Pages

feature content slider

Powered by Blogger.

Pages - Menu

Popular Posts

Arsip Blog

Blogger templates

[gudang-ilmu] Artikel: Haruskah Kita Bersabar Menantikan Masa Depan?

 

Artikel:
Haruskah Kita Bersabar Menantikan Masa Depan?
 
Hore, Hari Baru! Teman-teman.
 
Kita sering gelisah dengan
masa depan; akan menjadi seperti apakah hidup saya nanti? Bahkan kadang kita
tergoda untuk bertanya kepada para peramal. Berbagai cara kita tempuh agar bisa
tahu apa yang akan terjadi nanti. Kita mengira jika mengetahui masa depan maka
kehidupan kita akan semakin baik. Benarkah demikian?
 
Nabi Khidr mengingatkan jika
Musa tidak akan bisa bersabar mengikuti dirinya. Nabi Musa pun menyaksikan
tindakan-tindakan aneh Nabi Khidr, sehingga dia tidak lagi bisa membiarkannya. Sebelum
berpisah Nabi Khidr menjelaskan, mengapa dia melakukan semua tindakannya. Semua
itu bukanlah kehendaknya, melainkan atas petunjuk Tuhan yang memberinya
pengetahuan tentang apa yang akan terjadi dimasa depan. Saya termasuk yang penasaran
dengan masa depan. Dan saya, tentu lebih tidak sabar dibandingkan Nabi Musa. Maka
bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar bersabar atas rahasia masa depan;
saya ajak untuk memulainya dengan memahami dan melakukan 5 prinsip Natural
Intelligence berikut ini:     
 
1.      Mengendarai waktu yang menuju ke masa depan. Selain waktu, tidak
ada alat transportasi lain yang bisa membawa kita kepada masa depan. Karena
waktu bertugas untuk membawa kita menuju kesana. Maka kendarailah waktu. Dan arahkan
dia kepada masa depan yang mana Anda ingin menuju. Sebagai sebuah kendaraan,
waktu bisa membawa kita kemasa depan yang nyaman, atau menyebalkan. Jika kita
menggunakan waktu untuk melakukan hal-hal yang baik, misalnya. Maka pasti kita
akan sampai ke tempat yang baik. Namun jika kita menggunakan waktu untuk
melakukan tindakan-tindakan yang buruk, maka cepat atau lambat kita akan
dibawanya kepada masa depan yang pasti buruk. Waktu adalah kendaraan yang
melekat dalam diri kita. Tidak bisa ditolak. Namun bisa kita kendalikan
arahnya, melalui pilihan perilaku dan perbuatan kita dalam detik demi detiknya.
Maka apapun yang kita lakukan dalam setiap detak waktu itu, merupakan cara kita
dalam memberi arah kepadanya.
 
2.      Belum tentu kita sanggup mengetahui masa depan yang buruk. Tak
seorang pun sanggup menerima berita buruk tentang masa depannya. "Setidaknya,
saya bisa bersiap-siap," mungkin begitu kilahnya. Mari kita bertanya kepada
diri sendiri; mana yang lebih mungkin terjadi jika kita diperkenankan untuk
mengetahui masa depan kita yang buruk. Apakah kita akan tabah, atau malah
semakin gelisah? Saya tidak yakin jika kita akan semakin tabah. Boleh jadi
malah kita tergoda menyalahkan nasib; mengapa harus seperti ini? Mungkin kita
menuduh Tuhan tidak adil. Atau, mungkin kita berpikir; jika masa depan gue
seburuk itu, ngapain mesti susah-susah menjadi orang yang baik? Jadi orang
rusak sekalian saja. Kita, belum tentu sanggup untuk mengetahui masa depan yang
buruk. Sehingga membiarkannya tetap menjadi misteri, mungkin jauh lebih baik.
 
3.      Belum tentu kita sanggup mengetahui masa depan yang baik. Kita
tahu jika masa depan itu adalah hasil dari masa kini.Apa yang kita lakukan sekarang, sedikit banyaknya menentukan apa
yang akan kita dapatkan dimasa depan. Tetapi jika Anda diramalkan akan
mendapatkan masa depan yang baik, masihkah Anda bersedia untuk bersusah payah
sekarang? Saya tidak yakin. Jika kita sudah tahu 'akan menjadi orang sukses'
misalnya. Mengapa kita mesti 'menderita' sekarang? Bukankah sesuai ramalan kita
'santai-santai' pun akan mendapatkan masa depan yang 'baik' itu? Sifat dasar
manusia adalah untuk mencari kenikmatan dan menghindari rasa sakit. Jadi jika
kita sudah 'tahu' masa depan kita akan baik, maka kemungkinan terbesarnya
adalah; kita enggan untuk berjuang melintasi jalur-jalur terjal yang
menyakitkan. Jika 'nasib baik' itu belum juga datang, bisa jadi kita malah
menghujat-hujat Tuhan; mengapa Dia terlalu lama menahan semua kebaikan itu? Padahal,
apa yang kita lakukan sekarang sangat menentukan apa yang akan kita dapatkan
dimasa depan.
           
