita. Pertanyaannya adalah; masa depan kita akan menjadi seperti apa ya……?    
 
Pekan lalu, saya berkesempatan untuk menjadi narasumber dalam sharing session di The Jakarta Futures Exchange (JFX). Dalam hubungan dengan JFX itulah saya pertama kali mengenal motto itu. Sekarang Anda tahu jika kalimat itu bukan saya yang membuat. Saya meminjamnya dari JFX yang tengah berbenah diri melakukan perubahan untuk menuju masa depan yang lebih baik. Jauh-jauh ngomongin JFX, buat kita pribadi apa manfaatnya? Oh, banyak sekali. Kalau JFX melakukan perubahan di tingkat korporasi, maka kita bisa melakukannya di tingkat pribadi. Perusahaan berbicara soal visi. Kita pun sama-sama ingin melihat masa depan yang lebih baik. Maka presenting the future itu memiliki revelansi yang tinggi dengan proses pertumbuhan setiap pribadi. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar dari motto presenting the future, saya ajak memulainya dengan memahami 5 sudut pandang Natural Intelligence (NatIn™), berikut ini:
 
1.      Mulai dengan membidik ke masa depan. Membidik ke masa depan adalah langkah pertama yang perlu kita lakukan. 'The future', kalau kata teman-teman di JFX. Dimasa depan ada begitu banyak alternatif atau pilihan berupa berbagai kemungkinan. Nah, kita mau memilih kemungkinan yang mana. Sederhananya, kita ingin mewujudkan masa depan seperti apa. Jadi dasarnya bukanlah menebak-nebak masa depan kita 'akan' menjadi seperti apa. Melainkan kita merancangnya 'supaya' menjadi seperti apa. Lho, apakah ada bedanya? Ada. Meramalkan akan menjadi seperti apa masa depan itu hanya sekedar 'nrimo'. Hanya meneropong. Apapun yang akan terjadi, ya kita sekedar tahu. Kalau sudah tahu, so what? Kalaupun ada gunanya hanya sedikit. Tetapi merancangnya supaya menjadi apa, memiliki arti yang berbeda sekali. Itu adalah geliat. Cita-cita. Atau tekad.  Kita melihat adanya kemungkinan bahwa masa depan kita akan menjadi seperti yang kita inginkan. Maka begitu
melihat alternatif itu, kita membidiknya kearah itu. Bukankah kita selalu mempunyai kemerdekaan untuk berjalan kearah mana saja? Jika demikian, kita pun merdeka untuk membidik masa depan pada opsi atau pilihan kemungkinan yang mana pun.
 
2.      Tetap berpijak kepada hari ini. Mengejar masa depan sering membuat kita lupa untuk berpijak pada hari ini. Padahal, tidak ada masa depan yang 'putus hubungan' dengan hari ini. 'The present', teman-teman di JFX bilang. Ada keterkaitan erat antara the future dengan the present. Maka tugas kita adalah 'presenting the future', yaitu; menjadikan masa depan sebagai agenda utama kita hari ini. Sederhananya, kita perlu mengindahkan tindakan dan perilaku kita hari ini agar bisa mendukung terwujudnya masa depan yang kita inginkan. Mari perhatikan sekali lagi, betapa kita mengimpikan masa depan yang indah dan menyenangkan. Kita tahu bahwa untuk mewujudkannya kita harus memiliki kualitas pribadi tertentu, misalnya. Namun, hari-hari kita tidak dijalani dengan usaha untuk mengasah diri hingga mencapai tingkatan yang memungkinkan kita mewujudkan masa depan itu. Jika kita menyia-nyiakan hari ini, maka jalan menuju ke masa depan yang kita
inginkan akan menjadi semakin panjang. Sebaliknya jika kita benar-benar mengoptimalkan 'hari ini', maka kita memiliki peluang lebih besar untuk meraih apa yang kita inginkan.  
 
