Pages

feature content slider

Powered by Blogger.

Pages - Menu

Popular Posts

Arsip Blog

Blogger templates

[gudang-ilmu] Artikel: Menulis Diatas Kertas Kehidupan Kita

 

Artikel:
Menulis Diatas Kertas Kehidupan Kita
 
Hore, Hari Baru! Teman-teman.
 
Saya meyakini bahwa setiap
bayi dilahirkan dalam keadaan suci. "Jiwanya bersih laksana selembar kertas
putih," demikian guru kehidupan saya mengajarkan. Setiap tindakan yang
dilakukannya menjadi tanggungjawab orang tuanya hingga dia mencapai usia akil
baligh. Jelas sekali jika orang tua hanya berperan dalam proses 'persiapan'
saja. Sedangkan setelah seorang anak akil baligh, maka semua tindak tanduk dan
perilakukanya menjadi tanggungjawab dirinya sendiri. Setiap orang memiliki buku
catatan amalnya masing-masing yang akan menjadi laporan akhir ketika hari
berbangkit tiba kelak. Lembaran-lembarannya merupakan dokumentasi semua
perbuatan. Oleh sebab itu, menjalani hidup tidak ubahnya dengan menulis diatas
kertas kehidupan itu sendiri.
 
Suatu ketika saya membuka
kotak penyimpanan dokumen-dokumen lama yang sudah disimpan selama
bertahun-tahun. Didalam kotak itu saya menemukan berbagai macam catatan,
termasuk surat cinta, kartu lucu-lucu, puisi-puisi yang saya tulis, dan
berbagai pernak-pernik lainnya. Ketika membacanya kembali, saya berkali-kali
bergumam; apa iya saya pernah menulis kalimat ini? Tetapi saya tidak bisa
mengelak karena kertas itu berisi tulisan tangan sendiri. Di hari kebangkitan
kelak, nasib kita kira-kira sama; kita dihadapkan kepada buku besar berisi
catatan perjalanan kehidupan. Jika catatan itu baik, maka kita akan senang.
Namun, jika catatan itu buruk, kita bertanya; 'benarkah saya sudah melakukan
hal itu?" Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar menulis dalam kertas
kehidupan; saya ajak untuk memulainya dengan memahami 5 sudut pandang Natural
Intelligence berikut ini:
 
1.      Nilai selembar kertas ditentukan oleh catatan yang tertulis didalamnya.  Bayangkan Anda memiliki 4 lembar
kertas berukuran A4 yang masing-masing Anda beli seharga 100 rupiah. Satu
lembar digunakan oleh Barrack Obama untuk menuliskan memo tentang skema
pembayaran utang Amerika. Satu lembar diambil Bill Gates untuk menuliskan memo
hadiah 1 milyar dollar bagi siapa saja yang membawa kertas itu ke akuntannya.
Satu lembar lagi digunakan bajak laut karibia untuk menggambarkan peta
penyimpanan harta karunnya. Lembar terakhir Anda simpan utuh dalam sebuah kotak
kayu didalam gudang. Sekarang, apakah ke 4 lembar kertas itu nilainya tetap sama?
Tidak. Karena diatas masing-masing kertas itu sekarang sudah tertera catatan
penting yang menentukan 'nilai sebenarnya dari kertas itu. Berapa nilai kertas
yang Anda biarkan kosong? Hidup kita juga sama. Tuhan menciptakan semua orang
dengan nilai yang sama. Namun saat kita kembali menghadap kepadaNya, nilai itu
sudah tidak sama lagi. Karena nilai akhir hidup kita, ditentukan oleh catatan
yang tertulis dalam buku kehidupan masing-masing.
 
