Pages

feature content slider

Powered by Blogger.

Pages - Menu

Popular Posts

Arsip Blog

Blogger templates

[gudang-ilmu] Artikel: Rendah Hati Ditengah Dominasi Dan Arogansi

 



Artikel:
Rendah Hati Ditengah Dominasi Dan Arogansi
 
Hore, Hari Baru! Teman-teman.
 
Dulu, kita diajari untuk
bersikap rendah hati. Sekarang, orang sering keliru menerjemahkan kerendahan
hati sebagai kelemahan. Walhasil, banyak orang yang bersikap rendah hati
bukannya dihormati, melainkan direndahkan. Kelihatannya nyaris tidak ada lagi
tempat untuk kerendahan hati ketika kita lebih mementingkan penampilan fisik,
dan pencapaian yang sifatnya materialistik. Padahal, tanpa kerendahan hati,
kita tidak mungkin sekedar mau menerima kehadiran orang lain, mendengar
kata-kata mereka, atau saling menghormati dengan setulus hati. Konsekuensinya,
banyak orang yang harus membusungkan dada atau memperlihatkan kepemilikan serta
'power' untuk sekedar mendapatkan pengakuan. Mereka yang 'berani' menampilkan
siapa dirinya adalah orang-orang yang diterima. Namun mereka yang rendah hati
cenderung tidak mendapat tempat. Akhirnya, kita lebih banyak mendapatkan 'tong
kosong' daripada yang benar-benar memiliki isi. Menurut pendapat Anda, masihkah
kita perlu bersikap rendah hati?
 
Di belakang panggung sebuah
forum keilmuan, saya menyaksikan seseorang mendapatkan 'teguran keras'. Saya sungguh
terkesan dengan sikap orang yang ditegur itu. Dia tersenyum, sambil
memperhatikan teguran yang ditujukan kepadanya. Meski saya tidak mengenalnya,
namun saya menyadari bahwa orang ini jauh lebih berilmu daripada orang yang menegurnya.
Beberapa pekan kemudian, tanpa diduga kami berjumpa lagi dan bisa berinteraksi
selama beberapa hari. Saya semakin menyadari jika beliau adalah orang yang 'berisi'.
Beberapa minggu setelah pertemuan itu, saya tahu jika ternyata beliau ini
memang bukan orang sembarangan. Sering tampil di radio dan beberapa kali di televisi;
bukti pencapaian pribadi yang melampaui kebanyakan orang. Saya tertegun. Oh, Tuhan
baru saja mengirimkan pelajaran penting melalui sosok pribadi berilmu tinggi
namun rendah hati. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar menjadi
pribadi yang berilmu tinggi namun tetap rendah hati; saya ajak untuk memulainya
dengan memahami 5 sudut pandang Natural Intelligence berikut ini:
 
1.      Milikilah ilmunya, dan kuasailah keterampilannya. Ada orang yang
berpendaat bahwa kalau kita bersikap rendah hati, maka kita akan dilecehkan. Benarkah?
Ada benarnya juga. Kenyataannya memang ada orang-orang yang jika kita bersikap
sopan kepada mereka, malah menerjemahkan kesopanan dan kerendahan hati kita
sebagai kelemahan. Lalu mereka melecehkan. Jadi, apakah kita harus tetap rendah
hati? Ya. Tetaplah rendah hati. Lho, bukankah orang ini akan melecehkan kita?
Tidak. Mengapa? Karena tak seorang pun dapat melecehkan orang yang 'tidak bisa
dilecehkan'. Meskipun rendah hati, Anda tidak akan dilecehkan jika memang Anda tidak
dapat dilecehkan. Bagaimana caranya supaya kita tidak dilecehkan? Milikilah
ilmunya. Percayalah, tak seorang pun sanggup melecehkan orang-orang yang
berilmu tinggi. Dan kuasailah keterampilannya, karena tak seorang pun mampu
melecehkan mereka yang terampil. Maka tetaplah bersikap rendah hati, sambil
terus menambah ilmu dan meningkatkan keterampilan.   
 