3.      Lintasi naik-turun perjalanannya. Jika kita masih merasa perjalanan ini hanya menanjak saja atau menurun melulu, mungkin kita belum berjalan cukup jauh. Jadi, jangan dulu mengeluh. Beratnya tanjakan. Atau mengerikannya turunan curam. Itu hanya sementara saja. Jika yakin bahwa itu jalan terbaik menuju ke masa depan yang kita inginkan itu, maka tidak ada pilihan lain kecuali menjalaninya, bukan? Kecuali jika Anda tidak yakin. Ya jangan tinggal terus di jalan itu dong. Cari, jalan mana yang Anda yakini. Harga komoditas juga sama; kadang naik, kadang turun. Saat naik teman-teman di JFX gembira karena kenaikan itu mengindikasikan peluang mendapatkan laba. Pada saat turun juga teman-teman JFX tetap gembira, karena itu mengisyaratkan untuk bersiap-siap menanamkan investasinya. Kita, mungkin perlu belajar kepada mereka. Agar ketika melintasi jalan mendaki kita tetap optimis bahwa pendakian itu akan membuat nilai diri kita semakin tinggi. Sedangkan
ketika meluncur pada turunan curam, kita juga tetap yakin bahwa turunan itu bisa menumbuhkan rasa syukur yang mendalam. Dengan begitu, kita selalu memiliki optimisme yang ditemani oleh rasa syukur. Sebab, optimisme memberi kita energy untuk terus melangkah. Sedangkan rasa syukur memampukan kita untuk menikmati apa yang kita miliki. Jadi, saat melintasi jalur naik dan turunnya; ya jalani saja.
 
4.      Waspada terhadap berbagai godaannya. Di sepanjang perjalanan kita ada banyak sekali persimpangan, perempatan atau pertigaan. Banyak juga jalan kecil dan gang. Semuanya bisa membelokkan kita kearah yang tidak menuju ke tempat yang kita ingin datangi. Perjuangan kita juga selalu dirubungi oleh berbagai macam godaan. Diantaranya berupa kenikmatan dan kesenangan yang memiliki daya tarik sedemikian besarnya. Sejak kemarin misalnya, layar televisi kita dipenuhi oleh tayangan sebuah sidang yang menghadirkan saksi seorang pejabat tinggi keuangan di sebuah perusahaan. Dari kesaksian beliau, terungkap nama-nama populer yang sesungguhnya memiliki masa depan yang cemerlang. Dalam 10-30 tahun mendatang beliau-beliau itu bisa meraih pencapaian yang sangat tinggi. Namun persidangan itu mengungkapkan betapa besarnya godaan kenikmatan. Jika semuanya itu terbukti, mungkin kita akan melihat perjalanan orang-orang cemerlang terhenti di sebuah belokan tajam yang
pada awalnya terlihat indah; namun ternyata membawa para penempuhnya ke jurang kejatuhan. Perjalanan kita menuju masa depan pasti diwarnai berbagai godaan. Semoga kita semua mampu untuk mengatasinya.
 
5.      Menyiapkan masa depan yang sebenarnya. Masa depan yang Anda maksud itu seperti apa sih?  Usia 45 tahun sudah kaya raya? Pada saat pensiun sudah punya sawah atau kantor megah? Percayalah, saya pun memiliki keinginan yang sama dengan semua yang Anda inginkan itu. Pertanyaannya adalah; jika nanti kita sudah mencapai semua itu, lantas kita akan menggunakannya untuk apa? Diwariskan pada keturunan. Bagus. Dibelikan pulau pribadi. Mantap. Dibuatkan tugu peringatan. Keren. Apa lagi? Jika hanya sekedar seperti itu, apa iya yang kita lakukan untuk meraihnya benar-benar sepadan? Jika setelah meninggal kita tidak lagi menikmatinya, apa masih layak dikejar ya? Oh, tentu saja. Kita pantas mengejarnya. Namun, kita perlu selalu mengingat bahwa ada 'masa depan' lain yang menanti kita. Yaitu masa depan yang kualitasnya ditentukan oleh jawaban atas pertanyaan ini;'selama hidup, elo ngapain aja?'. "Duit elo yang banyak itu, datangnya dari mana?'.
"Pegimane cara mendapatkannya?'. Dan satu lagi; "Pegimane elo membelanjakannya….?'. Secara pribadi saya mengharapkan pertanyaan seperti itu. Bukan hendak menantang Tuhan. Melainkan mengharapkan keadilan. Supaya orang-orang baik mendapatkan imbalan atas kebaikannya. Sedangkan orang-orang yang telah berbuat semena-mena belajar bertanggungjawab atas perbuatannya. Dengan kesadaran itu, semoga kita lebih tertarik untuk menyiapkan masa depan yang sebenarnya itu.
 
