Pages

feature content slider

Powered by Blogger.

Pages - Menu

Popular Posts

Blogger templates

[gudang-ilmu] Artikel – Mengapa Seseorang Layak Disebut Leader?

[gudang-ilmu] Artikel – Mengapa Seseorang Layak Disebut Leader?

 

 
Artikel – Mengapa Seseorang Layak Disebut Leader?
 
Hore, Hari Baru! Teman-teman.
 
Catatan Kepala:"Jika orang yang disebut sebagai leader itu hanya menempatkan bawahannya pada posisi sebagai pelaksana pekerjaan rutin, maka orang itu belum berhasil menjadi 'leader'."
 
Judul artikel ini tidak dituangkan untuk menggugat atasan yang dinilai kurang kompeten. Saya menggunakannya untuk mengajak Anda untuk melihat kedalam, apakah didalam diri kita memang sudah ada tanda-tanda jika kita ini memiliki kualitas pribadi yang memadai? Kualitas yang memadai untuk apa? Untuk menjadikan diri kita layak disebut sebagai seorang leader. Mengapa? Karena kita sering terlalu sibut mengejar titel jabatan, bukan mengejar kompetensi. Setelah mendapatkan jabatan itu pun kita sering terlampau sibuk untuk menjaga 'citra' sebagai pemimpin yang disegani atau dipatuhi. Dan sering lupa, bahwa nilai diri kita sebagai pemimpin hanya terletak kepada apa yang bisa kita lakukan saat menjalankan fungsi kepemimpinan itu. Bukan pada titel mentereng kita. Jadi, mengapa seseorang layak disebut pemimpin?
 
Beberapa waktu lalu, saya menyaksikan sebuah forum yang dihadiri oleh para pemipin. Ditengah hujan kritik atas nihilnya dampak kepemimpinan organisasi, ada sebuah kalimat terlontar:"Kalaupun para pemimpinnya diganti, apakah kebijakan dan pola kerja akan berubah hingga keadaan menjadi lebih baik?" Pertanyaan itu keras. Provokatif. Dan berpotensi menyinggung harga diri banyak pemimpin yang hadir. Namun, tak seorang pun yang berani atau bersedia menjawabnya. Bisakah Anda memberikan jawaban akurat? Faktanya, banyak sekali proses pergantian kepemimpinan yang tidak menghasilkan perubahan apapun selain 'nama pemimpinnya'. Sedangkan hal-hal lainnya, berjalan seperti sebelumnya saja. Fakta ini menunjukkan betapa banyaknya 'leader' yang tidak memiliki kualitas kepemimpinan yang sesungguhnya. Memangnya apa saja sih kualitas kepemimpinan itu? Banyak teori. Dan banyak kriteria. Anda tidak akan kekurang jenis-jenisnya. Bagi Anda yang tertarik menemani saya
merenungkan apakah kita layak disebut sebagai leader, saya ajak memulainya dengan memahami 5 kualitas kepemimpinan dari sudut pandang Natural Intelligence (NatIn™), berikut ini:
 
1.      Menjadi yang terdepan, bukan sedekar mengikuti petunjuk dari orang lain. Ada sebuah istilah yang sejak lama kita kenal, yaitu; 'pemimpin boneka'. Kelihatannya saja orang itu yang memimpin, namun sebenarnya dia dikendalikan oleh orang lain. Keliru, jika kita menganggap bahwa istilah itu hanya cocok digunakan pada masa penjajahan, atau ketika suatu negara adi daya mengintervensi negara lain secara politik. Pemimpin boneka juga banyak bertebaran di perusahaan-perusahaan. Hanya saja, 'kebonekaannya' terjadi secara sukarela. Lho, kok bisa? Bisa. Caranya; ya sudah, ikuti aja petujunjuk dari boss besar atau atasan yang lebih tinggi. Tinggal di 'cascade' kepada bawahan kita. Selesai. Ini lho, jenis pemimpin boneka dalam konteks kita. 'WOOOOOOY! GUA TERSINGGUNG DISEBUT BONEKA!" Alhamdulillah, bagus kalau begitu. Sehingga mulai sekarang, kita bisa memposisikan diri di garis terdepan perjuangan bersama anggota team yang kita pimpin.
 
2.      Menjadi innovator, bukan sekedar melestarikan apa yang sudah ada. Banyak pemimpin yang harus mengambil alih suatu posisi yang ditinggalkan oleh pemimpin hebat sebelumnya. Sebagai pemimpin hebat, tentu pendahulunya sudah mewariskan banyak hal hebat juga dalam team itu. Namun ketika beliau pergi, maka penggantinya sering terpukau oleh kehebatan pendahulunya. Semuanya sudah 'tepat' pada tempat dan proporsinya, begitu system nilai yang kemudian berlaku. Maka tak heran, jika setelah berkali-kali terjadi pergantian kepemimpinan pun tidak ada perubahan yang signifikan di organisasi itu. Benarkah hal itu karena pemimpin terdahulu sudah menjadikan organisasisi itu sedemikian hebatnya? Bukan. Itu karena pemimpin-pemimpin yang menggantikannya kemudian menempatkan dirinya sebagai sekedar pelestari apa yang sudah ada selama ini. What about you?
 
3.      Melahirkan gagasan-gagasan baru, bukan sekedar pelaku kebiasaan lama.  Agak aneh juga ya jika ada pemimpin yang dalam karir kepemimpinannya tidak bisa melahirkan gagasan-gagasan baru. Kemane aje wooooooy….? Jelas sekali jika itu mengindikasikan 2 kemungkinan. Sang pemimpin tidak menjalankan tugasnya, atau hanya menjadi pelaku dari kebiasaan lama. Menarik juga ketika ada orang yang jujur mengakui bahwa sebagai pemimpin beliau bukan tipe pemikir. "Sulit untuk melahirkan gagasan baru bagi orang yang bukan pemikir," katanya. Sahabatku, gagasan baru itu tidak harus besar. Tidak harus dipikir rumit. Sering bahkan dihasilkan dari sebuah pertanyaan sederhana seperti ini;"Kalau kita melakukannya dengan cara begini, hasilnya bagaimana ya?" So, start from there, wherever you are.
 
4.      Mencari terobosan, bukan sekedar terkungkung penjara rutinitas belaka.  Bisa dipastikan jika setiap kemandekan yang dialami oleh suatu organisasi terjadi karena orang-orang didalam organisasi itu tidak menemukan 'jalan keluar' dari pekerjaan rutin yang dilakukan begitu-begitu saja sepanjang waktu. Padahal, kita tahu bahwa apa yang sesuai saat ini, mungkin sudah obsolete 5 atau 10 tahun lagi. Kita memahami itu sambil tetap kukuh berpegang pada praktek dan cara-cara yang sudah kita gunakan sejak 5 atau 10 tahun yang lalu. Maka itu artinya hari ini, kita sudah mulai memasuki lorong-lorong dead-end menuju kebuntuan. Orang-orang hanya akan bisa membebaskan diri dari penjara rutinitas itu, jika mampu mencari terobosan. Siapakah penaggungjawab 'orang-orang itu' itu? Karena kita leadernya, ya kitalah penanggungjawabnya. So, tugas mencari terobosan itu ada pada pundak kita yang telah terlanjur berani menyodorkan diri untuk menjadi pemimpin
mereka.
 
5.      Selalu bertanya; 'Setelah ini, apa lagi ya?'.  Tidak pernah ada kata selesai bagi orang-orang yang senantiasa membiarkan otaknya terjaga. Bangun. Melek. Dan terus berputar. Karena orang-orang seperti itu tidak pernah berhenti meski 'baru saja' menyelesaikan sebuah tugas yang sangat besar. Bahkan, dalam tidur pun mereka bermimpi tentang sesuatu yang mungkin bisa dilakukannya lebih baik bagi dirinya sendiri. Bagi orang lain. Bagi organisasi yang dipimpinnya. Bagi dunia. Karena mereka percaya, bahwa seperti halnya Tuhan yang tidak pernah berhenti berkarya; Tuhan suka sekali pada hambanya yang terus menerus mengeksplorasi diri melalui pertanyaan; "setelah ini, apa lagi?" Dari pertanyaan sederhana itulah inovasi lahir. Pemikiran baru muncul. Gagasan brilian berlompatan. So, keep asking; "Setelah ini, apa lagi?"
 
Perusahaan membutuhkan leaders yang memiliki ke-5 kualitas diatas. Karena tantangan bisnis yang dihadapi oleh perusahaan semakin hari semakin besar. Bisa berupa tantangan yang datang dari luar atau kompetitor yang terus menerus menggerus pangsa pasar. Bisa juga yang datang dari internal perusahaan sendiri berupa visi dan misi serta target-target pertumbuhan yang semakin menantang. Tanpa ke-5 kualitas itu? Seseorang hanya akan menjadi semakin frustrasi, dan akhirnya tanpa daya menyerah kepada keadaan. Sebaliknya, mereka yang memiliki ke-5 kualitas itu selalu menjadi leader yang bisa diandalkan untuk membawa team yang dipimpinnya menuju pencapaian tinggi. Jika sekarang Anda berencana untuk pergi ke toilet, siapkan pertanyaan ini; mengapa Anda layak disebut leader? Kepada siapa pertanyaan itu diajukan? Kepada dinding toilet yang dilapisi cermin.
 
