Pages

feature content slider

Powered by Blogger.

Pages - Menu

Popular Posts

Arsip Blog

Blogger templates

[gudang-ilmu] Artikel’: Membangun Hubungan Yang Sehat

[gudang-ilmu] Artikel’: Membangun Hubungan Yang Sehat

 

Artikel': Membangun Hubungan Yang Sehat
 
Hore, Hari Baru! Teman-teman.
 
Salah satu istilah umum yang nyaris menghilang dari kamus kita adalah kata 'kuper' alias 'kurang pergaulan'. Kemajuan teknologi memungkinkan kita untuk berteman dengan semakin banyak orang dalam jumlah yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Dulu, jika memiliki teman sampai 100 orang saja Anda termasuk orang yang supel. Padahal, tidak mudah untuk mendapatkan teman sebanyak itu. Untuk berhubungan dengan mereka kita mesti menulis surat lalu mengirimkannya melalui kantor pos. Dan kita, harus menunggu hingga seminggu untuk mendapatkan balasannya. Itu dulu. Sekarang? Bahkan orang paling 'kuper' pun bisa memiliki teman ribuan. Orang pintar bilang;'kita semakin terkoneksi'. Pertanyaannya adalah; apa yang kita dapatkan dari kesalingterhubungan itu?
 
Pertanyaan itu sama sekali tidak bertendensi untuk mementingkan diri sendiri. Kita memang berhak untuk mendapatkan manfaat dari setiap hubungan yang kita bangun, kok. Sebaliknya, pertanyaan itu juga mengingatkan kita untuk memastikan bahwa hubungan itu bisa memberi manfaat kepada teman kita juga. Lantas, bagaimana kita bisa membangun hubungan yang saling memberi manfaat seperti itu? Salah satu model paling sempurna yang ditunjukkan oleh alam adalah hubungan yang terjalin antara kupu-kupu dengan bunga-bunga yang bermekaran. Kupu-kupu itu mendapatkan nektar, sedangkan bunga-bunga berhasil melakukan penyerbukan. Proses saling memberi manfaat itu berlangsung dalam koridor dan norma-norma positif, sehingga mereka berhasil membangun hubungan yang sehat. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar membangun hubungan yang sehat, saya ajak memulainya dengan mempraktekkan 5 prinsip Natural Intelligence (NatIn) berikut ini:
 
1.      Memberi manfaat kepada orang lain. Ini adalah prinsip mendasar yang perlu kita miliki dalam membangun hubungan yang sehat. Karena sebuah hubungan yang produktif itu selalu ditandai oleh adanya perolehan manfaat, maka dalam membangun hubungan dengan orang lain, kita perlu memastikan; manfaat apa yang bisa kita berikan kepada orang lain. Kesediaan untuk 'memberi manfaat' kepada orang lain bukanlah sekedar cermin dari kemurahan hati. Hal ini juga menunjukkan bahwa orang ini memiliki harga diri. Sedangkan harga diri hanyalah milik orang-orang yang bermental sehat. Tahukan Anda bahwa salah satu ciri orang yang terkena depresi itu adalah; merasa dirinya tidak berguna? Makanya, kemampuan untuk memberi manfaat kepada orang lain juga merupakan indikasi apakah seseorang sehat secara mental atau tidak. Apakah Anda sehat secara mental? Tentu saja. Maka, berfokuslah kepada upaya-upaya untuk memberi manfaat kepada orang lain. Atau, apakah Anda ingin
terbebas dari depresi? Sederhana; berikan manfaat yang lebih banyak kepada orang lain. Karena kesehatan mental kita terlihat dalam kemampuan kita memberi manfaat kepada orang lain.
 
2.      Menjembatani hubungan orang lain. Pada umumnya, benang sari dan putik terdapat pada bunga yang berbeda. Bunga-bunga itu membutuhkan bantuan dari pihak lain untuk mempertemukan antara tepung sari dengan putiknya. Disekitar kita, begitu banyak orang baik yang membutuhkan penghubung. Saat Anda tahu tentang kebutuhan itu, maka Anda bisa mengambil peran untuk menjembatani terbentuknya hubungan itu. Hal ini tidak hanya berlaku soal mencari teman hidup atau soul mate.  Melainkan juga berlaku pada aspek kehidupan lainnya. Saya pribadi telah banyak berhutang budi kepada orang-orang yang bersedia menjadi penghubung seperti itu. Sebagian besar order program pelatihan saya diperoleh atas jasa mereka bahkan tanpa saya minta. Mereka tahu saya punya jasa pelatihan yang baik dan unik. Mereka juga tahu ada orang yang membutuhkan pelatihan itu. Sayangnya, saya tidak terhubung dengan orang atau perusahaan yang membutuhkannya. Sedangkan teman-teman saya berada
diantara kami berdua. Lalu mereka dengan sukarela menghubungkan kami. Sungguh, rasa terimakasih dan respek saya kepada orang-orang yang telah berjasa ini tetap abadi didalam hati. Mereka selalu bersedia untuk menjembatani hubungan orang lain.  
 
3.      Membantu orang lain untuk lebih produktif. Mungkin Anda pernah mempunyai tanaman yang tidak pernah berbuah. Meskipun pohon itu selalu berbunga dengan jumlah yang sangat banyak, tetapi bunga-bunga itu terus berguguran dan berserakan diatas permukaan tanah. Hal itu pasti terjadi jika proses penyerbukan gagal dilakukan. Padahal, sebagian besar tanaman dimuka bumi ini baru disebut produktif jika buah yang dihasilkannya banyak. Manusia juga begitu. 'Apa yang kita hasilkan' merupakan ukuran produktivitas kita. Dizaman ini, nyaris tidak ada produktivitas yang dihasilkan dari usaha dan kerja keras sendirian. Justru produktivitas kita semakin tinggi ketika kita ditolong oleh orang lain. Sebaliknya, pertolongan yang kita berikan kepada orang lain juga bisa membantu mereka untuk menjadi pribadi yang lebih produktif lagi. Tanpa penyerbukan, tidak akan pernah ada buah yang dihasilkan. Banyak pohon yang ditebang karena tidak pernah bisa berbuah.
Padahal, pohon itu butuh bantuan untuk proses penyerbukannya. Banyak orang yang merana karena produktivitasnya rendah. Bahkan ada yang sampai kehilangan perkerjaan. Padahal sebagai seorang teman, kita memiliki kesempatan dan kemampuan untuk membantu mereka agar lebih produktif. Bersediakah Anda menolongnya?
 