Di JFX, kita bisa membuat kesepakatan tentang harga komoditas untuk jangka waktu tertentu dimasa depan. Begitu jatuh tempo, kita mendapatkan jaminan harga sesuai yang tertera dalam kontrak, meskipun di pasar sedang terjadi kekacauan. Guru kehidupan saya bercerita tentang sebuah kontrak yang sudah disepakati oleh setiap insan. Yaitu kontrak yang dibuat antara dirinya dengan tuhannya jauh sebelum dia dilahirkan. Bunyinya begini; "Alastu birobbikum?" (Bersediakah engkau bersaksi bahwa aku adalah satu-satunya tuhanmu?) Begitu Tuhan bertanya. Lalu ruh yang belum dipertemukan dengan jasad itu menjawab; "Balaa, syahidna" (Benar Tuhanku, aku menjadi saksi atasnya). Perjanjian itu terjadi antara setiap pribadi dengan Sang Pencipta. Dan dimasa depan, Tuhan akan menagih janji itu. Janji yang sepatutnya tidak berubah. Karena apapun yang terjadi diluar sana, nilai perjanjian kita tetap berlaku. Siapkah kita untuk memenuhi seluruh isi perjanjian itu jika kelak
tiba saatnya naskah perjanjian yang kita buat itu telah 'jatuh tempo'? Semoga.
 
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman –  26 JaNEWary 2012
Trainer of ADAPTING TO CHANGEIn-house program
 
Catatan Kaki:
Masa depan kita ditentukan oleh apa yang kita lakukan hari ini. Maka berbaik-baiklah pada hari ini.
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu. Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda tidak berkurang karenanya.
 
 
Apa sih'Natural Intelligence' itu? Sebuah pertanyaan yang mengusik banyak orang dalam tahun-tahun terakhir ini. Jawabannya ada dalam Buku Natural Intelligence Leadership, yang baru terbit January 2012. Buku ini memberi sudut pandang baru dan membuka kesadaran tentang bentuk kecerdasan insani yang sesungguhnya. Buku ini juga berisi langkah-langkah praktis tentang bagaimana menerapkannya dalam kehidupan keseharian kita. Baik di rumah, maupun dikantor, atau lingkungan kita. Untuk informasi lebih lanjut kunjungi www.dadangkadarusman.com atau KLIK DISINI  
 
Tentang Dadang Kadarusman
~ Spesialisasi training di bidang: NATURAL INTELLIGENCE dan penerapannya dalam LEADERSHIP, PERSONNEL DEVELOPMENT dan PERSONAL EXCELLENCE ~ (Phone: 0812 19899 737 – www.dadangkadarusman.com )
Mari Berbagi Semangat!
 
DEKA - Dadang Kadarusman
Author, Trainer, & Public Speaker
Dare to invite Dadang? Call Ms. Vivi at 0812 1040 3327
Info Buku Natural Intelligence Leadership Klik Disni
www.dadangkadarusman.com

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
.

__,_._,___
[gudang-ilmu] Artikel –  Menyeimbangkan Akal Dan Kalbu

[gudang-ilmu] Artikel – Menyeimbangkan Akal Dan Kalbu

 

 
Artikel –  Menyeimbangkan Akal Dan Kalbu
 
Hore, Hari Baru! Teman-teman.
 
Catatan Kepala:"Kesempurnaan manusia tidak semata-mata terletak pada akalnya saja, melainkan juga kalbunya. Maka kesempurnaan hidup hanya bisa dicapai jika seseorang memiliki keseimbangan dalam penggunaan akal dan kalbunya."
 