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman –  31 JaNEWary 2012
Trainer of "CREATIVE LEADERSHIP" In-house program
 
Catatan Kaki:
Masa depan perusahaan ditentukan oleh kualitas kepemimpinan orang-orang yang mengendalikannya. Dan kita, adalah 'orang-orang' itu.
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu. Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda tidak berkurang karenanya.
 
 
Tentang Dadang Kadarusman
~ Spesialisasi training di bidang: NATURAL INTELLIGENCE dan penerapannya dalam LEADERSHIP, PERSONNEL DEVELOPMENT dan PERSONAL EXCELLENCE ~ (Phone: 0812 19899 737 – www.dadangkadarusman.com )
Mari Berbagi Semangat!
 
DEKA - Dadang Kadarusman - 0812 19899 737
Trainer & Public Speaker of Natural Intelligence
Dare to invite Dadang? Call Ms. Vivi at 0812 1040 3327
Info Buku Natural Intelligence Leadership Klik Disni
www.dadangkadarusman.com

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
.

__,_._,___
[gudang-ilmu] Artikel – Presenting The Future

[gudang-ilmu] Artikel – Presenting The Future

 

 
Artikel – Presenting The Future
 
Hore, Hari Baru! Teman-teman.
 
Catatan Kepala:"Tidak seorang pun tahu pasti yang akan terjadi dimasa depan. Namun kita bisa memperkirakannya dari cara hidup masa kini."
 
Presenting the future. Kalimat yang menarik, bukan? Membawa masa depan kepada kekinian. Maaf, kalimat ini bukan sebuah jargon yang sekedar enak didengar atau keren untuk diucapkan. Bagi saya, kalimat itu memiliki makna yang teramat dalam. Mengapa? Karena kita semua menginginkan masa depan yang lebih baik, bukan? Kita terikat kepada masa depan. Itulah sebabnya mengapa kita menabung. Mengapa kita bekerja. Mengapa kita menjalani hari-hari kita dengan yang seharusnya. Karena jika tidak ada masa depan, mungkin kita sudah sejak lama menyerah. Jika tidak ada masa depan, mengapa Anda mau bersusah payah melakukan pekerjaan itu? Jika tidak ada masa depan, mengapa Anda masih mau keluar rumah pagi-pagi sekali, berjibaku dibawah tatapan matahari, dan baru pulang dimalam hari? Masa depan, itulah alasan kita. Pertanyaannya adalah; masa depan kita akan menjadi seperti apa ya……?    
 
Pekan lalu, saya berkesempatan untuk menjadi narasumber dalam sharing session di The Jakarta Futures Exchange (JFX). Dalam hubungan dengan JFX itulah saya pertama kali mengenal motto itu. Sekarang Anda tahu jika kalimat itu bukan saya yang membuat. Saya meminjamnya dari JFX yang tengah berbenah diri melakukan perubahan untuk menuju masa depan yang lebih baik. Jauh-jauh ngomongin JFX, buat kita pribadi apa manfaatnya? Oh, banyak sekali. Kalau JFX melakukan perubahan di tingkat korporasi, maka kita bisa melakukannya di tingkat pribadi. Perusahaan berbicara soal visi. Kita pun sama-sama ingin melihat masa depan yang lebih baik. Maka presenting the future itu memiliki revelansi yang tinggi dengan proses pertumbuhan setiap pribadi. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar dari motto presenting the future, saya ajak memulainya dengan memahami 5 sudut pandang Natural Intelligence (NatIn™), berikut ini:
 
1.      Mulai dengan membidik ke masa depan. Membidik ke masa depan adalah langkah pertama yang perlu kita lakukan. 'The future', kalau kata teman-teman di JFX. Dimasa depan ada begitu banyak alternatif atau pilihan berupa berbagai kemungkinan. Nah, kita mau memilih kemungkinan yang mana. Sederhananya, kita ingin mewujudkan masa depan seperti apa. Jadi dasarnya bukanlah menebak-nebak masa depan kita 'akan' menjadi seperti apa. Melainkan kita merancangnya 'supaya' menjadi seperti apa. Lho, apakah ada bedanya? Ada. Meramalkan akan menjadi seperti apa masa depan itu hanya sekedar 'nrimo'. Hanya meneropong. Apapun yang akan terjadi, ya kita sekedar tahu. Kalau sudah tahu, so what? Kalaupun ada gunanya hanya sedikit. Tetapi merancangnya supaya menjadi apa, memiliki arti yang berbeda sekali. Itu adalah geliat. Cita-cita. Atau tekad.  Kita melihat adanya kemungkinan bahwa masa depan kita akan menjadi seperti yang kita inginkan. Maka begitu
melihat alternatif itu, kita membidiknya kearah itu. Bukankah kita selalu mempunyai kemerdekaan untuk berjalan kearah mana saja? Jika demikian, kita pun merdeka untuk membidik masa depan pada opsi atau pilihan kemungkinan yang mana pun.
 
2.      Tetap berpijak kepada hari ini. Mengejar masa depan sering membuat kita lupa untuk berpijak pada hari ini. Padahal, tidak ada masa depan yang 'putus hubungan' dengan hari ini. 'The present', teman-teman di JFX bilang. Ada keterkaitan erat antara the future dengan the present. Maka tugas kita adalah 'presenting the future', yaitu; menjadikan masa depan sebagai agenda utama kita hari ini. Sederhananya, kita perlu mengindahkan tindakan dan perilaku kita hari ini agar bisa mendukung terwujudnya masa depan yang kita inginkan. Mari perhatikan sekali lagi, betapa kita mengimpikan masa depan yang indah dan menyenangkan. Kita tahu bahwa untuk mewujudkannya kita harus memiliki kualitas pribadi tertentu, misalnya. Namun, hari-hari kita tidak dijalani dengan usaha untuk mengasah diri hingga mencapai tingkatan yang memungkinkan kita mewujudkan masa depan itu. Jika kita menyia-nyiakan hari ini, maka jalan menuju ke masa depan yang kita
inginkan akan menjadi semakin panjang. Sebaliknya jika kita benar-benar mengoptimalkan 'hari ini', maka kita memiliki peluang lebih besar untuk meraih apa yang kita inginkan.  
 
3.      Lintasi naik-turun perjalanannya. Jika kita masih merasa perjalanan ini hanya menanjak saja atau menurun melulu, mungkin kita belum berjalan cukup jauh. Jadi, jangan dulu mengeluh. Beratnya tanjakan. Atau mengerikannya turunan curam. Itu hanya sementara saja. Jika yakin bahwa itu jalan terbaik menuju ke masa depan yang kita inginkan itu, maka tidak ada pilihan lain kecuali menjalaninya, bukan? Kecuali jika Anda tidak yakin. Ya jangan tinggal terus di jalan itu dong. Cari, jalan mana yang Anda yakini. Harga komoditas juga sama; kadang naik, kadang turun. Saat naik teman-teman di JFX gembira karena kenaikan itu mengindikasikan peluang mendapatkan laba. Pada saat turun juga teman-teman JFX tetap gembira, karena itu mengisyaratkan untuk bersiap-siap menanamkan investasinya. Kita, mungkin perlu belajar kepada mereka. Agar ketika melintasi jalan mendaki kita tetap optimis bahwa pendakian itu akan membuat nilai diri kita semakin tinggi. Sedangkan
ketika meluncur pada turunan curam, kita juga tetap yakin bahwa turunan itu bisa menumbuhkan rasa syukur yang mendalam. Dengan begitu, kita selalu memiliki optimisme yang ditemani oleh rasa syukur. Sebab, optimisme memberi kita energy untuk terus melangkah. Sedangkan rasa syukur memampukan kita untuk menikmati apa yang kita miliki. Jadi, saat melintasi jalur naik dan turunnya; ya jalani saja.
 
4.      Waspada terhadap berbagai godaannya. Di sepanjang perjalanan kita ada banyak sekali persimpangan, perempatan atau pertigaan. Banyak juga jalan kecil dan gang. Semuanya bisa membelokkan kita kearah yang tidak menuju ke tempat yang kita ingin datangi. Perjuangan kita juga selalu dirubungi oleh berbagai macam godaan. Diantaranya berupa kenikmatan dan kesenangan yang memiliki daya tarik sedemikian besarnya. Sejak kemarin misalnya, layar televisi kita dipenuhi oleh tayangan sebuah sidang yang menghadirkan saksi seorang pejabat tinggi keuangan di sebuah perusahaan. Dari kesaksian beliau, terungkap nama-nama populer yang sesungguhnya memiliki masa depan yang cemerlang. Dalam 10-30 tahun mendatang beliau-beliau itu bisa meraih pencapaian yang sangat tinggi. Namun persidangan itu mengungkapkan betapa besarnya godaan kenikmatan. Jika semuanya itu terbukti, mungkin kita akan melihat perjalanan orang-orang cemerlang terhenti di sebuah belokan tajam yang
pada awalnya terlihat indah; namun ternyata membawa para penempuhnya ke jurang kejatuhan. Perjalanan kita menuju masa depan pasti diwarnai berbagai godaan. Semoga kita semua mampu untuk mengatasinya.
 