4.      Mendapatkan imbalan yang sepadan. Kupu-kupu mendapatkan nektar yang dijadikannya sebagai makanan. Hal ini mengisyaratkan bahwa kita perlu belajar menghargai kontribusi orang lain. Juga tidak usah sungkan menerima ucapan terimakasih dari orang lain. Tidak terlalu penting apakah take dulu baru give, atau sebaliknya. Selama memberi dan menerima itu terjalin secara seimbang dalam batas-batas kewajaran, maka hal itu bisa membuat hubungan yang kita bangun jauh lebih sehat. Apakah imbalan selalu dalam bentuk uang? Tidak. Ada kalanya imbalan itu berupa rasa puas yang menelusup kedalam kalbu. Meski hedonisme mengukur segalanya secara materialistik, tapi hati sanubari kita membisikkan bahwa kita membutuhkan lebih dari sekedar pemenuhan aspek fisik. Kita, membutuhkan pemenuhan atas dorongan untuk memberi manfaat kepada orang lain. Bukankah Anda merasa sangat bahagia ketika bisa menolong orang lain mendapatkan kebahagiaan yang dibutuhkannya? Saat
bersedakah, Anda merasa senang. Waktu menolong, Anda merasakan kepuasan batin. Ketika berbuat baik, Anda merasakan kedamaian. Itu menunjukkan bahwa meskipun tidak selalu mendapatkan uang, kita pasti mendapatkan imbalan yang sepadan.
 
5.      Harapkan imbalan yang paling hakiki. Selain dilakukan oleh kupu-kupu, penyerbukan juga dibantu oleh angin. Jika kupu-kupu, lebah dan kumbang mendapatkan manfaat dari interaksi dan kontribusinya kepada bunga; apa yang didapatkan oleh angin? Meski tidak mendapat apapun, angin tetap memberikan bantuan untuk mempertemukan tepung sari dengan putiknya. Inilah contoh tindakan tanpa pamrih. Kita juga bisa berkontribusi kepada orang lain tanpa harus selalu menuntut pamrih. Ada kalanya kita membantu teman menemukan pekerjaan idamannya. Atau merekomendasikan seseorang yang memiliki produk dan jasa yang baik.  Atau sekedar menjadi penghubung agar orang-orang baik saling terkoneksi. Jika Anda tidak mengharapkan imbalan, maka nilai kebaikannya sangatlah tinggi. Lantas, apa yang didapatkan oleh angin? Dia memperoleh fitrahnya untuk menjalankan fungsi sebagai mahluk Tuhan. Lalu, apa yang Anda dapatkan dari tindakan tanpa pamrih itu? Nanti, jika Anda
membutuhkan bantuan; teman-teman Anda akan dengan senang hati menolong Anda, bahkan dengan cara yang tidak terduga. Dan buat Anda yang tidak pamrih, ada pahala yang sangat besar dihadapan Tuhan. Bagi setiap insan yang mau berkontribusi tanpa pamrih, tidak ada imbalan yang lebih baik daripada pahala yang disediakan Tuhannya.
 
Sudah menjadi fitrah setiap pribadi untuk berteman dengan individu lain. Saling mengenal. Saling berbagi. Saling berkontribusi. Jika kita bisa berfokus kepada hal-hal positif seperti itu, maka kesalingterhubungan kita akan menghasilkan berkah yang melimpah. Sekalipun demikian, tetap saja kita perlu waspada. Sebab, tidak semua orang berteman dengan tujuan konstruktif. Terbukalah terhadap pertemanan yang baik. Namun, tegaslah untuk selalu menjaganya dalam koridor yang tetap positif. Teman yang baik, bisa membantu kita menjadi pribadi yang lebih baik. Jika itu terwujud, maka pertemanan kita tidak menghasilkan apapun selain kebaikan. Bersediakah Anda untuk membangun hubungan yang sehat bersama saya?
 
Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman –  29 September 2011
Trainer"Natural Intelligence Leadership Training" 
Penulis buku "Natural Intelligence Leadership"(jadwal terbit Oktober 2011)
 
Catatan Kaki:
Teman terbaik adalah seseorang yang bersedia mengulurkan tangan ketika temannya membutuhkan bantuan, tanpa terlebih dahulu bertanya; what in it for me?
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu. Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda tidak berkurang karenanya.

Follow DK on Twitter @dangkadarusman

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.

.

__,_._,___
[gudang-ilmu] Artikel’: Menghargai Diri Sendiri

[gudang-ilmu] Artikel’: Menghargai Diri Sendiri

 

Artikel': Menghargai Diri Sendiri
 
Hore, Hari Baru! Teman-teman.
 
Menghargai diri sendiri, kedengarannya agak egois ya? Tidak juga. Toh artinya tidak sama dengan narsis. Harga diri seseorang justru bisa meningkatkan nilai-nilai moral dan budaya umat manusia. Seseorang yang dikenal berperilaku buruk – misalnya – sering dinilai merendahkan martabat lingkungan tempat tinggalnya. Faktanya, komunitas yang terdiri dari orang-orang yang mampu menjaga harga dirinya jauh lebih terhormat dari komunitas lain yang terdiri dari orang-orang yang tidak pandai menjaganya. Makanya, orang yang dinilai tidak punya harga diri sering disisihkan dari lingkungan yang baik. Jadi menghargai diri sendiri itu bukan sekedar mementingkan diri sendiri, melainkan bentuk penghargaan kita kepada lingkungan dimana kita berada juga. Sekalipun demikian, harga diri seseorang tidak mungkin terbentuk jika dia sendiri tidak menghargainya. Maka setiap orang perlu belajar untuk menghargai dirinya sendiri.
 
