Pages

feature content slider

Powered by Blogger.

Pages - Menu

Popular Posts

Arsip Blog

Blogger templates

[gudang-ilmu] Artikel: Terbang Bersama Sang Layang-layang

 

Artikel:
Terbang Bersama Sang Layang-layang
 
Hore, Hari Baru! Teman-teman.
 
"Biarkan hidup mengalir
seperti air," begitulah nasihat yang sering kita dengarkan. Namun, ada kalanya
aliran air tidak membawa kita ke tempat yang semestinya. Maka mulailah kita
mempertanyakan banyak hal. Sewaktu dihadapkan pada situasi sulit, kita mempertanyakan;
mengapa Tuhan membiarkan saya mengalami ini? Saat dituntut untuk mengikuti
aturan, kita menggugat; mengapa saya tidak diberi kebebasan? Ketika mengalami
kehilangan, kita menghujat; mengapa saya tidak bisa memilikinya selamanya? Kadang
kita merasa bosan mengikuti aliran air, sehingga kemudian kita bertanya;
bisakah kita terbang saja?
 
Salah satu mimpi masa kecil
yang sering hadir dalam tidur saya adalah saat bermain layang-layang. Tadi
malam pun saya memimpikan hal itu lagi. Pagi ini saya bertanya-tanya, mengapa
saya sering memimpikan tentang layang-layang? Saya tidak bisa melepaskan diri
dari pertanyaan itu meski telah berusaha untuk melupakannya. Di kamar mandi, di
ruang tivi, di depan komputer. Kepala saya hanya dipenuhi oleh pertanyaan;'mengapa
harus bermimpi tentang layang-layang?" Saya belum benar-benar terpuaskan hingga
menemukan bahwa layang-layang menyembunyikan berbagai isyarat tentang
kehidupan. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar terbang bersama sang layang-layang;
saya ajak untuk memulainya dengan memahami 5 sudut pandang Natural Intelligence
berikut ini:
 
1.      Untuk bisa terbang tinggi kita membutuhkan tempaan. Layang-layang
hanya bisa terbang jika ada angin yang menerpanya. Coba ingat-ingat kembali,
bukankah sewaktu kecil dulu Anda kecewa jika disore hari tidak ada angin untuk
menerbangkan layang-layang Anda? Hidup kita kira-kira juga demikian. Angin yang
bertiup kencang itu tidak ubahnya dengan terpaan yang menempa hidup kita. Kita
sering mengira bahwa kehidupan yang serba tenang itu jauh lebih baik. Lebih
nyaman mungkin iya. Tetapi lebih baik? Belum tentu. Justru dalam kehidupan yang
serba tenang dan nyaman, kita tidak terdorong untuk mengerahkan segenap kemampuan
yang kita miliki. Bayangkan ketika segala sesuatunya dalam hidup Anda sedang
baik-baik saja. Bukankah Anda tidak tertarik untuk berkeringat lebih banyak?
Padahal, boleh jadi dengan berkeringat itulah justru kegigihan diri Anda
semakin teruji. Rasa syukur Anda tergali. Dan nilai empati Anda kepada orang
lain menjadi semakin tereksplorasi. Layang-layang membutuhkan terpaan angin
untuk bisa terbang tinggi. Kita, membutuhkan tempaan dan ujian kehidupan untuk bisa
naik kepada tingkatan nilai pribadi yang lebih tinggi. Maka saat memasuki
masa-masa yang penuh dengan ujian dan cobaan, mungkin kita perlu lebih banyak
bersyukur. Karena kita punya kesempatan untuk bisa terbang lebih tinggi.
 