5.      Menyiapkan masa depan yang sebenarnya. Masa depan yang Anda maksud itu seperti apa sih?  Usia 45 tahun sudah kaya raya? Pada saat pensiun sudah punya sawah atau kantor megah? Percayalah, saya pun memiliki keinginan yang sama dengan semua yang Anda inginkan itu. Pertanyaannya adalah; jika nanti kita sudah mencapai semua itu, lantas kita akan menggunakannya untuk apa? Diwariskan pada keturunan. Bagus. Dibelikan pulau pribadi. Mantap. Dibuatkan tugu peringatan. Keren. Apa lagi? Jika hanya sekedar seperti itu, apa iya yang kita lakukan untuk meraihnya benar-benar sepadan? Jika setelah meninggal kita tidak lagi menikmatinya, apa masih layak dikejar ya? Oh, tentu saja. Kita pantas mengejarnya. Namun, kita perlu selalu mengingat bahwa ada 'masa depan' lain yang menanti kita. Yaitu masa depan yang kualitasnya ditentukan oleh jawaban atas pertanyaan ini;'selama hidup, elo ngapain aja?'. "Duit elo yang banyak itu, datangnya dari mana?'.
"Pegimane cara mendapatkannya?'. Dan satu lagi; "Pegimane elo membelanjakannya….?'. Secara pribadi saya mengharapkan pertanyaan seperti itu. Bukan hendak menantang Tuhan. Melainkan mengharapkan keadilan. Supaya orang-orang baik mendapatkan imbalan atas kebaikannya. Sedangkan orang-orang yang telah berbuat semena-mena belajar bertanggungjawab atas perbuatannya. Dengan kesadaran itu, semoga kita lebih tertarik untuk menyiapkan masa depan yang sebenarnya itu.
 
Di JFX, kita bisa membuat kesepakatan tentang harga komoditas untuk jangka waktu tertentu dimasa depan. Begitu jatuh tempo, kita mendapatkan jaminan harga sesuai yang tertera dalam kontrak, meskipun di pasar sedang terjadi kekacauan. Guru kehidupan saya bercerita tentang sebuah kontrak yang sudah disepakati oleh setiap insan. Yaitu kontrak yang dibuat antara dirinya dengan tuhannya jauh sebelum dia dilahirkan. Bunyinya begini; "Alastu birobbikum?" (Bersediakah engkau bersaksi bahwa aku adalah satu-satunya tuhanmu?) Begitu Tuhan bertanya. Lalu ruh yang belum dipertemukan dengan jasad itu menjawab; "Balaa, syahidna" (Benar Tuhanku, aku menjadi saksi atasnya). Perjanjian itu terjadi antara setiap pribadi dengan Sang Pencipta. Dan dimasa depan, Tuhan akan menagih janji itu. Janji yang sepatutnya tidak berubah. Karena apapun yang terjadi diluar sana, nilai perjanjian kita tetap berlaku. Siapkah kita untuk memenuhi seluruh isi perjanjian itu jika kelak
tiba saatnya naskah perjanjian yang kita buat itu telah 'jatuh tempo'? Semoga.
 
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman –  26 JaNEWary 2012
Trainer of ADAPTING TO CHANGEIn-house program
 
Catatan Kaki:
Masa depan kita ditentukan oleh apa yang kita lakukan hari ini. Maka berbaik-baiklah pada hari ini.
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu. Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda tidak berkurang karenanya.
 
 
Apa sih'Natural Intelligence' itu? Sebuah pertanyaan yang mengusik banyak orang dalam tahun-tahun terakhir ini. Jawabannya ada dalam Buku Natural Intelligence Leadership, yang baru terbit January 2012. Buku ini memberi sudut pandang baru dan membuka kesadaran tentang bentuk kecerdasan insani yang sesungguhnya. Buku ini juga berisi langkah-langkah praktis tentang bagaimana menerapkannya dalam kehidupan keseharian kita. Baik di rumah, maupun dikantor, atau lingkungan kita. Untuk informasi lebih lanjut kunjungi www.dadangkadarusman.com atau KLIK DISINI  
 
Tentang Dadang Kadarusman
~ Spesialisasi training di bidang: NATURAL INTELLIGENCE dan penerapannya dalam LEADERSHIP, PERSONNEL DEVELOPMENT dan PERSONAL EXCELLENCE ~ (Phone: 0812 19899 737 – www.dadangkadarusman.com )
Mari Berbagi Semangat!
 
DEKA - Dadang Kadarusman
Author, Trainer, & Public Speaker
Dare to invite Dadang? Call Ms. Vivi at 0812 1040 3327
Info Buku Natural Intelligence Leadership Klik Disni
www.dadangkadarusman.com

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
.

__,_._,___
[gudang-ilmu] Artikel –  Menyeimbangkan Akal Dan Kalbu

[gudang-ilmu] Artikel – Menyeimbangkan Akal Dan Kalbu

 

 
Artikel –  Menyeimbangkan Akal Dan Kalbu
 
Hore, Hari Baru! Teman-teman.
 
Catatan Kepala:"Kesempurnaan manusia tidak semata-mata terletak pada akalnya saja, melainkan juga kalbunya. Maka kesempurnaan hidup hanya bisa dicapai jika seseorang memiliki keseimbangan dalam penggunaan akal dan kalbunya."
 
"Kamu itu Hitachi, Nak." Begitu saya katakan kepada anak saya. "Hitam, Tapi China."  Baru kemarin saya ingatlah lagi tentang hal itu dalam perjalanan kami menuju ke Bandara. Berkaitan dengan Imlek? Tidak juga. Namun meski tidak merayakannya, saya selalu terkesan pada salah satu falsafah kuno Chinese yaitu, Yin dan Yang.  Kita selalu diingatkan untuk menyeimbangkan segala sesuatu. Namun, keseimbangan itu seperti apa? Apakah seperti timbangan yang punya bobot sama di kiri dan kanan kedua kompartemennya? Tidak juga. Jika Anda masih ingat symbol Yin-Yang, maka Anda akan lebih mudah memahami makna kesimbangan itu. Atau, jika Anda melihat sampul buku terbaru saya Natural Intelligence Leadership, Anda tentu melihat logo itu dihiasi hati yang mewakili Kalbu dan lampu yang menggambarkan Akal. Saya menggunakan symbol Yin-Yang itu untuk menggambarkan kesimbangan antara Akal dan Kalbu. Menurut pendapat Anda, mana yang lebih penting: Akal atau Kalbu?
 
Ada masa dimana kita mendewakan kekuatan akal. Orang yang paling encer otaknya diberi nilai lebih. Ada pula periode dimana kita mengagung-agungkan kalbu. Siapa yang paling baik pengelolaan emosional-spiritualnya digadang-gadang sebagai pribadi yang mumpuni. Tidak heran jika penganut kecanggihan IQ tidak juga sejalan dengan para pengusung kehebatan EQ dan SQ. Kenyataannya, manusia diciptakan dengan Akal dan Kalbu yang saling menyatu secara utuh. Maka, mulai sekarang; marilah memperlakukan diri kita sendiri secara utuh pula. Kita tidak bisa terus menerus mendiskreditkan salah satu dari kekuatan akal atau kalbu itu. Kesempurnaan hidup itu hanya bisa dicapai jika seseorang memiliki keseimbangan dalam penggunaan akal dan kalbunya. Karena kesempurnaan manusia tidak semata-mata terletak pada akalnya saja, melainkan juga kalbunya.
 
Keseimbangan antara Akal dan Kalbu inilah sebenarnya yang menjadi inti dari Natural Intelligence (NatIn™). Tidak mungkin manusia mencapai puncak dari kualitas penciptaan dirinya tanpa memaksimalkan kapasitas akal dan mengoptimalkan potensi kalbunya. Makanya, tidak heran jika kita sering melihat orang yang pandai dalam mengambil keputusan. Jago berbicara dalam setiap persidangan. Namun kata, perilaku, dan buah dari tindakannya jauh dari ciri pribadi yang memiliki nurani. Atau sebaliknya, banyak juga orang yang terlihat sedemikian salehnya. Namun, sangat tidak kompetitif.
 
Kebutuhan kita dalam menyimbangkan Akal dan Kalbu berlaku untuk semua aspek kehidupan. Karena tidak ada satu aspek pun dalam hidup kita yang terlepas dari peran akal, dan peran kalbu. Mendahulukan akal, tidak berarti mengabaikan kalbu. Sebaliknya, mendahulukan kalbu tidak berarti menihilkan fungsi akal. Keduanya harus dipakai. Mungkin hanya porsinya saja yang berbeda bergantung konteksnya. Seberapa banyak porsi akal dan porsi kalbu yang tepat? Anda bisa menakarnya melalui symbol Yin dan Yang. Disana Anda bisa tahu, kapan saatnya Anda harus menggunakan Akal lebih banyak dari Kalbu atau sebaliknya. Atau, pada kondisi tertentu keduanya digunakan dalam proporsi yang sama.
 