2.      Menyadari setiap goresan tinta dalam kertas kehidupan. Jika
Anda  berkunjung ke ruang bayi di rumah
bersalin, cobalah perhatikan wajah bayi itu satu demi satu. Bukankah semua bayi
itu lucu dan menggemaskan? Anda tidak perlu mengenal siapa orang tua mereka
untuk menyukai sosoknya. Karena bayi adalah mahluk suci putih bersih laksana
selembar kertas utuh ke-4 yang masih Anda simpan itu. Saya dan Anda, dulu
persis seperti bayi-bayi itu. Jiwa kita bersih. Namun kita sering tergoda untuk
melakukan tindakan dan perilaku yang dikendalikan oleh hawa nafsu, sehingga kita
sering tidak mempertimbangkan konsekuensi tindakan yang kita lakukan. Padahal setiap tindakan kita
pada hakekatnya merupakan goresan-goresan pena dalam lembaran-lembaran kertas
kehidupan kita. Sungguh rugi jika kita terlalu banyak menggoreskan tinta
keburukan. Dan kita diliputi oleh keberuntungan yang dijanjikan oleh para Nabi,
jika kita mengisi kertas itu dengan pena yang menuliskan jejak-jejak kebaikan
dalam perjalanan hidup kita. Setidak-tidaknya, kita bisa mengusahakan agar
lebih banyak catatan baik daripada yang buruk.
 
3.      Kita tidak bisa menyangkal tulisan yang pernah dibuat. Dalam
kotak dokumen lama itu saya menemukan sebuah puisi yang sungguh indah. Siapakah
gerangan yang menuliskan puisi ini? Sulit untuk mempercayai jika puisi itu saya
sendiri yang menulisnya. Puisi yang saya buat ketika jatuh cinta. Dalam kotak
itu juga saya menemukan sebuah kertas berisi catatan tentang pengakuan atas
dosa-dosa yang telah saya lakukan. Seburuk itukah saya? Kapan? Saya tidak
pernah melakukan itu. Tetapi, jelas sekali jika catatan itu menorehkan
pengakuan tulus saya atas perilaku buruk yang sudah saya perbuat. Sungguh, kita
tidak mungkin bisa mengingat semua hal yang pernah kita lakukan semasa hidup.
Namun kertas kehidupan kita mencatatkan semuanya itu dengan sedetail-detailnya
tentang makanan yang kita santap, hak orang lain yang kita jarah, harta yang
kita rebut dengan cara licik, kebohongan yang kita tutupi didepan publik, bisikan
hati yang kita sembunyikan, senyum yang kita tebarkan, nasihat yang kita
sampaikan, kebaikan yang kita berikan. Semuanya tercatat dengan rapi. Kelak jika
catatan itu dibahas disidang akhirat, kita akan terkejut; oh, benarkah saya telah
melakukan kebaikan itu? Sebuah kejutan yang indah. Namun sungguh rugi jika kita
terkejut oleh catatan buruk amal-amal kita. Lidah kita boleh menyangkal.
Tetapi, catatan itu menceritakan segalanya. Penyangkalan kita menjadi sia-sia
belaka.
 
4.      Catatan masa lalu tidak bisa dihapus, namun bisa ditebus. Istri
saya pernah bekerja di sebuah perusahaan pembuat kertas daur ulang. Bahan
bakunya adalah kertas-kertas bekas apa saja yang berisi beragam macam catatan. Ditangan
mereka, kertas bekas itu diolah sedemikian rupa hingga menghasilkan
pernak-pernik benda-benda seni yang indah. Tidak tampak lagi jejak
catatan-catatan isi kertas sebelumnya. Sejak kita memasuki masa akil baligh,
tentunya banyak keburukan yang sudah kita lakukan. Mungkin kita bisa meminta
maaf. Namun kata maaf tidak serta merta menghapuskan catatan perbuatan buruk
kita. Tidak mungkin semua itu bisa dihapus. Tetapi, kita bisa menebus semua
keburukan dimasa lalu dengan komitmen untuk mengubahnya menjadi keindahan. Kertas
kehidupan yang terlanjur coreng moreng itu harus diblender dengan komitmen
tidak melakukan kesalahan yang sama di kemudian hari. Lalu diperas, dicetak,
disetrika, dan dibentuk serta dihias dengan perangai indah. Itu bukan perkara
mudah. Namun kita bisa melakukannya jika kita benar-benar menginginkannya. Tetapi,
siapa yang tidak ingin catatan kertas kehidupannya disajikan dalam bentuk yang
indah saat menghadap Sang Khalik kelak? Perilaku baik dan perangai indah yang
kita lakukan mulai saat ini, semoga menjadi penebus bagi catatan keburukan masa
lalu yang tidak bisa dihapus.
 