2.      Berikan kemudinya, dan peganglah kunci kontaknya. Orang yang
rendah hati juga beresiko untuk dilucuti. Artinya, orang lain cenderung
mendominasi. Dikasih hati, makan jantung. Jadi, masihkah kita perlu bersikap
rendah hati? Tetep….. Teruslah bersikap rendah hati. Kalaupun orang lain ingin
mendominasi, izinkan dia. Perhatikan kata 'izinkan'. Jika Anda yang memberinya 'izin'
untuk mendominasi, siapa yang sesungguhnya memegang kendali? Minimal Anda tidak
akan merasa sakit hati. Maksimalnya? Anda bisa memegang kendali atas
orang-orang yang mengira bisa menguasai Anda, padahal tidak sama sekali. Dia
berkuasa karena Anda mengizinkannya. Perhatikanlah orang-orang di lingkungan
Anda, apakah ada yang 'rindu' dengan dominasi? Jika ada, maka Anda tidak perlu
menantang dominasinya. Berikan izin kepadanya untuk terus mendominasi, namun
jangan biarkan keputusan-keputusan penting yang berkaitan dengan diri Anda
diambil alih olehnya. Tetaplah mendengarkannya, namun Andalah yang menentukan
apakah kata-katanya boleh diikuti, atau tidak. Ibaratnya, Anda memberikan strir
kemudi kepada seseorang namun Andalah yang memegang kunci kontaknya.
 
3.      Seraplah energinya, dan duplikasilah kekuatannya. Orang-orang yang dominan juga
cenderung untuk 'memamerkan kekuatannya'. Jika memang kekuatan itu
sangat bermakna maka memberi kesempatan kepada mereka untuk mendominasi namun
tetap memegang kendali bisa memberi kita kesempatan mendapatkan tambahan energy
dan kekuatan. Akui saja jika kita tidak serba tahu. Maka boleh jadi memang
seseorang yang mendominasi mempunyai sesuatu yang bisa kita pelajari. Kita
beruntung jika dapat menyerap energinya, karena kita bisa mendapatkan tambahan
kekuatan. Bagaimana jika tidak ada hal positif yang bisa kita serap darinya? Maka
itu artinya Anda berada dalam lingkungan berisi tong kosong. Jangan terlalu
lama di tempat seperti itu. Atau terlibatlah, hanya seperlunya saja. Tidak usah
terikat ditempat yang tidak bisa memberi manfaat. Carilah tempat lain dimana
Anda bisa secara leluasa untuk tetap bersikap rendah hati tanpa harus
kehilangan harga diri. Jika ditempat lain pun Anda temukan orang-orang yang
cenderung mendominasi? Seraplah energinya, dan duplikasilah kekuatannya.
 
4.      Berpijaklah di dunia yang datar. "The world is flat," kata Thomas
Friedman. Dia merujuk kepada kemajuan teknologi informasi. Dalam konteks ini, saya
ingin meminjam istilah itu untuk menjelaskan bahwa kita semua berpijak didataran
yang sama tinggi. Tidak ada tinggi atau rendah.  Di tempat datar, kita semua setara, sebanding,
setimbang. Karenanya, tidak relevan jika kita bersikap rendah hati sambil
pilih-pilih orang. Sangat
mudah untuk bersikap rendah hati kepada orang-orang yang mempunyai hirarki
lebih tinggi. Makanya, gampang untuk bersikap hormat kepada atasan tapi sulit
untuk sekedar sopan kepada bawahan. Mudah untuk ramah kepada orang yang mempunyai
pengaruh, tetapi rumit untuk sekedar melirik mereka yang 'bukan siapa-siapa'. Ringan
untuk menghargai orang-orang yang kita nilai lebih berilmu, namun berat rasanya
untuk sekedar mengakui keberadaan mereka yang kita anggap tak lebih pintar dari
diri kita. Ingatlah nasihat para Nabi;"Yang membedakan manusia dihadapan Tuhan,
hanyalah tingkat ketakwaannya." Dan ketakwaan tidak ada kaitannya dengan
jabatan, kebangsawanan, maupun kepemilikian. So, berpijaklah di dunia yang
datar.
 
