Pages

feature content slider

Powered by Blogger.

Pages - Menu

Popular Posts

Arsip Blog

Blogger templates

[gudang-ilmu] Artikel: Bersaing Dengan Teman Secara Sportif

 

Artikel:
Bersaing Dengan Teman Secara Sportif
 
Hore, Hari Baru! Teman-teman.
                                                                                              
"Sesama bis kota dilarang
saling mendahului," dulu dikaca belakang bis umum selalu ada tulisan seperti
itu. Saya selalu tergelitik setiap kali ingat kalimat itu. Mengapa 'sesama bis
kota', ya? Tapi benar juga, soalnya bis kota kan tidak mungkin saling
mendahului dengan kereta api. Apalagi dengan pesawat terbang. Meski sekarang
sudah tidak ada lagi tulisan seperti itu, tetapi tidak berarti kalimat itu
tidak relevan lagi. Khususnya bagi kita yang bukan pengemudi bis kota. Lho, kok
kita? Iya, karena perilaku 'mengemudi' ugal-ugalan yang kita lakukan dalam
mengarungi roda kehidupan sering jauh lebih parah dari persaingan antar bis
kota. Persis seperti bis kota yang bersaing dengan sesama bis kota, kita hanya
bersaing dengan sesama kita juga. Dan, persaingan kita sering dikasih bonus
berupa rasa iri didalam hati.
 
Persaingan terjadi
dimana-mana. Di panggung politik. Di lingkungan tempat tinggal. Di kantor.
Dimana saja. Zaman sekarang, kita sudah jarang melihat persaingan yang sportif.
Contoh tidak sportif yang paling buruk ada di panggung politik yang penuh
dengan intrik. Disusul oleh persaingan dikantor yang sering dicederai oleh manuver-manuver
kotor. Di lapangan olah raga, sesekali kita juga melihat ada noda. Mungkin
sudah saatnya kita galakan lagi semangat bersaing secara sportif. Bagi
kebanyakan orang sportivitas itu bukan dalam konteks panggung politik atau
lapangan olah raga, melainkan dalam persaingan dengan teman di kantor. Bagi Anda
yang tertarik untuk menemani saya belajar bersaing dengan teman di kantor
secara sportif, saya ajak untuk memulainya dengan menerapkan 5 prinsip Natural
Intellligence berikut ini:
 
1.      Mencari kelebihan sang pesaing. Dalam bersaing, kebanyakan
orang gemar mencari-cari kesalahan orang lain. Padahal, kesalahan orang lain sama sekali tidak memberi energy
positif bagi diri kita. Belajarlah untuk mencari kelebihan dan keunggulan orang
lain. Dengan begitu kita akan semakin termotivasi untuk terus meningkatkan
diri. Inti dari sebuah persaingan bukan sekedar bisa 'meraih' sesuatu yang
diperebutkan, melainkan 'bisa melakukan apa' dengan sesuatu yang kita raih itu.
Setelah meraihnya, kita bisa apa. Salah satu sumber kekecewaan kita kepada para
'juara' adalah ketika kita tahu bahwa setelah memenangkan persaingan itu,
ternyata sang juara tidak bisa melakukan sesuatu yang kita harapkan. Maka
ketika kita yang menjadi juaranya, orang lain juga memiliki tuntutan yang sama
kepada kita. Hanya jika kita benar-benar 'mampu' saja orang lain akan
menghargai 'kemenangan' kita. Jika tidak? Mereka akan berpaling kepada orang
lain sekalian berharap kita segera tergantikan. Maka carilah kelebihan yang
dimiliki oleh orang lain. Dan jadikan hal itu motivasi untuk terus meningkatkan
kualitas diri.
 
2.      Menggandeng tangan sang pesaing. Dijalan-jalan, sekarang
kita sudah mulai melihat banyak bis gandengan. Ada 2 bis yang berjalan
bersama-sama. Dengan bis gandeng itu, lebih banyak penumpang yang bisa diangkut
dalam satu waktu. Lebih sedikit bahan bakar yang dihabiskan. Dan lebih efisien
tenaga sopir yang dikeluarkan. Ini adalah symbol indahnya sinergi yang bisa
kita bangun dengan sesama pesaing kita. Mari kita tengok teman-teman yang
menjadi pesaing terkuat di kantor. Bagaimana kalau kita konversi saja energy untuk
saling menyalip itu dengan kesediaan untuk berkolaborasi. Dijamin, manfaat yang
bisa kita kontribusikan kepada perusahaan akan jauh lebih baik dibandingkan
dengan ketika kita sama-sama ngotot untuk saling sikut. Tapi kan jabatan yang
diperebutkan hanya ada satu. Yang diperlukan oleh perusahaan bukanlah sekedar
kemampuan untuk mengalahkan pesaing. Tetapi ada soft skill yang jarang dimiliki
orang namun sangat penting, yaitu; 'mengelola kekuatan orang lain'. Ketika Anda
mendemonstrasikan kemauan dan kemampuan untuk berkolaborasi dengan pesaing
terkuat Anda; maka Anda sudah menunjukkan kemampuan langka itu.
 