4.      Mengubah misteri masa depan menjadi kegairahan. Banyak
ramalan yang bercerita tentang ini dan itu. Namun kenyataan yang terjadi
berbeda sama sekali. Hal itu menunjukkan bahwa tidak seorangpun benar-benar
mengetahui apa yang akan terjadi bahkan sedetik setelah saat ini. Makanya,
memaksa masa depan untuk menampakkan dirinya bukan lagi gagasan brilian.
Kitalah yang bertanggungjawab untuk membentuk masa depan seperti apa yang kita
inginkan. Kitalah yang menentukan akan menjadi seperti apa masa depan kita
nantinya. Kitalah yang yang membentuk sosok masa depan diri kita sendiri.
Justru karena kita tidak tahu masa depan akan seperti apa; kita termotivasi
untuk bekerja keras sekarang. Justru karena tidak tahu apa yang akan terjadi,
kita mawas diri kini. Justru karena kita ingin mendapatkan esok yang indah, kita
menjadi semakin bergairah. Dan gairah itu akan semakin menggelora, justru
ketika kita membiarkan masa depan tetap menjadi misteri.
 
5.      Que sera-sera - whatever will be, will be. Apapun yang akan
terjadi, ya terjadilah. Namun sebelum semuanya terjadi, biarkan kami untuk
melakukan apapun yang bisa kami lakukan untuk merengkuh seluruh alunan lagu kehidupan
dengan semerdu-merdunya. Apapun yang akan terjadi, ya terjadilah. Namun,
sebelum semuanya itu terjadi, ijinkan kami untuk melakukan yang terbaik saat
ini. Sungguh, tidak seorang pun yang memiliki masa depan. Karena belum tentu
umur kita sampai kesana. Tetapi, setiap orang memiliki 'saat ini'. Maka pada
saat inilah kita berpijak. Dan kita boleh menggunakan 'saat ini' yang sudah
jadi miliki kita untuk melakukan apapun sebaik yang kita bisa. Dan setelah saat
ini berlalu, maka apapun yang akan terjadi, ya terjadilah. Karena setelah semua
usaha terbaik kita lakukan saat ini, maka tidak ada sedikitpun kekhawatiran
akan masa depan. Inilah yang dikatakan oleh guru kehidupan saya tentang makna tawakkal.
Yaitu kita melakukan segala sesuatu dengan benar, sepenuh hati, dan
bersungguh-sungguh. Setelah itu, hasilnya kita serahkan kepada Sang Pemilik masa
depan. Biarkan Dia yang menilai, masa depan seperti apa yang pantas
diberikan-Nya kepada kita berdasarkan semua yang sudah kita upayakan. Que sera,
sera.
 
Kisah kitab suci tentang Nabi
Khidr dan Nabi Musa menegaskan bahwa mengetahui masa depan tidak menjadikan
hidup kita 'normal'. Karena dengan tahu tentang masa depan, mungkin kita akan
melakukan sesuatu yang dianggap aneh oleh orang-orang disekitar kita. Oleh
sebab itu, mengetahui masa depan bukanlah gagasan yang menarik jika kita ingin
hidup layaknya manusia normal pada umumnya. Keindahan hidup kita justru
terletak pada misteri yang meliputi apa yang akan terjadi sedetik setelah ini.
Jika kita tidak tahu akan mengalami peristiwa buruk, maka sekarang kita masih bisa
bahagia. Jika kita tidak tahu akan mengalami peristiwa baik, maka sekarang kita
memanfaatkan semua yang ada pada diri kita. Maka jika kita ingin bisa
benar-benar menikmati hidup, kita perlu bersabar dalam menantikan masa depan.
 
Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman  - 26 Juli 2011
Master
Trainer & Natural Intelligence Inventor
Website: http://www.dadangkadarusman.com              
 
Catatan Kaki:
Meskipun kita tidak memiliki masa depan tetapi
kita memiliki masa kini. Selama kita bisa mengendalikan masa kini, maka kita
bisa berharap masa depan yang jauh lebih baik lagi.
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda
nilai bermanfaat bagi yang lain.

Follow DK on Twitter @dangkadarusman

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
.

__,_._,___
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori dengan judul [gudang-ilmu] Artikel: Haruskah Kita Bersabar Menantikan Masa Depan?. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://tempat-belajar-bisnis-online.blogspot.com/2011/07/gudang-ilmu-artikel-haruskah-kita.html. Terima kasih!
Ditulis oleh: Andriansyah - Monday, July 25, 2011

Belum ada komentar untuk "[gudang-ilmu] Artikel: Haruskah Kita Bersabar Menantikan Masa Depan?"

Post a Comment

Blogger news