Kenapa sih untuk seimbang kita tidak menggunakan prinsip timbangan saja? Kiri kanan 1 kg pasti seimbang? Tidak bisa. Karena timbangan hanya menggunakan pertimbangan akal yang eksak. Prinsip timbangan menghasilkan kesetimbangan statis (Static Equilibrium). Sedangkan prinsip Yin & Yang menjelaskan tentang Kesetimbangan Dinamis (Dynamic Equilibrium) yang menjaga 'keseluruhan energi' (universal wholeness) dimana didalamnya memungkinkan kita untuk meramu Akal dan Kalbu dalam proporsinya masing-masing. Ketika kita bisa menggunakan Akal dan Kalbu secara seimbang dan dinamis itu, tidak berarti kita selalu menggunakan keduanya sama banyaknya. Melainkan sesuai dengan tuntutan untuk menghasilkan keputusan atau pertimbangan terbaik. Bukan untuk dunia saja. Melainkan juga untuk akhirat kita. Ketika kita bisa mencapai kesetimbangan dinamis antara Akal dan Kalbu itulah kita disebut sebagai pribadi yang memiliki tingkat Natural Intelligence (NatIn™) atau
kecerdasan hakiki yang tinggi.
 
Dalam Natural Intelligence (NatIn™),kita tidak hanya mempertimbangkan urusan duniawi. Melainkan juga ukhrowi alias akhirat kita. Itulah sebabnya dalam buku  Natural Intelligence Leadership,Anda menemukan kisah-kisah teladan para Nabi. Mengapa? Karena tidak ada pribadi yang lebih layak untuk dijadikan tempat berguru selain para Nabi. Keliru jika kita mengagung-agungkan para motivator atau public speaker sambil melupakan ajaran Nabi-Nabi kita. Karena sehebat apapun para pembicara itu, tidaklah sebanding dengan kualitas para Nabi. Tidak bolehkah mendengar para public figure yang menyeru kepada kebaikan? Sangat boleh. Harus, bahkan. Tetapi, jangan sampai kekaguman kita. Kegandrungan kita. Ketundukan kita kepada para orator itu menjauhkan kita kepada fakta bahwa Tuhan, telah mengirimkan para utusannya sebagai Nabi dan Rasul bagi kita. Jangan sampai kita mendengar para trainer, namun meninggalkan ajaran para rasul.
 
Bukankah Nabi kita berbeda? Memangnya kenapa? Meski mereka berbeda, ada dua kesamaan yang dimiliki oleh pribadi-pribadi suci itu. Pertama, Para Rasul mengajak untuk menyembah hanya kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi beserta segala isinya. Kedua, para Nabi suci itu selalu mengajak kita untuk meraih keseimbangan hidup didunia dan diakhirat. Ketahuilah bahwa para Nabi adalah the first hand masters dalam bidang Natural Intelligence. Melalui Jibril, Tuhan membimbing mereka untuk memahaminya. Lalu mempraktekkan dan mencontohkan kepada para umatnya agar mampu menggunakan Akal dan Kalbu secara seimbang. Keseimbangan antara penggunaan Akal dan Kalbu memungkinkan kita untuk menyeimbangkan pencapaian kita di dunia dan akhirat. Jika Anda bersedia mendengar nasihat para pembicara publik – seperti saya – misalnya; bersediakah Anda untuk kembali kepada tuntunan para Nabi yang mengajak Anda kepada kehidupan di dunia dan akhirat sekaligus? Yuk, kita
sama-sama mengikuti jejak langkah mereka.
 
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman – 24 JaNEWary 2012
Author, Trainer, & Public Speaker of Natural Intelligence
 
Catatan Kaki:
Keseimbangan antara penggunaan Akal dan Kalbu membantu kita menyeimbangkan pencapaian kita di dunia dan akhirat. Itulah Natural Intelligence.
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu. Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda tidak berkurang karenanya.
 
Apa sih'Natural Intelligence' itu? Sebuah pertanyaan yang mengusik banyak orang dalam tahun-tahun terakhir ini. Jawabannya ada dalam Buku Natural Intelligence Leadership, yang baru terbit January 2012. Buku ini memberi sudut pandang baru dan membuka kesadaran tentang bentuk kecerdasan insani yang sesungguhnya. Buku ini juga berisi langkah-langkah praktis tentang bagaimana menerapkannya dalam kehidupan keseharian kita. Baik di rumah, maupun dikantor, atau lingkungan kita. Untuk informasi lebih lanjut kunjungi www.dadangkadarusman.com atau KLIK DISINI  
 
Tentang Dadang Kadarusman
~ Spesialisasi training di bidang: NATURAL INTELLIGENCE dan penerapannya dalam LEADERSHIP, PERSONNEL DEVELOPMENT dan PERSONAL EXCELLENCE ~ (Phone: 0812 19899 737 – www.dadangkadarusman.com )
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman
Author, Trainer, & Public Speaker
Dare to invite Dadang? Call Ms. Vivi at 0812 1040 3327
Info Buku Natural Intelligence Leadership Klik Disni
www.dadangkadarusman.com

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
.

__,_._,___
[gudang-ilmu] Artikel – Membendung Pengaruh Buruk Lingkungan

[gudang-ilmu] Artikel – Membendung Pengaruh Buruk Lingkungan

 

Artikel – Membendung Pengaruh Buruk Lingkungan
 
Hore, Hari Baru! Teman-teman.
 
Catatan Kepala:"Tidak ada tempat sembunyi dari serbuan pengaruh buruk lingkungan. Namun kita bisa membendungnya agar tidak mencemari kepribadian kita."
 
Beberapa tahun lalu, lingkup interaksi kita dengan orang lain relative masih sangat terbatas. Makanya, pengaruh dari pergaulan pun tidak semasif seperti saat ini. Sekarang, nyaris tidak ada lagi sekat yang memisahkan kita dengan orang lain. Seseorang dari seberang benua pun bisa menelusup masuk hingga ke wilayah paling pribadi di rumah kita. Lalu menanamkan pengaruhnya kedalam relung hati kita. Bagus? Bisa bagus jika pengaruh yang ditebarkannya positif. Namun jika kita bersedia jujur, berapa persen dari pesan-pesan yang kita terima berisi nilai-nilai konstruktif? Mungkin tidak semuanya negatif. Tetapi secara tidak sadar, jiwa kita terus diserbu system nilai yang tidak memberi nilai tambah kebaikan apapun. Emangnya kenapa? Biasa aja lagi! Begitukah?
 
Ada 2 email aneh yang menerobos account pribadi saya. Email pertama menawari saya ijazah palsu. Cukup dengan Rp. 6,000,000.- katanya, saya bisa mendapatkan ijazah Doktor yang dilegalisir lembaga resmi terkait. Orang ini mengira jika saya kepingin banget mengoleksi ijazah. Padahal, sampai sekarang pun saya tidak ingat dimana saya simpan ijazah yang saya dapat melalui pahit getirnya kuliah di ITB. Pagi ini saya mendapat email lagi. Kali ini menggunakan bahasa Inggris. Menawari saya untuk membuat passport palsu. Orang ini mengira bahwa saya malu dengan identitas sendiri sehingga harus menyamar dan pergi ke negeri orang. Padahal, semua orang bisa menemukan saya melalui www.dadangkadarusman.com  atau buku-buku yang saya tulis. Saya harus berterimakasih pada orang-orang ini. Mereka telah membuka mata saya bahwa keutuhan pribadi kita sedang diserbu oleh beragam system nilai yang buruk. Dan mereka mengingatkan, betapa berharganya integritas diri. Bagi Anda yang
tertarik menemani saya belajar membendung pengaruh buruk lingkungan, saya ajak memulainya dengan memahami 5 sudut pandang Natural Intelligence (NatIn™), berikut ini:
 
 
1.      Bentengilah diri dari pengaruh buruk. Selama berinteraksi dengan orang lain, kita tidak bisa menghindari pengaruh yang datang dari luar. Dikantor misalnya. Jika Anda mempunyai kolega yang kurang profesional, maka disadari atau tidak kehadirannya akan memberi pengaruh buruk kepada Anda. Tetangga yang 'nyebelin' juga begitu. Jika tidak mampu membentengi diri, maka bisa dipastikan kita akan ikut terpengaruh. Mudah mengikuti ajakan negatif. Gampang terhasut. Dan akhirnya kita jadi ikut-ikutan melakukan sesuatu yang tidak patut. Hati-hati lho, karena orang-orang yang sekedar ikut-ikutan sering kali paling duluan menjadi korban. Tahu kenapa? Karena mereka yang sekedar ikut-ikutan itu tidak memahami 'grand design'nya. Mereka tidak lebih dari boneka yang dikendalikan oleh kekuatan lain. Dan jika keadaan memburuk, mereka tidak mempunya exit strategy seperti halnya para pembisik yang menjadi designernya. So, bentengilah diri Anda dari pengaruh
buruk lingkungan. Sehingga Anda bisa terhindar dari kemungkinan dijadikan pion. Dan yang lebih penting lagi; Anda bisa tetap menjadi orang baik.
 