3.      Berikan pujian yang tulus kepada pesaing. Saat bersaing,
kita sering enggan untuk memberi pujian kepada lawan. Padahal, pujian
memberikan efek energy positif bagi kedua belah pihak. Lebih dari itu, pujian
tulus yang kita lontarkan bagi orang lain mengundang simpati pihak-pihak yang
tidak memiliki hubungan secara langsung. Jika saya memuji Anda dengan tulus
hati, maka bukan hanya Anda yang bisa merasakan ketulusan saya. Orang-orang
lain yang melihat saya memuji Anda pun merasakan hal yang sama. Sebagai bonusnya,
orang lain itu mempunyai kesan yang positif terhadap saya. Sama halnya jika
pujian atau kredit poin tulus itu Anda yang memberikan kepada pesaing Anda. Dan
biarkan orang lain mengetahui Anda melakukan itu. Maka selain Anda bisa
membangun hubungan emosi positif dengan pesaing Anda, maka orang-orang lain
yang 'berada di luar arena' akan memberikan simpatinya kepada Anda. Bagaimana
jika pujian itu malah membuat pesaing Anda semakin besar kepala? Bagus. Karena
semua orang akan semakin tahu kualitas yang sesungguhnya. Bukankah orang
menyukai sifat sportif dan ketulusan?
 
4.      Menyokong kemajuan pesaing. Menjegal langkah orang lain? Ah,
itu sudah terlampau biasa kita temukan. Selain bukan perilaku bermartabat, itu
juga tidak menunjukkan keunggulan apa-apa. Kualitas kepemimpinan seseorang
justru terlihat dari kemampuannya untuk menyokong kemajuan orang lain. Mengapa harus
begitu? Karena menjadi pemimpin adalah tentang bagaimana membantu orang-orang
yang kita pimpin maju lebih pesat dan mengembangkan dirinya lebih cepat.
Mengapa banyak pemimpin yang tidak mampu untuk mengembangkan bawahannya? Karena
sebelum menjadi pemimpin mereka tidak belajar menyokong kemajuan orang lain.
Maka jadikanlah pesaing terdekat Anda sebagai 'murid' yang bisa Anda gunakan
untuk berlatih mengembangkan orang lain. Jika memang dia pesaing hebat, tentu
dia punya bakat. Sehingga Anda dijamin akan berhasil mengembangkannya. Dan itu
adalah prestasi kepemimpinan yang layak Anda rayakan. Lalu Anda pikirkan lagi, "aspek
apa lagi yang bisa Anda kembangkan dari pesaing yang satu ini?" Secara tidak
langsung, Anda telah menempa diri sendiri menjadi seorang pemimpin sejati.
 
5.      Adopsi kualitas yang mutlak harus
dimiliki seorang pemimpin.Ada satu hal yang sulit untuk
dipahami, namun harus kita terima dengan lapang dada. Apakah itu? Itu adalah
fakta bahwa yang mendapatkan promosi di kantor, tidak selalu merupakan orang
yang paling terampil. Tidak juga selalu orang yang pencapaian kerjanya paling
tinggi. Misalnya, orang yang menjadi Sales Manager tidaklah selalu orang yang
persentase pencapaian salesnya paling tinggi. Mungkin hanya 101% saja. Fakta
ini sering membuat mereka yang meraih sales 110% uring-uringan. Mengapa? Karena
mereka tidak faham bahwa untuk memimpin, dibutuhkan banyak aspek. Bukan sekedar
angka-angka diatas kertas. Lihatlah point 1,2,3 dan 4 yang baru kita bahas. Itu
adalah aspek-aspek lain yang mutlak dibutuhkan dari seorang pemimpin. Karena kepemimpinan
bukanlah soal penguasaan aspek-aspek teknis belaka. Melainkan sebuah seni
mengelola orang lain, mengenali potensi-potensi mereka, dan menggunakannya
untuk mencapai tujuan perusahaan.
 
Tanpa
disadari, kita sering menganggap teman sebagai ancaman. Ambisi-ambisi pribadi
kita sering membisikan jika mereka bisa menjadi penghalang atas apa yang kita
inginkan. Mulai sekarang, mari kita ubah cara pandang terhadap para pesaing.
Bantulah mereka untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Tolonglah mereka untuk bisa
menghasilkan kinerja yang lebih tinggi. Doronglah mereka untuk terus
berprestasi. Kembangkanlah mereka, karena itulah hakekat kemimpinan yang harus
Anda miliki didalam diri Anda.  
 
Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman  - 10 Agustus 2011
Natural
Intelligence Learning Facilitator
Website: http://www.dadangkadarusman.com
Buktikan "SEIKHLASNYA";  mulai 17 Agustus 2011
 
Catatan Kaki:
Sangat
mudah untuk menemukan orang-orang yang siap bersaing, namun sangat sedikit
orang yang bisa bersaing secara sportif.  
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda
nilai bermanfaat bagi yang lain. Tapi tolong, jangan diperjualbelikan ya.

Follow DK on Twitter @dangkadarusman

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
.

__,_._,___
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori dengan judul [gudang-ilmu] Artikel: Bersaing Dengan Teman Secara Sportif. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://tempat-belajar-bisnis-online.blogspot.com/2011/08/gudang-ilmu-artikel-bersaing-dengan.html. Terima kasih!
Ditulis oleh: Andriansyah - Tuesday, August 9, 2011

Belum ada komentar untuk "[gudang-ilmu] Artikel: Bersaing Dengan Teman Secara Sportif"

Post a Comment

Blogger news