2.      Untuk bisa bertahan kita membutuhkan kendali dan aturan. Apa
yang terjadi jika benang itu terputus?Layang-layang Anda akan hilang, bukan? Dia membutuhkan benang
yang mengikatnya untuk bisa terbang dengan baik. Benang yang mengendalikan dan
memberinya arah untuk berbelok ke kanan, ke kiri, atau bahkan berputar. Pendek
kata, layang-layang itu membutuhkan alat pengendali yang mengaturnya. Bayangkan
jika hidup kita dibiarkan tanpa kendali. Kita mengira bisa terbang bebas?
Tidak. Justru kita membutuhkan sesuatu yang mengendalikan hidup kita. Sistem
nilai, tatanan sosial, struktur kemasyarakatan, atau seperangkat peraturan yang
mesti kita patuhi. Keliru jika kita mengira hidup akan lebih baik tanpa aturan.
Mengapa? Karena orang-orang kuat cenderung bernafsu untuk mengambil keuntungan
paling banyak. Sedangkan orang-orang lemah cenderung diinjak-injak. Tanpa
aturan, kita cenderung bertindak sesuka hati. Yang penting tujuan kita
tercapai. Perhatikan kembali layang-layang yang talinya terputus itu. Apakah
dia terbang makin tinggi? Mungkin. Ketika angin memihak kepadanya. Tetapi setelah
angin berhenti bertiup, dia akan jatuh tanpa ada yang memperdulikannya lagi.
Seperti itulah hidup kita, jika tanpa kendali dan aturan.
 
3.      Hidup adalah tentang menarik dan mengulur. Apa asyiknya
bermain layang-layang jika dia hanya dibiarkan diam. Kenikmatannya justru kita
rasakan ketika kita menarik dan mengulur benang nilon yang mengikat layang-layang
itu. Dengan tarikan itu dia bisa berbalik arah atau melakukan manuver-manuver
yang mengagumkan. Lalu kita ulur lagi, tarik lagi, dan ulur lagi. Kadang dia
menjauh, kadang mendekat lagi. Hidup kita tampaknya juga begitu. Ada begitu
banyak hal dalam hidup kita yang pergi menjauh. Kita sering sedih karenanya.
Ada banyak hal lain yang datang mendekat. Kita sering merasa berat menerimanya.
Padahal hidup memang tentang mendekat dan menjauh. Datang dan pergi. Timbul dan
tenggelam. Begitulah hidup yang sesempurna-sempurnanya. Yaitu hidup yang
memiliki kelengkapan dinamika yang dimainkannya. Tidak ada orang yang hidupnya
bahagia terus, percayalah. Bahkan mereka yang hartanya melimpah ruah. Warna
dalam kehidupan tidak didapatkan dari kehidupan yang serba nikmat. Faktanya,
kenikmatan yang kita miliki sering kehilangan makna jika kita tidak pernah tahu
'tidak nikmat' itu seperti apa. Sesuap nasi yang kita kunyah, akan terasa lebih
nikmat jika kita baru saja merasakan betapa perihnya tidak memiliki makanan.
Nikmat sehat tubuh ini justru mulai benar-benar kita sadari setelah kita diberi
sakit. Keindahan hidup terletak pada kombinasi tarik dan ulur itu.
 
4.      Belajar untuk terbang dalam keindahan. Dulu, bentuk layang-layang
tidak terlalu banyak. Variasinya paling-paling pada sirip dan ekornya yang ditambahi
asesoris lebih panjang. Sekarang, kita bisa melihat layang-layang dalam kreasi
yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Ada yang berupa pesawat terbang,
naga, bahkan kapal pesiar. Banyak hal baru disekitar kita. Kita sering tidak
menyadari jika orang-orang disekitar kita terus berkreasi tanpa henti. Kita
sering merasa semua yang ada pada diri kita sudah menjadi yang terbaik, padahal
kita tidak memperhatikan kemajuan seperti apa yang telah berhasil diraih oleh
orang lain. Pergilah ke festival layang-layang. Disana akan Anda temukan
berbagai macam kreasi yang mencengangkan. Pergilah ke komunitas yang berisi
orang-orang kreatif, maka kita akan menyadari bahwa kita harus lebih kreatif
lagi. Bertemulah dengan orang-orang baik, maka kita akan terdorong untuk
menjadi lebih baik. Mereka bukan sekedar mengajak kita untuk terbang, melainkan
mengajarkan bagaimana caranya untuk terbang dalam keindahan perangai, dan
perilaku positif lainnya.
 