2.      Berdekatanlah dengan sumber nilai positif. Sudah menjadi fitrah bahwa alam ini memiliki kemampuan untuk menyeimbangkan diri. Jika ada pengaruh buruk, kemungkinan besar disana juga ada pengaruh baik. Yin dan Yang. Baik dan buruk. Positif dan negatif.  Jika di lingkungan Anda ada orang yang gemar menebarkan nilai-nilai buruk, menghasut, memprovokasi, memanas-manasi, maka bisa dipastikan jika disana ada orang-orang yang mampu menebarkan pengaruh positif. Mungkin orang-orang seperti ini tidak banyak. Tetapi itu cukup untuk menjadi penyeimbang. Kita hanya butuh lebih dekat kepada orang-orang yang menjadikan dirinya sebagai sumber nilai positif. Temukan orang-orang seperti itu, karena bersama mereka Anda bisa menetralisir setiap pengaruh buruk yang mencemari amosfir sekitar Anda.
 
3.      Perbanyaklah kontribusinya bukan mengejar gelarnya. Kita mungkin tidak tergoda untuk mengejar gelar akademis. Tetapi, boleh jadi kita termasuk orang yang menggilai gelar lain yaitu 'gelar' atau 'titel' jabatan. Rasanya kurang afdol kalau belum disebut 'Manager'. Padahal pekerjaannya mungkin sama saja dengan supervisor atau coordinator. Nggak top deh kalau belum disebut 'direktur'. Padahal, perannya ya nggak jauh beda dengan manager. Tapi karena terlihat lebih mentereng, maka kita berlomba-lomba dalam sebuah arena bernama 'the rat race'. Di arena itu orang bisa berdarah-darah. Baik dalam pengertian metaforis, maupun dalam makna sebenarnya. Padahal, ada cara lain yang lebih elegan, yaitu memberikan kotribusi melampaui yang orang lain bisa berikan. Soal ini tidak pernah gagal. Tidak menyakiti pihak lain. Dan tidak mengalahkan siapapun. Tetapi hasilnya bisa merupakan sebuah kemenangan yang sangat besar. Jika Anda mengejar
gelar, maka Anda harus bertarung dalam arena yang belum tentu Anda menangkan. Namun jika Anda mengerahkan semua daya diri itu untuk berkontribusi, maka bisa dipastikan jika podium itu diperuntukkan bagi orang-orang seperti Anda. So, perbanyaklah kontribusi Anda.
 
4.      Raihlah berkahnya, bukan sekedar jumlahnya. "The more, the better", begitulah tata nilai yang kita terapkan. Lebih banyak, lebih baik. Tidak selamanya salah. Namun juga tidak selalu betul. 'Lebih banyak' itu hanya akan baik jika cara mendapatkannya juga baik. Halah, nyari dengan cara 'gini' aja susah. Apa lagi dengan cara 'gitu'. Mungkin kita berkilah demikian. Betulkah begitu? Coba jawab pertanyaan ini; "Apakah Anda sudah mengerahkan seluruh kemampuan dan kesungguhan ketika melakukannya dengan cara 'gitu' ini sama gigihnya dengan ketika Anda melakukannya dengan cara 'gini' itu?". Ingatlah selalu bahwa kita tidak memerlukan lebih banyak dari yang kita butuhkan. Dengan mengingat itu, semoga kita sadar bahwa 'the more' itu tidak selalu the better. Sehingga kita tidak semata-mata hanya mengejar banyaknya, melainkan juga berkahnya. Bayangkan, kita hanya butuh 100. Meskipun kita berhasil mendapatkan 1,000 kita
hanya akan menggunakan yang 100 itu. Jika kita mendapatkan yang 1,000 itu dengan melakukan hal-hal yang tidak semestinya, maka kita telah menodai hidup kita sendiri untuk sesuatu yang tidak kita butuhkan. Maka mulai sekarang, fahamilah apa yang sesungguhnya kita butuhkan. Dan penuhilah kebutuhan itu dengan cara meraih berkahnya. Bukan sekedar banyaknya.
 
5.      Lihatlah kedalam diri lebih cermat lagi. Kita sering mengira bahwa semua pengaruh buruk itu datang dari orang-orang 'gak bener' disekitar kita. Sekarang, saatnya untuk bertanya; "Apakah kita sendiri sudah menjadi orang yang 'bener'?" Boleh jadi sumber pengaruh buruk itu bukanlah orang lain, lho. Melainkan diri kita sendiri. Mudah untuk menunjuk hidung orang lain, kan? Paling rugi deh kalau kita merasa sudah bener sendiri. Soalnya, hikmah apapun yang disampaikan orang lain nggak bakal bisa masuk kedalam hati sanubari kita. Ego kita bakal mengunci mati pintu hati kita sehingga tanpa disadari, kita menjadi pribadi yang bebal. Tidak heran jika kita sangat susah untuk diajak 'bener'. Bukan berarti kita harus menerima saja setiap masukan dari orang lain. Soal cara mengerjakan sesuatu misalnya. Kita bisa bilang 'banyak jalan menuju ke Roma'. Tetapi soal akhlak atau etika? Tidak bisa cuek bebek saja. Karena akhlak dan etika
merupakan cermin dari integritas diri kita. Maka sering-seringlah melihat kedalam diri. Apakah kita mengindahkan etika kerja? Dan, apakah akhlak kita sudah sesuai dengan tuntunan mulia insan-insan pilihan?
 
Idealnya, kita bisa memilih untuk tinggal di lingkungan manapun yang paling kita inginkan. Faktanya, kita tidak selalu mampu mewujudkan hal itu. Ditengah lebatnya hujan pengaruh dari segala penjuru, pindah dan berlari kian kemari jelas bukan pilihan.  Maka kemampuan untuk membendung pengaruh buruk lingkungan merupakan sebuah jawaban. Pantaslah kiranya jika guru kehidupan saya menceritakan kisah Rasulullah yang menyatakan bahwa;"Pribadi-pribadi agung itu adalah mereka yang tidak pernah bertemu dengan Rasul, namun memiliki akhlak mulia seperti beliau." Kita semua, tidak pernah bertemu dengan rasul-rasul utusan Tuhan.  Artinya, kita memiliki peluang untuk menjadi pribadi agung berakhlak mulia itu. Karena seperti sabda rasul; "Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak." Selama memiliki akhlak yang baik, maka ditengah serbuan system nilai buruk yang datang dari segala penjuru ini, kita bisa tetap menjaga nilai-nilai baik dalam diri kita. Insya Allah.
 
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman – 19 JaNEWary 2012
Author, Trainer, & Public Speaker of Natural Intelligence
 
Catatan Kaki:
Kita tidak bisa menghindari datangnya pengaruh buruk. Namun kita bisa membentengi diri dengan akhlak yang baik.
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu. Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda tidak berkurang karenanya.
 
Apa sih'Natural Intelligence' itu? Sebuah pertanyaan yang mengusik banyak orang dalam tahun-tahun terakhir ini. Jawabannya ada dalam Buku Natural Intelligence Leadership, yang baru terbit January 2012. Buku ini memberi sudut pandang baru dan membuka kesadaran tentang bentuk kecerdasan insani yang sesungguhnya. Buku ini juga berisi langkah-langkah praktis tentang bagaimana menerapkannya dalam kehidupan keseharian kita. Baik di rumah, maupun dikantor, atau lingkungan kita. Untuk informasi lebih lanjut kunjungi www.dadangkadarusman.com atau KLIK DISINI  
 
Tentang Dadang Kadarusman
~ Spesialisasi training di bidang: NATURAL INTELLIGENCE dan penerapannya dalam LEADERSHIP, PERSONNEL DEVELOPMENT dan PERSONAL EXCELLENCE ~ (Phone: 0812 19899 737 – www.dadangkadarusman.com )

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.

.

__,_._,___
[gudang-ilmu] Terbit! – Buku ”Natural Intelligence Leadership”

[gudang-ilmu] Terbit! – Buku ”Natural Intelligence Leadership”

 

Terbit! – Buku "Natural Intelligence Leadership"
 
Hore, Hari Baru! Teman-teman.
 
Catatan Kepala:"Bagi Anda yang penasaran ingin mengetahui konstruksi ilmiah Natural Intelligence dan aplikasinya – Inilah buku pertama dan satu-satunya sampai saat ini."
 
Buku Natural Intelligence (NatIn™) Leadership ini ditulis melalui proses yang panjang dan  mendebarkan. Berbeda dengan buku-buku yang saya tulis sebelumnya, kali ini saya ingin mempersembahkan sebuah buku yang benar-benar berbobot bagi pembacanya dari berbagai kalangan. Saya menyadari betapa berharganya waktu Anda.  Terlebih lagi jika Anda menduduki jabatan tinggi seperti Manager, Direktur, CEO,  Guru Besar, Konsultan, Menteri, atau Presiden dan jabatan-jabatan penting lainnya. Seperti yang pernah saya pribadi alami; membaca buku yang tidak berbobot merupakan sebuah kerugian yang sangat besar. Jika orang penting seperti Anda membaca buku, maka buku itu harus benar-benar cukup bernilai sehingga waktu yang telah Anda alokasikan untuk membacanya tidak terbuang percuma.
 