Harga diri seseorang bukanlah barang komoditas yang nilainya ditentukan oleh kesepakatan transaksi antara penjual dan pembeli. Nilai sebuah harga diri semakin tinggi bukan karena dia tidak mau menjualnya. Jika turun sampai ke tingkat serendah-rendahnya pun  bukan karena dia mau menjualnya. Nilai sebuah harga diri tergantung kepada bagaimana orang itu memberi nilai kepada hidupnya sendiri. Makanya hukum supply & demand tidak berlaku disini. Hukum itu sangat dipengaruhi oleh kuantitas. Maka meski kualitasnya buruk, kalau supplynya tidak bisa memenuhi demand, pasti harganya jadi tinggi. Sedangkan manusia itu unik, dan hanya satu-satunya sehingga harga diri tidak mengenal kuantitas. Dia hanya memiliki satu dimensi, yaitu kualitas. Kualitas diri seseoranglah yang paling menentukan harga dirinya. Jika orang itu berkualitas baik, maka harga dirinya juga baik. Jika perilakunya buruk, maka harga dirinya pasti jatuh terpuruk. Bagi Anda yang tertarik menemani saya
belajar meningkatkan harga diri, saya ajak memulainya dengan mempraktekkan 5 pemahaman Natural Intellligence berikut ini:
 
1.      Menerima diri apa adanya. Sebagian besar manusia dilahirkan dengan bentuk fisik yang utuh. Tapi, masih saja merasa kurang dan mengeluhkan tentang ini dan itu. Memang banyak orang yang dianugerahi keindahan bentuk dan tampilannya. Tetapi kesempurnaan manusia tidak terletak pada keindahan fisiknya semata, melainkan perilaku, tabiat dan kemuliaan akhlaknya. Banyak orang yang tidak mengimbangi keutuhan fisiknya dengan keteguhan, dan daya juang. Sehingga meskipun tubuhnya lengkap, tetapi mentalnya lembek. Padahal, kita melihat banyak teladan yang ditunjukkan oleh mereka yang anggota badannya tidak selengkap kita. Dalam segala keterbatasan fisiknya, mereka terus berkarya dan memberi makna. Banyak juga contoh orang yang terjerumus kepada hal-hal nista justru karena dikaruniai ketampanan atau kecantikan yang mempesona. Padahal dengan kenistaan itu, nilai kemanusiaannya dicemari ciri hewani. Sedangkan seseorang yang lahir dengan keterbatasan fisik
justru terjaga kesucian dirinya. Jelas sekali jika kesempurnaan fisik bukanlah segala-galanya. Maka pantas jika kita menerima saja diri kita apa adanya, lalu menghiasinya dengan semangat, perilaku, dan akhlak yang baik.
 
2.      Menghindari perilaku yang merusak diri. Tanpa disadari, kita sering melakukan sesuatu yang merusak diri sendiri, lho. Misalnya, cara berkendara yang ugal-ugalan. Tidak usah mengalami insiden dulu dong untuk menyadarinya. Jika dikantor bertindak selenge'an dan semaunya sendiri, itu juga berarti merusak diri sendiri. Jangan berharap karir Anda akan bagus jika berperilaku demikian. Sebaliknya, cara berkendara yang santun itu bukan hanya menunjukkan penghormatan kepada orang lain, melainkan wujud betapa kita menghargai diri sendiri. Begitu pula dengan perilaku baik di kantor. Bukan semata-mata takut kepada atasan, segan pada pelanggan atau enggan berurusan dengan teman. Itu semua Anda lakukan untuk menjaga diri Anda sendiri. Mengapa? Jika kulit Anda sampai lecet tergores aspal, Anda sendiri yang rugi. Masih untung jika cuma lecet, ya kan? Jika penilaian kerja Anda buruk karena perilaku yang tidak koperatif, kan Anda juga yang merasakan dampak
negatifnya. Soal ini, tidak ada orang yang bisa menghindarinya selain diri Anda sendiri. Maka, penting bagi kita untuk selalu menghindari perilaku yang merusak diri.
 
3.      Memupuk rasa malu. Rasanya tidak berlebihan jika saya mengatakan bahwa rasa malu itu merupakan salah satu indikasi utama yang membedakan antara orang yang waras dengan para penderita skizofrenia. Coba saja, Anda pasti malu kan untuk jalan-jalan didepan umum tanpa busana? Normalnya, kita akan merasa malu jika perbuatan buruk kita diketahui oleh orang lain. Kita malu jika ketahuan berbohong. Kita malu jika kepergok mengambil sesuatu yang bukan hak kita. Kita juga malu kalau diekspose oleh media karena tindakan-tindakan tidak pantas yang kita lakukan. Bayangkan jika kita tidak memiliki rasa malu. Kita pasti akan melakukan semua hal yang tidak sesuai dengan norma. Jika sudah demikian, masih adakah harga diri kita? Orang justru dihargai karena penempatan rasa malunya secara tepat. Malu jika harus melakukan keburukan, sehingga dia berusaha berperilaku baik. Malu jika cepat menyerah sehingga dia terdorong untuk menjadi pribadi tangguh. Malu jika
harus membebani orang lain sehingga dia berusaha keras untuk lebih mandiri. Sedangkan kepada orang yang tidak tahu malu? Tak seorang pun menghargainya. Maka memupuk rasa malu adalah kebutuhan mutlak untuk menjaga harga diri kita sendiri.  
 