5.      Terbangkan layang-layangmu setinggi-tingginya. Saat bermain layang-layang,
kita selalu ingin menerbangkannya setinggi mungkin. Kita biarkan mereka naik
menuju ke langit tertinggi. Semakin tinggi, semakin baik. Mengapa begitu?
Karena sudah menjadi sifat dasar kita untuk menyukai sesuatu yang bernilai
tinggi. Kualitas tinggi. Daya juang tinggi. Nilai-nilai pribadi yang tinggi.
Akhlak dan moral yang tinggi. Bahkan kita menyebut perilaku manusia yang
menyerupai binatang sebagai moral yang rendah. Mengumbar nafsu. Tidak tahu
malu. Serakah. Semuanya tidak cocok dengan cetak biru kepribadian kita. Secara
inheren kita memahami bahwa manusia diciptakan dengan nilai yang lebih tinggi
dibandingkan dengan mahluk lainnya. Oleh sebab itu, sudah sepantasnya jika
perilaku dan tindak tanduk kita mencerminkan hal itu. Jika kita tergoda untuk
melakukan perbuatan 'mirip binatang', ingatlah bahwa kita diciptakan dengan
derajat yang lebih tinggi dari mereka. Pantas jika kita belajar membebaskan
diri dari perilaku dan nafsu hewani. Karena Tuhan, telah menciptakan kita dalam
derajat dan tingkatan yang jauh lebih tinggi. Pantasnya, dengan semua
ketinggian yang sudah Tuhan anugerahkan itu, kita bisa belajar untuk semakin
mempertinggi nilai kemanusiaan kita. Karena Tuhan itu tinggi, dan tidak ada
yang lebih tinggi darinya. Dan Dia, hanya bisa dicapai oleh pribadi-pribadi yang
memiliki akhlak mulia yang tercermin dalam perilakunya yang bernilai tinggi.  
 
Setiap hari, kita berhadapan
dengan tempaan dan terpaan angin kehidupan. Kita sering ingin berhenti karena
jengah menghadapi cobaan yang datang bertubi-tubi. Padahal, cobaan yang kita hadapi itu adalah
jalan menuju kepada tingkatan nilai pribadi yang lebih tinggi. Guru kehidupan
saya pernah mengingatkan;"Janganlah engkau mengira dirimu sebagai orang yang
baik, padahal Tuhan belum mengujimu dengan cobaan-cobaan yang menyulitkan."
Guru saya benar. Betapa mudahnya untuk menjadi baik ketika keadaan sedang serba
indah. Namun, cobalah sesekali membayangkan seandainya kehidupan kita tidak
sebaik itu. Apakah kita bisa menjadi pribadi yang juga baik? Semoga kita dapat
menjalani setiap ujian dan cobaan hidup dengan sebaik-baiknya. Dan kita lulus
untuk naik ke tingkatan yang lebih tinggi.
 
Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman  - 2 Agustus 2011
Master
Trainer & Natural Intelligence Inventor
Website: http://www.dadangkadarusman.com              
 
Catatan Kaki:
Tuhan tidak memberi cobaan melebihi
kemampuan hambanya. Jika kita belum sanggup menjalaninya, mungkin kita belum
sungguh-sungguh menerimanya sebagai fitrah.
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda
nilai bermanfaat bagi yang lain.

Follow DK on Twitter @dangkadarusman

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
.

__,_._,___
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori dengan judul [gudang-ilmu] Artikel: Terbang Bersama Sang Layang-layang. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://tempat-belajar-bisnis-online.blogspot.com/2011/08/gudang-ilmu-artikel-terbang-bersama.html. Terima kasih!
Ditulis oleh: Andriansyah - Monday, August 1, 2011

Belum ada komentar untuk "[gudang-ilmu] Artikel: Terbang Bersama Sang Layang-layang"

Post a Comment

Blogger news