Oleh karenanya, sebelum menerbitkan buku ini saya harus memastikan bahwa didalamnya terkandung isi yang benar-benar bernilai tinggi baik dari sisi keilmuan, teknik penyajian, dan inspirasi-inspirasi yang dikandungnya. Siapapun yang membaca buku ini, harus disuguhi dengan masukan-masukan baru yang boleh jadi belum pernah didapatkan dari buku atau literatur manapun. Jika saya tidak bisa membuat buku ini memenuhi kriteria itu, saya akan membatalkan penerbitannya. Makanya, saya meneliti ulang dan membacanya berkali-kali. Mengujinya kesana kemari; sampai benar-benar yakin bahwa saya tidak akan malu mempersembahkannya kepada orang-orang penting seperti Anda .
 
Sekarang,  buku Natural Intelligence (NatIn™) Leadershipini sudah terbit. Dan itu berarti saya telah mengubah semua keraguan itu dengan keyakinan bahwa buku ini bisa memberi manfaat bagi pembacanya. Buku ini mengupas tentang aspek yang sangat jarang dibahas dalam literatur yang saat ini ada. Khususnya mengenai konsep Natural Intelligence yang berkaitan langsung dengan proses pencarian panjang kita terhadap hakekat penciptaan diri kita, serta pemahaman terhadap bentuk kecerdasan manusia. Selama beberapa tahun ini saya memperkenalkan konsep Natural Intelligence yang saya yakin bisa membantu umat manusia menemukan jati diri. Ternyata, proses pengenalan itu bukanlah perkara yang mudah mengingat betapa masih sangat 'asingnya' terminologi tersebut dalam kamus ilmu pengetahuan kita. Namun melalui buku ini, setiap orang bisa lebih mudah memahami apa sebenarnya Natural Intelligence itu. Terlebih lagi bagaimana penerapannya dalam kehidupan kita khususnya
dalam konteks kepemimpinan.
 
Dalam perjalanan memahami bentuk kecerdasan insani kita, sudah berkali-kali kita melakukan kekeliruan. Ketika fokus kita tertuju pada IQ, kita mengira bahwa IQ adalah penentu segala-galanya. Anak kita harus ber-IQ tinggi agar bisa berhasil dalam hidupnya. IQ menjadi nilai ukuran gengsi orang tua pada putera puterinya. Saat konsep EQ datang, maka kita pun digiring untuk mengira bahwa yang terpenting itu adalah EQ, bukan IQ. Lalu era SQ pun tiba khususnya di belahan dunia timur. Kemudian kita bingung sendiri karena seolah SQ itu milik agama tertentu. Faktanya, ketika kita berbicara tentang nilai-nilai spiritualitas yang diajarkan oleh kitab suci, sesungguhnya kita sedang membahas tentang SQ. Saat menelaah tentang akhlak mulia para Nabi, kita berbicara tentang EQ. Namun, hal itu sama sekali tidak menjadikan EQ dan SQ sebagai monopoli agama atau Nabi manapun. Sebutkan siapa Nabi yang Anda imani. Jika dia benar utusan Tuhan, maka saya akan ikut mengimaninya.
Sebab saya meyakini bahwa Tuhan hanya ada satu. Dan ketika Dia mengutus para Nabi, maka Dia menjadikan semua Nabi yang diutusNya itu sebagai saudara. Dan iman saya menyatakan bahwa Nabi-Nabi yang diutus Tuhan membawa wahyu kebenaran yang universal.
 
Jadi, keliru kita jika mengira bahwa IQ tidak penting lagi. Kenyataannya, dengan IQ itulah Nabi Adam alaihissalaam memahami alam semesta seperti yang Tuhan ajarkan kepadanya. Tanpa IQ yang tinggi, Anda tidak mungkin memainkan peran penting atau menduduki jabatan tinggi seperti sekarang ini. Keliru juga jika kita menilai EQ dan SQ adalah monopoli agama tertentu. Faktanya, semua Nabi yang diutus Tuhan mengajarkan tentang akhlak mulia dan kehidupan spiritual yang tinggi. Sekalipun demikian, buku Natural Intelligence (NatIn™) Leadershipyang saya tawarkan ini sama sekali tidak bertujuan untuk memperbaiki kesalahan dan kekeliruan kita dimasa lalu. Semua itu adalah proses belajar dimana pada tarap itu, kita baru bisa memahaminya sampai disitu. Sekarang, saya mengajak Anda untuk menggunakan pendekatan berbeda dalam menemukan keutuhan bentuk kecerdasan manusia yang selama ini telah membuat kita penasaran itu. Konsep yang saya tawarkan dalam buku ini adalah
untuk memandang bentuk kecerdasan manusia secara menyeluruh dan terintegrasi.  Tidak membeda-bedakan dan tidak mendiskriminasikan bentuk-bentuk kecerdasan diri kita, melainkan memandangnya sebagai satu kesatuan utuh yang menjadikan proses penciptaan kita sempurna.
 
Ajaibnya, ternyata semuanya itu terangkum dalam serangkaian proses diutusnya para Nabi. Makanya, jangan heran jika dalam buku ini Anda akan menemukan contoh-contoh yang ditunjukkan oleh Nabi-Nabi suci. Mungkin teladan dari Nabi suci yang Anda yakini dibahas disini. Mungkin juga tidak. Tetapi, intinya adalah; para Nabi suci itu adalah guru terbaik yang dipilih Tuhan untuk kita teladani. Mereka itulah the first hand masters dalam bidang Natural Intelligence ini.  Anda, tidak akan pernah menemukan guru Natural Intelligence yang bisa melampaui Nabi-Nabi itu. Maka saya mengajak Anda untuk belajar kepada mereka. Menelaah ajaran-ajaran mereka. Dan belajar untuk lebih mematuhi petunjuk yang mereka bawa. Namun perlu saya tegaskan bahwa; ini adalah buku yang membahas tentang Natural Intelligence. Bukan buku Agama. Oleh karenanya, tidak masalah agama Anda apa; jika Anda seorang pencari pencerahan, buku ini bisa menjadi teman Anda.
 
Untuk mengetahui daftar isi buku Natural Intelligence (NatIn™) Leadershipsilakan kunjungiwww.dadangkadarusman.com . Pekan ini, sudah mulai distribusi ke toko buku Gramedia Jabodetabok. Jika Anda sibuk untuk ke toko buku, Anda juga bisa memperolehnya di website kami. Berapa harganya? Saya sendiri seneng banget karena ternyata penerbit bersedia untuk memasang harga HANYA  Rp.50,000.- . Padahal, buku itu bukan sekedar setebal 322 halaman. Tapi isinya…hhhmmm…, benar-benar GUE BANGET! This is the masterpiece of Dadang Kadarusman's signature book.
 
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman – 13 JaNEWary 2012
Author, Trainer, & Public Speaker of Natural Intelligence
 
Catatan Kaki:
Aih, ternyata didalam buku Natural Intelligence (NatIn™) Leadershipitu ada Voucher senilai Rp. 500,000.- untuk mengikuti Public Training bertema "Natural Intelligence Self-Leadership" bareng Kang Dadang!
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu. Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda tidak berkurang karenanya.

Follow DK on Twitter @dangkadarusman

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.

.

__,_._,___
[gudang-ilmu] Artikel – Mana Hasil Jerih Payah Inih?

[gudang-ilmu] Artikel – Mana Hasil Jerih Payah Inih?

 

Artikel – Mana Hasil Jerih Payah Inih?
 
Hore, Hari Baru! Teman-teman.
 
Catatan Kepala:"Orang yang menjadikan uang sebagai alat ukur utama keberhasilan sering terkecoh oleh tampak luar sehingga gampang menyerah atau lupa diri."
 
Kita sering menjadikan uang sebagai ukuran utama keberhasilan seseorang. Jika uangnya banyak, maka seseorang layak dinilai sukses. Jika uangnya sedikit, maka tak ada cukup alasan untuk menyebutnya sebagai pribadi yang berhasil. Demikian pula halnya dengan pertumbuhan pribadi kita yang sering diukur dengan takaran yang sama, yaitu; berapa banyak uang yang berhasil kita kumpulkan. Tidak heran jika kita sering merasa gagal kala melihat betapa sedikitnya uang yang kita miliki. Anda tidak perlu khawatir kalau-kalau saya menganjurkan hidup sederhana. Anda juga tidak usah takut saya akan mempengaruhi Anda untuk menjadi orang miskin. Tidak. Bahkan, saya pribadi pun ingin sekali menjadi orang kaya raya dengan kepemilikan melimpah, kok. Kita punya keinginan yang sama. Tetapi, ketika sedang berproses untuk mewujudkan cita-cita itu, kita sering disiksa oleh perasaan negatif, hanya karena melihat kenyataan bahwa setelah semua jerih payah ini – uang kita tidak
kunjung banyak. Percayalah, ada alat ukur lain yang dapat menentukan apakah usaha Anda sudah membuahkan hasil atau tidak. Dan Anda, tidak perlu menyiksa diri dengan pertanyaan; mana hasil jerih payah inih?
 