5.      Putihkan kembali kertas kehidupan yang mulai buram. Dalam
kotak dokumen itu, semua kertas yang saya temukan berwarna buram kecoklatan.
Padahal dulu kertas-kertas itu berwarna putih bersih. Sama seperti kertas
kehidupan kita yang dulu putih bersih, namun kini sudah berubah menjadi kotor
karena tindakan-tindakan buruk yang kita lakukan. Di pabrik kertas, bubur kayu mengalami
proses 'bleaching' dengan klorin untuk menghilangkan pengaruh lignin yang
membuat warna kertas menjadi buram. Kertas kehidupan kita diputihkan dengan
apa? Sejak zaman dahulu, para para Nabi mengajarkan cara membleaching kertas
kehidupan kita. Sesuai dengan tantangan pada zamannya masing-masing, para utusan
suci itu tidak henti-hentinya mengajak umatnya untuk terus berusaha memutihkan
kertas kehidupannya. Guru kehidupan saya menjelaskan bahwa meskipun berbeda
masa, namun inti ajaran para Nabi itu sama yaitu; "Berserah diri hanya kepada
Tuhan Yang Maha Esa." Penyerahan diri secara utuh itulah yang menjadi 'bleacher'
kertas kehidupan kita. Sedangkan perangai dan tindakan baik kita menjadi tulisan
dan untaian kalimat-kalimat indah yang tertera dalam buku catatan kehidupan
kita.  
 
Setiap hari, kita menulis
dalam lembara kertas baru kehidupan kita. Kemudian lembaran-lembaran itu akan
disusun menjadi sebuah buku yang berisi seluruh catatan lengkap perjalanan
hidup kita. Diantara amal baik, mungkin terselip perbuatan buruk. Dibalik niat
baik, mungkin tersembunyi cara eksekusi yang buruk. Oleh sebab itu, pantaslah
kiranya jika kita saling menyadari ketidaksempurnaan diri. Dan saling memaafkan
satu sama lain. Persis seperti tuntunan para Nabi suci, untuk mengisi hari-hari
baru kita dengan lembaran-lembaran baru kehidupan yang menorehkan catatan indah
dalam buku kehidupan kita. Bagi seorang Muslim, Ramadhan adalah kesempatan terbaik untuk meluruskan
tauhid dan memutihkan kembali kertas kehidupannya, serta menghiasinya dengan
amal baik. Selamat menjalankan ibadah Ramadhan.
 
Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman  - 1 Agustus 2011
Master
Trainer & Natural Intelligence Inventor
Website: http://www.dadangkadarusman.com              
 
Catatan Kaki:
Setiap hari baru adalah lembaran kertas
kehidupan yang baru bagi kita. Terserah kepada keputusan masing-masing, hendak
menuliskan apa didalam lembaran kertas kehidupan itu.
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda
nilai bermanfaat bagi yang lain.

Follow DK on Twitter @dangkadarusman

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
.

__,_._,___
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori dengan judul [gudang-ilmu] Artikel: Menulis Diatas Kertas Kehidupan Kita. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://tempat-belajar-bisnis-online.blogspot.com/2011/07/gudang-ilmu-artikel-menulis-diatas.html. Terima kasih!
Ditulis oleh: Andriansyah - Sunday, July 31, 2011

Belum ada komentar untuk "[gudang-ilmu] Artikel: Menulis Diatas Kertas Kehidupan Kita"

Post a Comment

Blogger news