4.      Menjaga nama baik. Tidak ada yang mau menghargai orang-orang yang tidak mempunyai nama baik. Jika nama Anda sudah tercemar, maka orang pun akan segera menjauhi Anda. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya untuk menjaga nama baik. Jika sudah tercemar, bukan saja Anda akan tersingkir, tetapi juga sangat sulit untuk membangunnya kembali. Sekarang, coba perhatikan; apa saja sih yang bisa merusak nama baik seseorang? Perilaku buruk, tindakan asusila, dan pelanggaran terhadap norma umum lainnya. Maka menjaga nama baik itu sebenarnya sederhana saja. Cukup dengan berperilaku baik saja, pasti kita bisa menjaga nama baik. Bagaimana dengan perbuatan asusila? Setiap orang yang 'ketahuan' telah melakukannya pasti kehilangan nama baiknya. Maka, sebaiknya hindari hal itu. Jika sudah pernah kejadian? Masih ada kesempatan untuk tidak mengulanginya, bukan? Apalagi jika kita sadar bahwa ketika melakukan suatu perbuatan melanggar norma, sesungguhnya kita
tidak hanya mempertaruhkan nama baik kita sendiri, melainkan juga nama baik keluarga, kantor, dan orang-orang terdekat kita.
 
5.      Menjaga perilaku tetap baik. Hadiah paling indah yang bisa kita berikan kepada diri sendiri adalah amal baik yang kita lakukan selama hidup. Mengapa? Karena amal baik tidak pernah rusak atau musnah. Semuanya akan tetap menjadi milik kita di dunia maupun di akhirat. Dengan perilaku baik, kita disukai oleh orang-orang yang merasakan manfaat dari amalan kita. Maka hidup kita didunia menjadi lebih bernilai. Dengan perilaku baik itu, kita juga disayang oleh Tuhan. Bayangkan jika Anda bisa mendapatkan penghargaan dari sesama manusia sekaligus kasih sayang dari Tuhan. Bukankah ini yang menjadikan hidup Anda sempurna? Aneh juga jika kita mengharapkan kebaikan didunia dan diakhirat sambil terus berbuat nista. Mungkin kita merasa aman karena tak seorang pun tahu perbuatan kita, sehingga mereka tetap menaruh hormat. Mungkin kita juga tenang-tenang saja karena uang kita bisa membeli pengampunan para penjual keadilan. Tapi, apa yang bisa Anda lakukan
dihadapan Tuhan yang tidak pernah lengah mengawasi dan tidak membutuhkan apapun dari Anda? Sungguh, perilaku yang baik itulah yang bisa mengantarkan kita kepada pengkabulan doa untuk bisa meraih kebahagiaan didunia dan diakhirat kelak.
 
Semua orang dimuka bumi ini mempunyai satu sifat baik yang berlaku secara universal, yaitu; menghargai pribadi-pribadi yang baik. Maka jika Anda ingin dihargai oleh orang lain, Anda tidak perlu membelinya. Anda hanya perlu memastikan diri Anda sendiri sebagai orang yang baik. Jagalah harga diri Anda dengan perilaku baik. Bersikap baik. Bekerja dengan baik. Bergaul dengan orang-orang yang baik. Memperlakukan orang lain dengan cara yang baik. Maka harga diri Anda akan dengan sendirinya menanjak naik.  Dengan cara itu, Anda bukan hanya menghargai diri sendiri. Tetapi telah menunjukkan kepada orang lain, bahwa Anda adalah seorang pribadi yang layak untuk dihargai.  
 
Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman –  28 September 2011
Trainer"Natural Intelligence Leadership Training" 
Penulis buku "Natural Intelligence Leadership"(jadwal terbit Oktober 2011)
 
Catatan Kaki:
Cara terbaik untuk menjaga harga diri kita adalah dengan hanya melakukan tindakan-tindakan baik, dan menjauhi perbuatan buruk.
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu. Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda tidak berkurang karenanya.

Follow DK on Twitter @dangkadarusman

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.

.

__,_._,___
[gudang-ilmu] Artikel’: Mensyukuri Pekerjaan

[gudang-ilmu] Artikel’: Mensyukuri Pekerjaan

 

Artikel': Mensyukuri Pekerjaan       
 
Hore, Hari Baru! Teman-teman.
 
Banyak sekali orang yang mengeluhkan tentang pekerjaannya. Alasannya pun beragam macam. Ada yang soal gaji rendah. Teman yang tidak bersahabat. Atasan yang pilih kasih. Karir yang tidak naik-naik. Dan seribu satu alasan lainnya. Makanya, tidak heran jika setiap pagi rasanya berat sekali untuk berangkat ke kantor. Setelah tiba di kantor juga tidak bersungguh-sungguh mencurahkan seluruh kemampuan. Datang kesiangan, pulang kegesitan. Seakan-akan kita ini tidak membutuhkan pekerjaan itu. Sekarang, coba bayangkan; bagaimana seandainya besok pagi kita kehilangan pekerjaan itu? Apakah hidup Anda akan tetap baik-baik saja? Hmmmh, barangkali ini adalah saat yang tepat untuk kembali mensyukuri pekerjaan yang saat ini kita miliki. Sudahkah Anda mensyukuri pekerjaan pagi ini?
 
Kehidupan kerja kita tidak selamanya menyenangkan. Kadang Anda dimarahi pelanggan. Kadang diomeli atasan. Kadang dijegal oleh teman. Dan masih banyak situasi sulit lainnya yang bisa menimbulkan kekecewaan. Kita sering keliru melampiaskan kekesalan dengan membenci pekerjaan. Padahal, semakin benci Anda pada pekerjaan, semakin memburuklah keadaannya. Semakin memburuk keadaannya, semakin jauhlah Anda dari rasa syukurnya. Semakin jauh dari rasa syukur? Semakin benci Anda pada pekerjaan. Dan terjebaklah Anda dalam kegelisahan tanpa ujung. Maka, tidak ada pilihan lain selain menysukuri pekerjaan yang kita miliki. Karena rasa syukur, membimbing kita untuk menemukan makna terdalam dari pekerjaan. Memang mudah untuk dikatakan, tapi bersyukur itu sungguh tidak gampang untuk dilakukan. Kita butuh pemahaman yang tepat tentang makna syukur itu bagi hidup kita. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar memahami makna rasa syukur pada pekerjaan, saya ajak
memulainya dengan memahami 5 prinsip Natural Intellligence berikut ini:
 