Setelah pensiun dari profesinya sebagai guru, Ayah saya menjadi petani sepenuhnya. Ketika pulang kampung bulan lalu, Ayah menunjukkan kebun mentimun yang baru saja ditanamnya. Dua helai daun mungil muncul dari biji benihnya. Pekan lalu, Ibu saya bertanya kapan saya pulang. Mentimunnya sudah dipanen, katanya. Bagi saya, pertani merupakan salah satu guru terbaik untuk belajar tentang kehidupan. Dari para petani, kita bisa belajar bagaimana proses menghasilkan sesuatu berlangsung. Orang-orang 'kota' seperti kita sering diburu oleh keinginan untuk menghasilkan segala sesuatu secara instan. Hari ini berusaha, hari ini harus ada hasilnya. Jika hari ini tidak mendapatkan apa yang kita inginkan maka kita buru-buru mengambil kesimpulan bahwa kita sudah gagal. Lalu kita tinggalkan semua yang sudah kita mulai itu dengan perasaan kesal. Para petani tidak begitu. Semua petani tahu, bahwa untuk menghasilkan sesuatu yang diinginkan tidak ada cara instan. Ada
serangkaian proses yang harus dilalui, yaitu; menanam, memelihara, dan barulah memanen. Para petani membantu saya menyadari betapa banyaknya prinsip hidup modern kita yang keliru sehingga hari-hari kita dipenuhi dengan tekanan batin yang bisa membuat depresi. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar memahami makna hidup dari para petani, saya ajak memulainya dengan memahami 5 sudut pandang Natural Intelligence (NatIn™) berikut ini:
 
 
1.      Mengatur fokus perhatian. Diantara system nilai petani yang layak kita tiru adalah mereka percaya bahwa; buah adalah ekses dari kualitas tetumbuhan yang ditanamnya. Saya ulang; 'Buah adalah ekses dari kualitas tetumbuhan yang ditanamnya." Jika ingin mendapatkan buah yang banyak, maka para petani sadar bahwa yang harus mereka lakukan adalah menanam benih yang baik, dan merawatnya dengan cara yang baik. Dengan prinsip yang sama, kita bisa mengembangkan kepercayaan bahwa; "uang adalah ekses dari kinerja yang kita berikan". Saya ulang; "uang adalah ekses dari kinerja yang kita berikan". Hasil akhir yang diharapkan petani adalah buah. Tetapi mereka tidak mengejar buah, melainkan membaguskan tanaman yang dirawatnya. Begitu pula halnya dengan kita. Uang adalah hasil akhir yang kita ingin dapatkan. Maka berguru kepada petani itu; seyogyanya kita tidak mengejar uang. Melainkan membaguskan kinerja dan kontribusi yang bisa kita berikan.
Petani paham betul bahwa terlampau memfokuskan diri kepada buah bisa membuat mereka lupa untuk merawat tanamannya. Sebaliknya, memfokuskan diri kepada tanaman, justru bisa memberinya buah dengan kualitas terbaik, dan kuantitas yang melimpah. Maka, meskipun tujuan kita adalah untuk mendapatkan uang sebanyak-banyaknya, mari kita arahkan fokus kita kepada yang seharusnya. Fokuslah pada upaya merawat pohonnya, maka buahnya akan kita dapatkan.
 
2.      Pertumbuhan diri adalah ciri utama keberhasilan. Sejak pertama kali menanam bibit mentimun itu, Ayah membutuhkan waktu sekitar satu setengah bulan hingga buahnya bisa dipanen. Di hari ketiga atau kesepuluh Ayah tidak pernah mengeluh; mengapa tanaman ini belum juga menghasilkan buah? Karena seorang petani sadar bahwa keberhasilan usahanya tidak diukur dari buah semata. Melainkan dari pertumbuhan yang diperlihatkan oleh tanamannya. Kita mengeluh jika belum juga menghasilkan uang. Padalah wujud keberhasilan usaha kita tidak semata diukur oleh uang. Lihatlah apakah pengetahuan Anda meningkat? Periksalah apakah keterampilan Anda bertambah? Jika ya, maka Anda tidak boleh berkecil hati. Usaha Anda sudah berhasil. Tapi mengapa tidak juga datang uangnya? Hey, lihatlah para petani itu. Mereka tahu bahwa saatnya panen belum lagi tiba. Sekarang adalah saat untuk menumbuhkan. Membesarkan. Dan membaguskan. Kita juga harus faham bahwa saat 'memetik
hasil' dari segala jerih payah kita belum tiba. Bahkan ketika mentimun itu sudah mulai berbuah. Ayah tidak tergesa-gesa memetiknya. Ditunggunya beberapa hari lagi. Sampai buahnya matang sempurna. Kita sering terburu-buru ingin sesegera mungkin mendapatkan keuntungan dan uang melimpah. Para petani itu mengingatkan kita bahwa; ada saat yang tepat untuk memetik hasil terbaik.  Lebih dari itu, mereka mengingatkan kita bahwa keberhasilan tidak semata-mata ditandai dengan bertambahnya jumlah uang yang kita miliki, melainkan pada kualitas diri kita yang bertambah tinggi. Itulah makna dari pertumbuhan diri. Dan pertumbuhan itulah yang menjadi indikasi utama, apakah kita berhasil atau tidak.
 
3.      Memberi kontribusi kepada lingkungan. Fokus kepada penanaman dan perawatan untuk menghasilkan pertumbuhan yang baik; itulah yang dilakukan oleh para petani. Pertanyaan saya, pernahkan Anda memperhatikan bagaimana petani memberi pupuk kepada tanaman agar bisa tumbuh dengan subur? Unik sekali. Petani tidak pernah menyuapi tanamannya dengan pupuk itu. Pakai sendok. Lalu memasukkannya kedalam mulut. Tidak. Alih-alih memberikan pupuk itu kepada tanamannya, para petani justru menebarkan pupuk itu ke permukaan tanah disekeliling tanaman itu. Lho, siapa sesungguhnya yang diberi 'pakan' oleh sang petani? Anda benar. Petani itu memberikan 'pakan' kepada tanah hingga menjadikannya gembur dan subur. Tidakkah ini isyarat yang demikian jelas bahwa; jika Anda ingin 'tanaman' milik Anda itu tumbuh baik maka Anda harus berkontribusi kepada lingkungan tempat tumbuhnya tanaman itu? Jika Anda ingin mendapatkan buah yang banyak, berilah pupuk kepada
lingkungan sekitar pohon itu. Jika Anda ingin menghasilkan uang banyak, berilah kontribusi lebih banyak kepada lingkungan atau tempat kerja Anda. Kira-kira begitulah maknanya. Kita ingin sekali untuk menghasilkan uang yang banyak. Gaji yang besar. Bonus yang melimpah. Tapi, kita enggan untuk memberikan 'pupuk' terbaik agar perusahaan bisa 'subur dan gembur'. Itu ibarat petani yang ingin tanamannya berbuah banyak tetapi tidak mau menebarkan pupuk kepada tanah disekitarnya. Mana mungkin pohon itu akan berbuah banyak jika tanah disekitarnya dibiarkan merana? Mana mungkin menghasilkan uang banyak jika kontribusi kita kepada lingkungan sangat rendah? Mana mungkin mendapatkan imbalan banyak jika kinerja yang kita persembahkan kepada perusahaan hanya sekedar alakadarnya? Berilah pupuk kepada tanah. Maka tanaman Anda akan berbuah melimpah. Berilah kontribusi kepada lingkungan. Maka Anda akan mendapatkan keberlimpahan.
 