"Kamu itu Hitachi, Nak." Begitu saya katakan kepada anak saya. "Hitam, Tapi China."  Baru kemarin saya ingatlah lagi tentang hal itu dalam perjalanan kami menuju ke Bandara. Berkaitan dengan Imlek? Tidak juga. Namun meski tidak merayakannya, saya selalu terkesan pada salah satu falsafah kuno Chinese yaitu, Yin dan Yang.  Kita selalu diingatkan untuk menyeimbangkan segala sesuatu. Namun, keseimbangan itu seperti apa? Apakah seperti timbangan yang punya bobot sama di kiri dan kanan kedua kompartemennya? Tidak juga. Jika Anda masih ingat symbol Yin-Yang, maka Anda akan lebih mudah memahami makna kesimbangan itu. Atau, jika Anda melihat sampul buku terbaru saya Natural Intelligence Leadership, Anda tentu melihat logo itu dihiasi hati yang mewakili Kalbu dan lampu yang menggambarkan Akal. Saya menggunakan symbol Yin-Yang itu untuk menggambarkan kesimbangan antara Akal dan Kalbu. Menurut pendapat Anda, mana yang lebih penting: Akal atau Kalbu?
 
Ada masa dimana kita mendewakan kekuatan akal. Orang yang paling encer otaknya diberi nilai lebih. Ada pula periode dimana kita mengagung-agungkan kalbu. Siapa yang paling baik pengelolaan emosional-spiritualnya digadang-gadang sebagai pribadi yang mumpuni. Tidak heran jika penganut kecanggihan IQ tidak juga sejalan dengan para pengusung kehebatan EQ dan SQ. Kenyataannya, manusia diciptakan dengan Akal dan Kalbu yang saling menyatu secara utuh. Maka, mulai sekarang; marilah memperlakukan diri kita sendiri secara utuh pula. Kita tidak bisa terus menerus mendiskreditkan salah satu dari kekuatan akal atau kalbu itu. Kesempurnaan hidup itu hanya bisa dicapai jika seseorang memiliki keseimbangan dalam penggunaan akal dan kalbunya. Karena kesempurnaan manusia tidak semata-mata terletak pada akalnya saja, melainkan juga kalbunya.
 
Keseimbangan antara Akal dan Kalbu inilah sebenarnya yang menjadi inti dari Natural Intelligence (NatIn™). Tidak mungkin manusia mencapai puncak dari kualitas penciptaan dirinya tanpa memaksimalkan kapasitas akal dan mengoptimalkan potensi kalbunya. Makanya, tidak heran jika kita sering melihat orang yang pandai dalam mengambil keputusan. Jago berbicara dalam setiap persidangan. Namun kata, perilaku, dan buah dari tindakannya jauh dari ciri pribadi yang memiliki nurani. Atau sebaliknya, banyak juga orang yang terlihat sedemikian salehnya. Namun, sangat tidak kompetitif.
 
Kebutuhan kita dalam menyimbangkan Akal dan Kalbu berlaku untuk semua aspek kehidupan. Karena tidak ada satu aspek pun dalam hidup kita yang terlepas dari peran akal, dan peran kalbu. Mendahulukan akal, tidak berarti mengabaikan kalbu. Sebaliknya, mendahulukan kalbu tidak berarti menihilkan fungsi akal. Keduanya harus dipakai. Mungkin hanya porsinya saja yang berbeda bergantung konteksnya. Seberapa banyak porsi akal dan porsi kalbu yang tepat? Anda bisa menakarnya melalui symbol Yin dan Yang. Disana Anda bisa tahu, kapan saatnya Anda harus menggunakan Akal lebih banyak dari Kalbu atau sebaliknya. Atau, pada kondisi tertentu keduanya digunakan dalam proporsi yang sama.
 