5.      Menyerahlah…. Salah satu kata terindah yang paling saya
sukai dari guru Yoga saya adalah 'surrender…'. Menyerahlah… Ini bertolak
belakang dengan kalimat-kalimat motivasi pada umumnya; "fight!" Lawanlah!. Oh, no
no,no…. Humbleness is to fight with surrender. Melawan dengan penyerahan diri.
Ehm, rada berat nih. Ya, ya, ya. Dalam Yoga, justru kita meraih kekuatan
melalui penyerahan diri. Bukan menyerah kepada lawan kita, melainkan kepada
alam semesta. Jika tubuh ini kita biarkan melebur dengan alam, maka dia akan menjadi
bagian dari alam. Mengikuti gerakan dan nafas yang dimainkan oleh alam. Sehingga
kita mulai memahami energy alam, sedangkan alam memberikan perlindungannya. Semua
hal di alam ini adalah energy. Dan kita tahu bahwa jumlah energy itu tetap. Tidak
berkurang. Tidak bertambah. Alias abadi. Jika kita mampu menyelaraskan energy didalam
diri kita dengan energy alam, maka energy itu akan menyatu sedemikian rupa
sehingga kita akan menjadi bagian dari energy alam. Bukankah tidak ada orang
yang bisa melawan kekuatan energy alam? Maka siapa saja yang surrender pasti
menjadi bagian dari alam. Sedangkan mereka yang 'melawan' harus berhadapan
dengannya. Ketika Anda tetap rendah hati, alam merespon Anda secara positif.
Dan dia akan melindungi Anda dari perlakukan buruk orang-orang yang arogan.
Benarkah? Benar. Buktinya, tidak ada orang yang simpati kepada mereka yang
arogan.
 
Kita
sudah cukup jauh membicarakan tentang resiko orang-orang yang bersedia untuk
tetap bersikap rendah hati. Dan kita juga sudah membicarakan orang-orang yang
memandang sebelah mata kepada mereka yang rendah hati. Pertanyaannya adalah;
apakah kita termasuk orang yang rendah hati itu, ataukah justru kita yang bersikap
negatif kepada orang-orang yang rendah hati itu? Jangan-jangan kitalah yang
termasuk kedalam kelompok kedua yang sedang kita bicarakan itu. Halah, betapa
gampangnya membicarakan kekurangan orang lain. Padahal ternyata, kekurangan itu
justru ada dalam diri kita sendiri. Kalau begitu, ayolah kita dengarkan kembali
nasihat orang tua kita untuk bersikap rendah hati. Karena bersikap rendah hati
berarti kita memiliki kemampuan yang tinggi namun tetap respek kepada orang
lain. Tidak usah risau dengan mereka yang merendahkan karena kerendahan hati
yang kita tunjukkan. Sebab Tuhan pun telah berfirman; "Adapun hamba-hamba Tuhan
Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan dimuka bumi dengan
rendah hati. Dan apabila ada orang yang merendahkan mereka, maka mereka
membalasnya dengan ucapan 'salam'. (kudoakan engkau selamat)."
 
Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman  - 5 Agustus 2011
Master
Trainer & Natural Intelligence Inventor
Website: http://www.dadangkadarusman.com              
 
Catatan Kaki:
Jika
kita masih memilih-milih orang untuk bersikap rendah hati, mungkin kita belum
benar-benar mempunyai sikap rendah hati. Padahal kerendahan hati adalah milik
hamba Tuhan.
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda
nilai bermanfaat bagi yang lain. Tapi tolong, jangan diperjualbelikan ya.

Follow DK on Twitter @dangkadarusman

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
.

__,_._,___
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori dengan judul [gudang-ilmu] Artikel: Rendah Hati Ditengah Dominasi Dan Arogansi. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://tempat-belajar-bisnis-online.blogspot.com/2011/08/gudang-ilmu-artikel-rendah-hati.html. Terima kasih!
Ditulis oleh: Andriansyah - Thursday, August 4, 2011

Belum ada komentar untuk "[gudang-ilmu] Artikel: Rendah Hati Ditengah Dominasi Dan Arogansi"

Post a Comment

Blogger news