4.      Terus menebarkan benih yang baru. Sebelum menanam ketimun itu, saya tahu persis jika kebun Ayah ditanami buah pare. Sebelumnya ada terong. Atau kacang panjang. Para petani sadar bahwa tidak ada tanaman penghasil buah yang akan abadi. Maka sebelum tanaman yang satu berhenti berbuah, mereka sudah bersiap-siap untuk menebar bibit benih tanaman yang lainnya. Kita sering mengira bahwa apa yang menghasilkan hari ini, akan menghasilkan selamanya. Makanya, kita terus saja berkutat dengan apa yang biasanya kita lakukan. Tidak begitu cara para petani bersikap. Tindakan, standard kerja, kualifikasi keahlian atau apapun yang hari ini bisa menempatkan Anda sebegai pribadi yang unggul – mungkin sudah tidak akan bisa lagi bersaing beberapa tahun kemudian. Oleh karena itulah makanya kita butuh terus menerus 'menanam' benih baru. Apakah benih pengetahuan yang baru. Keterampilan baru. Perilaku baru. Atau apapun yang bisa membantu kita untuk selalu
berada digaris terdepan. Karena hanya dengan cara terus menerus menanam bibit yang baru itulah, kita akan selalu menghasilkan sesuai dengan yang kita inginkan. Para petani, mengajarkan untuk tidak pernah berhenti berkarya dan berbuat. Tidak ada kata berakhir. Makanya, kita tidak pernah mendengar ada petani yang pensiun. Orang modern seperti kita sering dihantui oleh kata 'pensiun'. Di usia 55, kita mendapatkan uang banyak sekaligus. Setelah itu kita bingung mau ngapain. Petani, tidak pernah mengalami itu. Karena mereka tahu, bahwa roda kehidupan tidak pernah sedetik pun berhenti. Sehingga kita, wajib untuk terus bergerak. Berbuat. Dan berkarya. Kakek saya – ayahnya ayah saya – wafat di tengah sawah. Ketika beliau sedang bekerja merawat tanaman-tanamannya. Kakek saya telah memberi teladan kepada cucunya, bahwa selama hayat dikandung badan; tidak ada kata berhenti dari menghasilkan karya-karya terbaru. Sampai kapan? Sampai sang pemilik hidup
memanggil kita.
 
5.      Cara terhormat untuk mendapatkan buah. Kebun Ayah hanya dipisahkan pematang sawah selebar 20 centimeter dari kebun milik petani lain. Tidak ada pagar pemisah. Apalagi tembok yang membatasi kebun-kebun itu. Ayah bisa melihat buah dari tanaman petani lain. Bisa menjangkaunya dengan mudah. Begitu pula sebaliknya. 'Mendapatkan buah sebanyak-banyaknya adalah GOAL para petani. Tetapi, mereka tidak memetiknya dari pohon di kebun tetangganya. Mendapatkan uang sebanyak-banyaknya adalah tujuan utama kita. Pertanyaannya adalah; jika Anda memiliki akses kepada uang orang lain. Yang bisa dijangkau dengan mudah. Tidak dilindungi dinding tebal. Tidak dikunci dalam brangkas. Sanggupkah Anda untuk hanya 'memetik' uang yang tumbuh dari 'pohon' yang ada di 'wilayah' Anda sendiri? Para petani mengajarkan lebih dari sekedar cara mencapai tujuan. Mereka menunjukkan makna integritas yang sesungguhnya. Mudah untuk 'tidak mencuri', jika buah
dipohon orang lain dikelilingi oleh pagar tinggi. Tetapi, 'membiarkan' buah milik orang lain yang tidak dilindungi tetap ditempatnya merupakan tantangan tersendiri. Gampang untuk 'tidak mengambil' uang yang bukan hak kita jika uang itu dijaga ketat. Tapi, jika uang itu ada didepan mata. Dan tujuan hidup kita adalah memperoleh sebanyak mungkin uang, bisakah kita menjaga kehormatan ini? Para petani mengajarkan bahwa ada banyak cara mendapatkan buah. Namun hanya ada satu cara yang terhormat, yaitu; memetiknya dari pohon dilahan mereka sendiri. Ada banyak cara untuk mendapatkan uang yang banyak. Namun hanya ada satu cara terhormat, yaitu; mengambilnya dari kepemilikan kita sendiri.
 
Kita percaya bahwa Tuhan akan mencukupkan rezeki setiap mahluknya. Itulah sebabnya kita jarang sekali menemukan ada yang kelaparan. Jika itu terjadi, maka bisa dipastikan adanya intervensi. Baik dari dalam dirinya sendiri, maupun dari luar. Intervensi dari dalam diri bisa berarti orang itu yang tidak mau berusaha melakukan tindakan yang memungkinkan rezeki yang sudah Tuhan siapkan itu sampai kepada dirinya. Intervensi dari luar bisa berarti orang-orang yang lebih kuat merebut dan menguasai jatahnya. Jika Anda bisa membaca artikel saya, maka itu menunjukkan fakta bahwa – seperti halnya saya – Anda jauh lebih beruntung dari kebanyakan orang yang lainnya. Kita memiliki kekuatan, kemampuan dan kesanggupan untuk melakukan lebih banyak hal daripada orang kebanyakan. Situasi aman disekitar kita juga menjamin minimalnya intervensi dari luar. Bukankah kita jarang sekali menemukan orang yang memeras kita? Mengambil hak kita secara paksa? Atau memotong gaji
kita secara semena-mena? Masalahnya adalah; apakah kita sudah bisa membebaskan diri dari intervensi yang datang salam diri kita sendiri? Yaitu intervensi yang memaksa kita untuk tidak melakukan tindakan yang perlu kita lakukan agar semua rezeki yang Tuhan berikan untuk kita itu benar-benar berhasil kita dapatkan. Para petani itu sudah menunjukkan pelajaran terpentingnya.
 
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman – 9 JaNEWary 2012
Trainer of Natural Intelligence Leadership Training
Penulis buku"Natural Intelligence Leadership"(Baru selesai cetak di penerbit)
 
Catatan Kaki:
Keberhasilan kita diukur dari pertumbuhan yang berhasil kita raih setiap hari, bukan dari uang yang berhasil kita kumpulkan.
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu. Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda tidak berkurang karenanya.
 
Tentang Buku Natural Intelligence Leadership
Buku ini membahas tentang konstruksi ilmiah Natural Intelligence. Cocok bagi siapapun yang ingin lebih memahami fundamental ilmu yang relatif belum banyak dikenal ini. Didalamnya tidak hanya dibahas tentang teori, melainkan juga aplikasinya dalam berbagai aspek kehidupan. Baik kehidupan pribadi. Berkeluarga. Maupun menjalankan fungsi kepemimpinan. Informasi lebih janjut bisa didapatkan di www.dadangkadarusman.com.
 
Jika Anda membeli Buku Natural Intelligence Leadership, maka Anda akan menemukan sebuah kejutan didalamnya. Segera temukan kejutan itu. Hanya untuk Anda.  Untuk informasi lebih lanjut kunjungi www.dadangkadarusman.com atau Klik Disni
 
Tentang Dadang Kadarusman
~ Spesialisasi training di bidang: NATURAL INTELLIGENCE dan penerapannya dalam LEADERSHIP, PERSONNEL DEVELOPMENT dan PERSONAL EXCELLENCE ~ (Phone: 0812 19899 737 – www.dadangkadarusman.com )

Follow DK on Twitter @dangkadarusman

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.

.

__,_._,___
[gudang-ilmu] File - Salam Kenal dari Owner Gudang Ilmu

[gudang-ilmu] File - Salam Kenal dari Owner Gudang Ilmu

 


From : Mufli (Moderator Gudang-Ilmu)

Hello Kawan,

Terima kasih telah bergabung di milinglist GUDANG-ILMU
yang saya kelola. Melalui milinglist ini saya persembahkan
untuk anda semua berbagi ilmu untuk pemberdayaan bersama.
Saya undang anda berpartisi aktif, dengan mengirimkan
artikel, komentar, tips yang bermanfaat, serta jangan lupa
tetap mematuhi aturan main yang saya jelaskan di bagian
depan halaman description milinglist Gudang-Ilmu:
http://groups.yahoo.com/group/gudang-ilmu

Untuk selalu mendapatkan informasi terbaru dari saya langsung
ke email Anda, silahkan set EMAIL DELIVERY anda sebagai INDIVIDUAL,
atau setidaknya SPECIAL NOTICE.

Oya, salam kenal lebih dekat :)
Saya Mufli, tinggal di Jalan Merak 6/44 Rewwin, Sidoarjo
Indonesia. Saya banyak mengelola situs online, yg umumnya
merupakan support system untuk bisnis, training dan publikasi.

Thank you rekans :)

Best Regards

Mufli
Moderator, Gudang-Ilmu

Bila Anda ingin mengundang teman untuk join milinglist ini,
Silahkan copy undangan berikut ini, silahkan ganti informasi
tentang Anda di bagian akhir (Salam), lalu kirimkan undangan
kepada kawan-kawan Anda.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Subject: Undangan Join Gudang-Ilmu
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Hi kawan,

Ilmu bukanlah yg nomor satu,
bahkan percuma tanpa dibawa dalam tindakan.
Dengan ilmu dan hasrat yang menggebu,
banyak orang berjaya dan bermakna untuk sekitarnya.
Ilmu tentang bisnis internet, cara membangun team,
security online, forex, adsense, network marketing,
business broker, franchising, autosurf, serta juga
home based business, affiliate program, reseller,
dan sebagainya dengan cemerlang dapat ANDA dipaparkan
di forum ini, saya undang anda para pakar dan
praktisioner yang komptens.

JOIN US NOW, Semoga hanya yang terbaik buat Anda !

Cara bergabung adalah dengan mengirimkan email kosong
alamat ini:

gudang-ilmu-subscribe@yahoogroups.com

Atau silahkan berkunjung ke sini:

http://groups.yahoo.com/group/gudang-ilmu

Salam sukses paling sukses buat Anda.

Thanks Again.



__._,_.___
Recent Activity:
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.

.

__,_._,___

Blogger news