Kenapa sih untuk seimbang kita tidak menggunakan prinsip timbangan saja? Kiri kanan 1 kg pasti seimbang? Tidak bisa. Karena timbangan hanya menggunakan pertimbangan akal yang eksak. Prinsip timbangan menghasilkan kesetimbangan statis (Static Equilibrium). Sedangkan prinsip Yin & Yang menjelaskan tentang Kesetimbangan Dinamis (Dynamic Equilibrium) yang menjaga 'keseluruhan energi' (universal wholeness) dimana didalamnya memungkinkan kita untuk meramu Akal dan Kalbu dalam proporsinya masing-masing. Ketika kita bisa menggunakan Akal dan Kalbu secara seimbang dan dinamis itu, tidak berarti kita selalu menggunakan keduanya sama banyaknya. Melainkan sesuai dengan tuntutan untuk menghasilkan keputusan atau pertimbangan terbaik. Bukan untuk dunia saja. Melainkan juga untuk akhirat kita. Ketika kita bisa mencapai kesetimbangan dinamis antara Akal dan Kalbu itulah kita disebut sebagai pribadi yang memiliki tingkat Natural Intelligence (NatIn™) atau
kecerdasan hakiki yang tinggi.
 
Dalam Natural Intelligence (NatIn™),kita tidak hanya mempertimbangkan urusan duniawi. Melainkan juga ukhrowi alias akhirat kita. Itulah sebabnya dalam buku  Natural Intelligence Leadership,Anda menemukan kisah-kisah teladan para Nabi. Mengapa? Karena tidak ada pribadi yang lebih layak untuk dijadikan tempat berguru selain para Nabi. Keliru jika kita mengagung-agungkan para motivator atau public speaker sambil melupakan ajaran Nabi-Nabi kita. Karena sehebat apapun para pembicara itu, tidaklah sebanding dengan kualitas para Nabi. Tidak bolehkah mendengar para public figure yang menyeru kepada kebaikan? Sangat boleh. Harus, bahkan. Tetapi, jangan sampai kekaguman kita. Kegandrungan kita. Ketundukan kita kepada para orator itu menjauhkan kita kepada fakta bahwa Tuhan, telah mengirimkan para utusannya sebagai Nabi dan Rasul bagi kita. Jangan sampai kita mendengar para trainer, namun meninggalkan ajaran para rasul.
 
Bukankah Nabi kita berbeda? Memangnya kenapa? Meski mereka berbeda, ada dua kesamaan yang dimiliki oleh pribadi-pribadi suci itu. Pertama, Para Rasul mengajak untuk menyembah hanya kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi beserta segala isinya. Kedua, para Nabi suci itu selalu mengajak kita untuk meraih keseimbangan hidup didunia dan diakhirat. Ketahuilah bahwa para Nabi adalah the first hand masters dalam bidang Natural Intelligence. Melalui Jibril, Tuhan membimbing mereka untuk memahaminya. Lalu mempraktekkan dan mencontohkan kepada para umatnya agar mampu menggunakan Akal dan Kalbu secara seimbang. Keseimbangan antara penggunaan Akal dan Kalbu memungkinkan kita untuk menyeimbangkan pencapaian kita di dunia dan akhirat. Jika Anda bersedia mendengar nasihat para pembicara publik – seperti saya – misalnya; bersediakah Anda untuk kembali kepada tuntunan para Nabi yang mengajak Anda kepada kehidupan di dunia dan akhirat sekaligus? Yuk, kita
sama-sama mengikuti jejak langkah mereka.
 
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman – 24 JaNEWary 2012
Author, Trainer, & Public Speaker of Natural Intelligence
 
Catatan Kaki:
Keseimbangan antara penggunaan Akal dan Kalbu membantu kita menyeimbangkan pencapaian kita di dunia dan akhirat. Itulah Natural Intelligence.
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu. Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda tidak berkurang karenanya.
 
Apa sih'Natural Intelligence' itu? Sebuah pertanyaan yang mengusik banyak orang dalam tahun-tahun terakhir ini. Jawabannya ada dalam Buku Natural Intelligence Leadership, yang baru terbit January 2012. Buku ini memberi sudut pandang baru dan membuka kesadaran tentang bentuk kecerdasan insani yang sesungguhnya. Buku ini juga berisi langkah-langkah praktis tentang bagaimana menerapkannya dalam kehidupan keseharian kita. Baik di rumah, maupun dikantor, atau lingkungan kita. Untuk informasi lebih lanjut kunjungi www.dadangkadarusman.com atau KLIK DISINI  
 
Tentang Dadang Kadarusman
~ Spesialisasi training di bidang: NATURAL INTELLIGENCE dan penerapannya dalam LEADERSHIP, PERSONNEL DEVELOPMENT dan PERSONAL EXCELLENCE ~ (Phone: 0812 19899 737 – www.dadangkadarusman.com )
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman
Author, Trainer, & Public Speaker
Dare to invite Dadang? Call Ms. Vivi at 0812 1040 3327
Info Buku Natural Intelligence Leadership Klik Disni
www.dadangkadarusman.com

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
.