1.      Rasa syukur menentukan kebahagiaan. Rasa syukur kepada pekerjaan adalah obat yang paling mujarab untuk menyembuhkan setiap kekecewaan. Seberat apapun beban pekerjaan yang Anda hadapi, pasti akan terasa ringan jika Anda memiliki rasa syukur yang lebih besar dari beban itu. Sebaliknya, seenak apapun suasana dan imbalan yang dapatkan dari pekerjaan Anda; maka Anda akan tetap mengeluhkannya jika rasa syukur Anda atas semua kenikmatan kerja itu terlalu kecil untuk menghidupkan lentera nikmat dalam hati Anda. Makanya, banyak orang dengan kedudukan dan imbalan tinggi yang masih mengeluhkan pekerjaannya. Dan banyak orang yang pekerjaannya bejibun namun tetap gembira meski bayarannya 'tidak seberapa'. Keluhan bukanlah monopoli orang-orang berkedudukan rendah. Kegembiraan juga bukan monopoli mereka yang jabatannya tinggi. Malah kita sering menyaksikan hal yang sebaliknya. Jika kita tidak kunjung bahagia dengan kehidupan kerja, mungkin kita perlu
bersyukur lebih banyak lagi. Mengapa? Karena rasa syukur pada pekerjaan sangat menentukan apakah kita bahagia dengan pekerjaan itu atau tidak.  
 
2.      Rasa syukur memberi ketabahan. Jika boleh memilih, apakah Anda lebih menyukai pekerjaan yang berat secara fisik, atau berat tanggungjawabnya? Normalnya, orang-orang berpendidikan tinggi tidak menyukai pekerjaan fisik yang berat. Meski tidak terlalu suka pada tanggungjawab yang berat, tetapi itu adalah pilihan terbaiknya. Pekerjaan fisik itu melelahkan dan imbalannya rendah. Sedangkan tanggungjawab besar pada pekerjaan non fisik diimbangi dengan ruang kerja yang nyaman nyaris tanpa keringat, pakaian perlente, dan tentunya; bayaran yang jauh lebih tinggi. Maka, kemungkinan besar; Anda akan memilih tangggungjawab besar daripada kerja fisik yang berat. Normal. Tapi, mengapa banyak orang yang memegang tanggunjawab besar justru sering ingin berhenti, atau lari ke tempat lain hanya karena merasa beban yang harus kita pikul terasa sangat berat? Mengapa banyak pegawai biasa-biasa saja yang justru lebih kuat dan lebih tabah? Ternyata orang-orang biasa
itu lebih banyak bersyukur daripada kita. Dengan rasa syukur itu mereka membangun kekuatannya. Karena rasa syukur memberi kita ketabahan.
 
3.      Rasa syukur melahirkan keikhlasan. Jangan salah kaprah. Ikhlas itu tidak sama artinya dengan tidak dibayar. Kita semua berhak untuk mendapatkan bayaran yang sepadan atas pekerjaan atau kontribusi yang kita berikan. Ikhlas juga bukan berarti menerima saja perlakukan tidak senonoh orang lain. Ikhlas itu berkaitan dengan sikap mental ketika kita menerima penugasan atau kondisi-kondisi tertentu yang belum tentu sesuai dengan keinginan kita. Ini bisa berkaitan dengan jenis pekerjaan, lingkungan kerja, atau orang-orang yang bekerja dengan kita. Orang ikhlas itu jarang mengeluh. Tidak ada yang bisa kita dapatkan dari keluhan pada pekerjaan. Justru dengan keluhan itu hati kita semakin lelah. Produktivitas kita semakin rendah. Dan performance appraisal kita semakin payah. Maka marilah kita belajar untuk ikhlas menerima penugasan atau tuntutan kerja. Marilah belajar ikhlas pada lingkungan kerja dan orang-orang yang bekerja bersama kita. Lalu kita
alokasikan energy yang biasa kita gunakan untuk mengeluh itu menjadi daya dorong bagi pencapaian dan prestasi tinggi kita.  Dan untuk bisa ikhlas, kita butuh rasa syukur. Mengapa? Karena keikhlasan dilahirkan dari rasa syukur atas setiap anugerah yang kita terima melalui pekerjaan yang kita dapatkan.
 
4.      Rasa syukur mendorong untuk berprestasi. Bayangkan Anda adalah orang yang memiliki ketiga indikator ini; bahagia, tabah, dan ikhlas. Apakah dengan ketiga indikator itu Anda bisa mencapai prestasi tertinggi di tempat kerja? Yes, tanpa keraguan sedikitpun. Mengapa? Orang-orang yang bahagia bekerja tanpa beban sehingga semua energy yang dimilikinya didedikasikan tanpa gangguan. Mereka yang tabah tidak mudah menyerah saat berhadapan dengan tugas-tugas sulit, melelahkan dan menantang. Sedangkan keikhlasan yang dimilikinya membuat mereka bersedia melakukan tugasnya dengan sepenuh hati sehingga tidak ada kesempatan, peluang, energy maupun dedikasi yang disia-siakan. Maka wajar jika orang yang bahagia, tabah dan ikhlas itu bisa melampaui kinerja kebanyakan orang. Dan kita sudah membahas dimuka bahwa, kebahagiaan ditempat kerja, ketabahan dalam menjalani pekerjaan, dan keikhlasan menerima keadaan dihasilkan dari rasa syukur kepada pekerjaan. Maka
nyata sekali jika rasa syukur itu mendorong kita untuk berprestasi tinggi. Maka bersyukurlah atas pekerjaan Anda, karena dengan rasa syukur itu Anda bisa mengukir prestasi yang lebih tinggi lagi.
 