__,_._,___
[gudang-ilmu] Artikel – Membendung Pengaruh Buruk Lingkungan

[gudang-ilmu] Artikel – Membendung Pengaruh Buruk Lingkungan

 

Artikel – Membendung Pengaruh Buruk Lingkungan
 
Hore, Hari Baru! Teman-teman.
 
Catatan Kepala:"Tidak ada tempat sembunyi dari serbuan pengaruh buruk lingkungan. Namun kita bisa membendungnya agar tidak mencemari kepribadian kita."
 
Beberapa tahun lalu, lingkup interaksi kita dengan orang lain relative masih sangat terbatas. Makanya, pengaruh dari pergaulan pun tidak semasif seperti saat ini. Sekarang, nyaris tidak ada lagi sekat yang memisahkan kita dengan orang lain. Seseorang dari seberang benua pun bisa menelusup masuk hingga ke wilayah paling pribadi di rumah kita. Lalu menanamkan pengaruhnya kedalam relung hati kita. Bagus? Bisa bagus jika pengaruh yang ditebarkannya positif. Namun jika kita bersedia jujur, berapa persen dari pesan-pesan yang kita terima berisi nilai-nilai konstruktif? Mungkin tidak semuanya negatif. Tetapi secara tidak sadar, jiwa kita terus diserbu system nilai yang tidak memberi nilai tambah kebaikan apapun. Emangnya kenapa? Biasa aja lagi! Begitukah?
 
Ada 2 email aneh yang menerobos account pribadi saya. Email pertama menawari saya ijazah palsu. Cukup dengan Rp. 6,000,000.- katanya, saya bisa mendapatkan ijazah Doktor yang dilegalisir lembaga resmi terkait. Orang ini mengira jika saya kepingin banget mengoleksi ijazah. Padahal, sampai sekarang pun saya tidak ingat dimana saya simpan ijazah yang saya dapat melalui pahit getirnya kuliah di ITB. Pagi ini saya mendapat email lagi. Kali ini menggunakan bahasa Inggris. Menawari saya untuk membuat passport palsu. Orang ini mengira bahwa saya malu dengan identitas sendiri sehingga harus menyamar dan pergi ke negeri orang. Padahal, semua orang bisa menemukan saya melalui www.dadangkadarusman.com  atau buku-buku yang saya tulis. Saya harus berterimakasih pada orang-orang ini. Mereka telah membuka mata saya bahwa keutuhan pribadi kita sedang diserbu oleh beragam system nilai yang buruk. Dan mereka mengingatkan, betapa berharganya integritas diri. Bagi Anda yang
tertarik menemani saya belajar membendung pengaruh buruk lingkungan, saya ajak memulainya dengan memahami 5 sudut pandang Natural Intelligence (NatIn™), berikut ini:
 
 
1.      Bentengilah diri dari pengaruh buruk. Selama berinteraksi dengan orang lain, kita tidak bisa menghindari pengaruh yang datang dari luar. Dikantor misalnya. Jika Anda mempunyai kolega yang kurang profesional, maka disadari atau tidak kehadirannya akan memberi pengaruh buruk kepada Anda. Tetangga yang 'nyebelin' juga begitu. Jika tidak mampu membentengi diri, maka bisa dipastikan kita akan ikut terpengaruh. Mudah mengikuti ajakan negatif. Gampang terhasut. Dan akhirnya kita jadi ikut-ikutan melakukan sesuatu yang tidak patut. Hati-hati lho, karena orang-orang yang sekedar ikut-ikutan sering kali paling duluan menjadi korban. Tahu kenapa? Karena mereka yang sekedar ikut-ikutan itu tidak memahami 'grand design'nya. Mereka tidak lebih dari boneka yang dikendalikan oleh kekuatan lain. Dan jika keadaan memburuk, mereka tidak mempunya exit strategy seperti halnya para pembisik yang menjadi designernya. So, bentengilah diri Anda dari pengaruh
buruk lingkungan. Sehingga Anda bisa terhindar dari kemungkinan dijadikan pion. Dan yang lebih penting lagi; Anda bisa tetap menjadi orang baik.
 
2.      Berdekatanlah dengan sumber nilai positif. Sudah menjadi fitrah bahwa alam ini memiliki kemampuan untuk menyeimbangkan diri. Jika ada pengaruh buruk, kemungkinan besar disana juga ada pengaruh baik. Yin dan Yang. Baik dan buruk. Positif dan negatif.  Jika di lingkungan Anda ada orang yang gemar menebarkan nilai-nilai buruk, menghasut, memprovokasi, memanas-manasi, maka bisa dipastikan jika disana ada orang-orang yang mampu menebarkan pengaruh positif. Mungkin orang-orang seperti ini tidak banyak. Tetapi itu cukup untuk menjadi penyeimbang. Kita hanya butuh lebih dekat kepada orang-orang yang menjadikan dirinya sebagai sumber nilai positif. Temukan orang-orang seperti itu, karena bersama mereka Anda bisa menetralisir setiap pengaruh buruk yang mencemari amosfir sekitar Anda.
 
3.      Perbanyaklah kontribusinya bukan mengejar gelarnya. Kita mungkin tidak tergoda untuk mengejar gelar akademis. Tetapi, boleh jadi kita termasuk orang yang menggilai gelar lain yaitu 'gelar' atau 'titel' jabatan. Rasanya kurang afdol kalau belum disebut 'Manager'. Padahal pekerjaannya mungkin sama saja dengan supervisor atau coordinator. Nggak top deh kalau belum disebut 'direktur'. Padahal, perannya ya nggak jauh beda dengan manager. Tapi karena terlihat lebih mentereng, maka kita berlomba-lomba dalam sebuah arena bernama 'the rat race'. Di arena itu orang bisa berdarah-darah. Baik dalam pengertian metaforis, maupun dalam makna sebenarnya. Padahal, ada cara lain yang lebih elegan, yaitu memberikan kotribusi melampaui yang orang lain bisa berikan. Soal ini tidak pernah gagal. Tidak menyakiti pihak lain. Dan tidak mengalahkan siapapun. Tetapi hasilnya bisa merupakan sebuah kemenangan yang sangat besar. Jika Anda mengejar
gelar, maka Anda harus bertarung dalam arena yang belum tentu Anda menangkan. Namun jika Anda mengerahkan semua daya diri itu untuk berkontribusi, maka bisa dipastikan jika podium itu diperuntukkan bagi orang-orang seperti Anda. So, perbanyaklah kontribusi Anda.
 
4.      Raihlah berkahnya, bukan sekedar jumlahnya. "The more, the better", begitulah tata nilai yang kita terapkan. Lebih banyak, lebih baik. Tidak selamanya salah. Namun juga tidak selalu betul. 'Lebih banyak' itu hanya akan baik jika cara mendapatkannya juga baik. Halah, nyari dengan cara 'gini' aja susah. Apa lagi dengan cara 'gitu'. Mungkin kita berkilah demikian. Betulkah begitu? Coba jawab pertanyaan ini; "Apakah Anda sudah mengerahkan seluruh kemampuan dan kesungguhan ketika melakukannya dengan cara 'gitu' ini sama gigihnya dengan ketika Anda melakukannya dengan cara 'gini' itu?". Ingatlah selalu bahwa kita tidak memerlukan lebih banyak dari yang kita butuhkan. Dengan mengingat itu, semoga kita sadar bahwa 'the more' itu tidak selalu the better. Sehingga kita tidak semata-mata hanya mengejar banyaknya, melainkan juga berkahnya. Bayangkan, kita hanya butuh 100. Meskipun kita berhasil mendapatkan 1,000 kita
hanya akan menggunakan yang 100 itu. Jika kita mendapatkan yang 1,000 itu dengan melakukan hal-hal yang tidak semestinya, maka kita telah menodai hidup kita sendiri untuk sesuatu yang tidak kita butuhkan. Maka mulai sekarang, fahamilah apa yang sesungguhnya kita butuhkan. Dan penuhilah kebutuhan itu dengan cara meraih berkahnya. Bukan sekedar banyaknya.
 