5.      Rasa syukur memberi lebih banyak nikmat. Guru kehidupan saya mengatakan jika Tuhan sangat menyukai orang-orang yang bersyukur sehingga Dia tidak segan-segan untuk menambah kenikmatan bagi mereka yang senang bersyukur. Boleh saja jika Anda mengira hal itu hanya berlaku untuk aspek-aspek spiritual yang langsung berhubungan dengan Tuhan. Tapi, coba bayangkan situasi ini. Anda mempunyai 2  anak buah. Yang pertama adalah si jago komplain, tukang mengeluh, dan tidak pernah puas atas apa yang Anda berikan kepadanya. Yang satu lagi adalah orang yang tahu berterimakasih, lalu membalas kebaikan Anda kepadanya dengan kesungguhan dalam bekerja, memberikan yang terbaik dari dirinya sehingga prestasinya selalu memuaskan Anda. Saya tidak perlu bertanya orang yang mana yang menjadi kesayangan Anda. Saya juga tidak perlu bertanya kepada siapa Anda akan memberi lebih banyak lagi. Sudah jelas sekali jika Tuhan menyukai orang-orang yang bersyukur. Atasan atau
pemilik perusahaan tempat kita bekerja juga demikian. Maka rasa syukur kita kepada pekerjaan, benar-benar memberi kita lebih banyak lagi. Mungkin penghasilan. Mungkin kesempatan. Mungkin kepercayaan. Atau mungkin, hal-hal lain yang tidak pernah kita bayangkan.
 
Pekerjaan merupakan salah satu anugerah terbesar dalam hidup. Dengan pekerjaan, bukan saja kita mendapatkan nafkah untuk memenuhi kebutuhan fisik belaka. Dengan pekerjaan, kita bisa mendapatkan ketentraman jiwa dan ketenangan hati. Pekerjaan juga memberi kita kebanggaan dihadapan orang lain. Bisa jadi pekerjaan kita tidak gampang untuk dijalani. Bisa jadi juga pekerjaan kita tidak selalu menyenangkan. Mungkin pekerjaan kita belum menghasilkan imbalan yang tinggi. Tapi percayalah, memiliki pekerjaan itu jauh lebih baik daripada kondisi sebaliknya. Maka bagaimanapun juga, pekerjaan yang hari ini kita miliki, sangat layak untuk kita syukuri.
 
Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman –  27 September 2011
Trainer"Natural Intelligence Leadership Training" 
Penulis buku "Natural Intelligence Leadership"(jadwal terbit Oktober 2011)
 
Catatan Kaki:
Jangan menunggu kehilanggan dulu untuk benar-benar menyadari betapa berharganya pekerjaan yang kita miliki itu.
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu. Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda tidak berkurang karenanya.

Follow DK on Twitter @dangkadarusman

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.

.

__,_._,___
[gudang-ilmu] Artikel’: Menemukan Guru Yang Ke-5

[gudang-ilmu] Artikel’: Menemukan Guru Yang Ke-5

 

Artikel': Menemukan Guru Yang Ke-5       
 
Hore, Hari Baru! Teman-teman.
 
Kepada siapapun kita bisa berguru tentang sesuatu. Tetapi, tidak semua orang yang berpredikat sebagai guru memiliki kualifikasi yang benar-benar layak untuk menjadikannya tempat berguru. Makanya, meski hidup kita dikelilingi oleh orang-orang yang sering disebut atau menyebut dirinya guru, kita sering tidak benar-benar melihatnya sebagai orang yang patut 'digugu dan ditiru'. Untungnya, masih bisa kita temukan guru-guru yang benar-benar bermutu. Kita bisa terus berguru meski tidak memiliki uang untuk membayarnya karena mereka tidak henti-hentinya berbagi ilmu. Kita bisa mengambil hikmah sebanyak-banyaknya karena mereka tidak kenal lelah untuk berbagi semangat!. Dan kita bisa menyaksikan keteladanan karena mereka selalu berusaha untuk melakukan apa yang dikatakannya. Meski mereka bukanlah manusia sempurna, tapi ada jejak-jejak yang layak untuk kita teladani dalam kehidupan nyata. Sudahkah Anda menemukan guru seperti itu?
 
Tulisan saya kali ini sangat spesial. Ini bukan hasil pemikiran saya seperti biasanya, melainkan hasil mendengar dari 5 guru yang sangat dikagumi dan tidak mudah dicarikan tandingannya. Tadi malam, empat dari 5 guru itu tampil di Just Alvin-nya Metro TV. Saya jarang menonton acara itu, namun karena yang tampil adalah para guru hebat maka saya menyaksikannya hingga tuntas. Ini adalah kesempatan langka dimana saya bisa berguru kepada 4 tokoh penting tanpa harus ke luar rumah, tidak perlu membayar, dan tak usah mengkhawatirkan apapun. Dan sekarang saya akan mengajak Anda untuk belajar kepada 5 guru pilihan. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar dari para guru pilihan itu, saya ajak memulainya dengan menyimak cuplikan pesan inti dari 5 guru berikut ini:
 
1.      Guru kesuksesan -  Andrie Wongso. Kesulitan hidup seberat apa yang telah atau tengah Anda alami? Kekurangan uang? Kekurangan pendidikan? Kekurangan jabatan?  Semua itu belum bisa menggambarkan kesulitan hidup masa lalu seorang Andrie Wongso yang Sekolah Dasar Saja Tidak Tamat Tapi Bisa Sukses (SDSTT-TBS). Tidak ada bedanya antara kita dengan Pak Andrie Wongso dalam soal tantangan hidup. Kita sama seperti beliau yang setiap saat berhadapan dengan kesulitan dan kegagalan. Namun, mengapa akhir kita beda dengan Pak Andrie Wongso? Salah satunya adalah; kita sering menyerah dengan keadaan lalu membiarkan diri sendiri terpuruk dalam kegagalan. Sebaliknya, Pak Andrie Wongso terus menggeliat bangkit untuk mengklaim kesuksesannya karena dia percaya bahwa success is my right! Menurut Pak Andrie Wongso; setiap orang memang perlu mengalami dan menjalani tantangan hidup. Namun, hendaknya jangan menyerah karena hal itu memberinya hak untuk meraih
kesuksesan.
 