5.      Lihatlah kedalam diri lebih cermat lagi. Kita sering mengira bahwa semua pengaruh buruk itu datang dari orang-orang 'gak bener' disekitar kita. Sekarang, saatnya untuk bertanya; "Apakah kita sendiri sudah menjadi orang yang 'bener'?" Boleh jadi sumber pengaruh buruk itu bukanlah orang lain, lho. Melainkan diri kita sendiri. Mudah untuk menunjuk hidung orang lain, kan? Paling rugi deh kalau kita merasa sudah bener sendiri. Soalnya, hikmah apapun yang disampaikan orang lain nggak bakal bisa masuk kedalam hati sanubari kita. Ego kita bakal mengunci mati pintu hati kita sehingga tanpa disadari, kita menjadi pribadi yang bebal. Tidak heran jika kita sangat susah untuk diajak 'bener'. Bukan berarti kita harus menerima saja setiap masukan dari orang lain. Soal cara mengerjakan sesuatu misalnya. Kita bisa bilang 'banyak jalan menuju ke Roma'. Tetapi soal akhlak atau etika? Tidak bisa cuek bebek saja. Karena akhlak dan etika
merupakan cermin dari integritas diri kita. Maka sering-seringlah melihat kedalam diri. Apakah kita mengindahkan etika kerja? Dan, apakah akhlak kita sudah sesuai dengan tuntunan mulia insan-insan pilihan?
 
Idealnya, kita bisa memilih untuk tinggal di lingkungan manapun yang paling kita inginkan. Faktanya, kita tidak selalu mampu mewujudkan hal itu. Ditengah lebatnya hujan pengaruh dari segala penjuru, pindah dan berlari kian kemari jelas bukan pilihan.  Maka kemampuan untuk membendung pengaruh buruk lingkungan merupakan sebuah jawaban. Pantaslah kiranya jika guru kehidupan saya menceritakan kisah Rasulullah yang menyatakan bahwa;"Pribadi-pribadi agung itu adalah mereka yang tidak pernah bertemu dengan Rasul, namun memiliki akhlak mulia seperti beliau." Kita semua, tidak pernah bertemu dengan rasul-rasul utusan Tuhan.  Artinya, kita memiliki peluang untuk menjadi pribadi agung berakhlak mulia itu. Karena seperti sabda rasul; "Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak." Selama memiliki akhlak yang baik, maka ditengah serbuan system nilai buruk yang datang dari segala penjuru ini, kita bisa tetap menjaga nilai-nilai baik dalam diri kita. Insya Allah.
 
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman – 19 JaNEWary 2012
Author, Trainer, & Public Speaker of Natural Intelligence
 
Catatan Kaki:
Kita tidak bisa menghindari datangnya pengaruh buruk. Namun kita bisa membentengi diri dengan akhlak yang baik.
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu. Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda tidak berkurang karenanya.
 
Apa sih'Natural Intelligence' itu? Sebuah pertanyaan yang mengusik banyak orang dalam tahun-tahun terakhir ini. Jawabannya ada dalam Buku Natural Intelligence Leadership, yang baru terbit January 2012. Buku ini memberi sudut pandang baru dan membuka kesadaran tentang bentuk kecerdasan insani yang sesungguhnya. Buku ini juga berisi langkah-langkah praktis tentang bagaimana menerapkannya dalam kehidupan keseharian kita. Baik di rumah, maupun dikantor, atau lingkungan kita. Untuk informasi lebih lanjut kunjungi www.dadangkadarusman.com atau KLIK DISINI  
 
Tentang Dadang Kadarusman
~ Spesialisasi training di bidang: NATURAL INTELLIGENCE dan penerapannya dalam LEADERSHIP, PERSONNEL DEVELOPMENT dan PERSONAL EXCELLENCE ~ (Phone: 0812 19899 737 – www.dadangkadarusman.com )

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.

.

__,_._,___

Blogger news