2.      Guru Kebijaksanaan – Gede Prama. Dimana kebahagiaan hidup bisa dicari? Yang pasti bukanlah pada selera pasar atau segala sesuatu yang sedang trend diluar. Perjalanan karir yang cemerlang juga bukanlah jaminan ditemukannya kebahagiaan dalam hidup. Seorang Gede Prama telah merasakannya sendiri, ketika tengah menduduki posisi tinggi yang diperebutkan oleh banyak orang. Beliau akhirnya berkemas untuk memulai perjalanan pribadinya. Kebahagiaan ditemukan ketika kita sudah bisa merasakan 'home' didalam diri kita. Banyak orang yang mengandalkan hanya rasio dalam mencari makna kesuksesan dalam hidup. Makanya banyak yang gagal menemukannya karena begitu banyak hal yang tidak dapat dijelaskan selain dengan cara mengalaminya sendiri. Ketika seseorang sudah berhasil merasakan kedalaman makna hidup didalam dirinya sendiri, maka pada saat itu orang tersebut akan berada semakin dekat dengan kebijaksanaan hidup. Dan dengan begitu dia juga akan semakin
dekat dengan kebahagiaan yang selalu dicari-carinya.
 
3.      Guru kedahsyatan – Tung Desem Waringin. Setiap orang mempunyai kisah hidupnya masing-masing. Namun masing-masing berbeda bobotnya. Banyak orang yang telah meraih pencapaian tinggi, namun hanya sedikit sekali yang bisa meraih pencapaian yang setinggi-tingginya. Mereka yang pencapaiannya tinggi sekali ini pastilah telah melakukan sesuatu yang luar biasa sehingga menjadikan mereka berbeda dengan orang kebanyakan. Mereka telah melakukannya dengan cara yang dahsyat sehingga hasilnya pun sangat dahsyat. Berguru kepada orang-orang terbaik itulah yang menjadi salah satu titik balik terpenting dalam kehidupan seorang Tung Desem Waringin. Beliau bersedia berburu ilmu kepada para guru nomor satu. Sehingga mendapatkan ilmu dan teknik jitu untuk meraih sesuatu pada tingkatan paling tinggi. Jika Anda menginginkan pencapaian yang dahsyat dalam hidup Anda, maka Anda harus berani melakukannya dengan usaha dan kegigihan yang juga dahsyat untuk berguru
kepada orang-orang dahsyat.
 
4.      Guru pemasaran – Hermawan Kartjaya. Bisakah Anda membayangkan seandainya di dunia ini tidak ada marketing? Tidak usah susah-susah mencari jawabannya. Cukup dengan kebanggaan bahwa Indonesia memiliki 1 dari 50 guru marketing yang mengubah dunia; seorang Hermawan Kartajaya. Bukan hanya barang dan jasa yang bisa di-marketing-kan, melainkan juga diri kita. Cukup menggunakan rumus PDB – Positioning, Differentiating, dan Branding. Siapapun Anda, tidak usahlah meniru-niru orang lain karena hidup Anda didesain dengan ciri tersendiri. Justru Anda harus berbeda dari orang lain, itu jika ingin benar-benar berhasil meraih kesuksesan. Dengan differentiating itu orang lain menemukan 'keunikan' dalam diri Anda. Dan, itulah yang menjadikan Anda otentik. Sudah terlalu banyak orang yang sekedar copy paste, baik produk atau layanan, karya tulis, bahkan juga kepribadian. Pak Hermawan mengingatkan bahwa sekedar meniru, tidak akan bisa menjadikan Anda
unggul. Tetapi, selama Anda punya keunikan pribadi, lalu Anda memposisikan diri untuk customer yang tepat, dan terus menerus melakukan branding, maka cepat atau lambat; Anda akan mendapatkan tempat yang tepat. Jika Anda ingin sukses, pastikan PDB Anda benar-benar dibangun dengan sebaik-baiknya.
 
5.      Guru kehidupan – siapakah dia? Alvin Adam hanya mengundang 4 orang guru yang telah terbukti berhasil. Padahal saya sudah terlanjur mengatakan akan mengajak Anda belajar kepada 5 guru. Jadi siapakan guru yang ke-5 itu? Guru yang satu itu jarang muncul di ruang-ruang publik. Dia lebih sering berada di ruang pribadi yang tidak terjangkau oleh media. Dia tidak pernah diwawancara. Dia juga tidak pernah diundang untuk tampil sebagai pembicara dikantor Anda. Padahal, dia memiliki kepedulian yang sangat tinggi terhadap keberhasilan hidup Anda. Dia yang paling menginginkan terciptanya kebahagiaan lahir dan batin Anda. Dia yang bersedia  mendengar keluhan Anda tanpa pernah tega berkata; 'maaf saya sedang rapat dengan  klien...". Dia adalah yang mengetahui luar dan dalamnya diri Anda. Dia memahami setiap bisikan hati dan keinginan Anda. Harapan dan impiannya Anda. Ketakutan dan kekhawatiran Anda. Dia adalah guru yang tidak pernah menolak untuk
mendengarkan keluh kesah Anda. Selalu bersedia menemani pencarian-pencarian Anda. Menerima berapapun bayaran yang Anda berikan kepadanya. Bahkan jika Anda tidak membayarnya sama sekali. Dia adalah yang tidak pernah terpisahkan dari diri Anda sendiri. Dapatkah Anda menemukan guru yang ke-5 itu?
 
Faktanya, tidak semua guru baik. Tidak semua konsultan benar. Tidak semua motivator tulus. Namun, ada orang-orang tertentu yang memang layak untuk dijadikan tempat berguru. Maka temukanlah orang-orang seperti itu. Dan dekat-dekatlah dengan ajaran mereka. Bukan sekedar dekat secara fisik, tetapi dekat dengan inti ajarannya. Sebab semua guru pada akhirnya akan pergi. Namun, ajaran-ajarannya yang kita terapkan dalam hidup akan tetap abadi. Temukanlah guru yang benar-benar layak untuk Anda ikuti. Dan jadikanlah ajaran-ajarannya tentang kebaikan sebagai warisan yang abadi.
 
Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman –  26 September 2011
Trainer"Natural Intelligence Leadership Training" 
Penulis buku "Natural Intelligence Leadership"(jadwal terbit Oktober 2011)
 
Catatan Kaki:
Orang yang paling layak untuk dijadikan guru adalah dia yang tidak malu mengakui kelemahan dirinya, dan terus berusaha melakukan apa yang dikatakannya.
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu. Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda tidak berkurang karenanya.

Follow DK on Twitter @dangkadarusman

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.

.

__,_._,___
[gudang-ilmu] Artikel’: Apa Yang Ingin Anda Dengar Dari Pelanggan?

[gudang-ilmu] Artikel’: Apa Yang Ingin Anda Dengar Dari Pelanggan?

 

Artikel': Apa Yang Ingin Anda Dengar Dari Pelanggan?       
 
Hore, Hari Baru! Teman-teman.
 
Pelanggan memiliki kemampuan untuk mencurahkan isi hatinya, apapun itu. Apalagi jika suara pelanggan itu datang atas undangan kita yang mempersilakan mereka menyampaikan pendapatnya. Maka kita perlu mempersiapkan diri untuk mendengar sesuatu yang boleh jadi, bukan yang 'ingin' kita dengar. Kenyataannya, semua orang adalah pelayan sekaligus pelanggan bagi orang lain. Misalnya, sebagai pedagang atau karyawan, Anda melayani klien atau orang yang membeli produk dan jasa Anda. Tetapi, saat membeli nasi uduk, Anda adalah pelanggan bagi penjualnya. Jadi siapapun Anda layaklah untuk mencoba mengingat kembali; pada saat melayani orang lain, apa sesungguhnya yang ingin Anda dengar dari mereka?
 
Kemarin, saya melakukan eksperimen kecil di sebuah hotel ternama. Sesuai jumlah bintangnya, hotel itu memberikan pelayanan yang prima melalui petugas-petugasnya yang ramah, penuh perhatian, dan siap membantu. Untuk setiap kebutuhan yang saya inginkan, mereka 'lulus' dari ujian dengan nilai yang tinggi. Namun, saya belum menguji kemampuan mereka dalam menerima keluhan."Bapak menginap dikamar nomor berapa?" begitu sapa ramah petugas perempuan. "Apakah ada hal yang kurang menyenangkan?" begitu lanjutnya setelah mendengar jawaban saya. "Ah, ya.." saya bilang. "Saya kira, internet di hotel ini sangat lambat sekali ya?" Saya mengatakan itu sambil mencermati bagaimana petugas ini bereaksi. Dan, dapat! Saya bisa merasakan ketidaksiapannya untuk mendengar apa yang tidak ingin didengarnya. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar mempersiapkan diri mendengar suara pelanggan, saya ajak memulainya dengan memahami 5 prinsip Natural
Intellligence berikut ini:
 
1.      Enak didengar, tidak selalu berarti benar. Bukan hanya profesi penjual atau pemberi jasa seperti Anda yang sering tidak siap menerima masukan negatif dari pelanggan. Orang yang berprofesi sebagai trainer atau pembicara publik pun sering tidak siap mendengarnya. Ya macam saya ini. Misalnya, setelah training selesai; biasanya ada kuisioner yang meminta peserta menilai dan berkomentar. Tidak semua trainer suka pada komentar negatif peserta seperti; "Membosankan", "Ilmunya kuno", "Bicaranya terlalu cepat", "Cuma teori", dan bermacam komentar jujur lainnya. Mengapa? Karena mental saya ingin mendapatkan masukan seperti "pembicaranya hebat!", "Beda dari yang lain", "Excellent!", atau "Kapan ada training lagi?" Padahal, belum tentu setiap orang yang memberi tanda jempol itu benar-benar ingin memberi jempol. Belum tentu kata 'BAGUS!' itu berarti bagus. Bisa jadi maksudnya; 'bagus kalau saya tidak bertemu dengan
Anda lagi'. Saya pribadi, lebih membutuhkan input yang benar daripada yang sekedar enak untuk didengar.
 
2.      Dalam rasa pahit terselip fungsi obat. Sejauh yang saya ketahui, sebagian besar obat rasanya pahit atau tidak enak. Kalaupun ada obat yang terasa manis, itu karena diberi sirup gula atau zat perasa. Sedangkan zat yang menyembuhkannya sendiri tetaplah rasanya pahit. Komentar jujur dari pelanggan juga sering terasa pahit. Apalagi jika itu menyangkut hal-hal yang harus kita perbaiki. Jika kita tidak bersedia menelan rasa pahit obat itu, maka tubuh kita mungkin akan tetap sakit. Jika hati tidak mau mendengar suara jujur pelanggan yang 'nyelekit' itu, maka boleh jadi kualitas produk dan pelayanan kita akan tetap buruk. Mengapa? Karena dalam rasa pahit setiap kata yang kita dengar, terselip fungsi obat yang ampuh dan menyembuhkan.
 
3.      Marahnya pelanggan, cermin adanya kepedulian. Sahabat saya mempunyai kedudukan tinggi di sebuah perusahaan consumer goods. Salah satu klien besarnya marah atas perubahan produk dan kualitas pelayanannya. Upaya semua staffnya sudah tidak mempan lagi karena mereka ingin bicara dengan 'boss kamu!'. Akhirnya teman saya ini datang menemui para petinggi yang komplain itu. Marah besar rupanya mereka. Wajar jika bawahannya tidak berdaya. Mengapa sih orang-orang sepenting itu mau membuang waktu untuk marah-marah? Bukankah mereka bisa dengan mudah pindah kepada penyedia produk atau jasa lainnya? Bukankah banyak alternatif supplier lainnya? Bukankah waktu mereka sedemikian berharganya? Inilah penemuan besar yang didapatkan oleh sahabat saya itu; mereka benar-benar peduli kepadanya. Maka ketika ada ketidakcocokan produk dan pelayanan yang diberikan, mereka bersedia meluangkan waktu berharganya untuk mengingatkan; "Hey, teman. Ada sesuatu yang
tidak beres dengan cara kami melayaniku. Ini, ini, ini. Bisakah kamu memperbaikinya untuk kepentingan dirimu juga?" Begitu loh, maksudnya. Maka jika pelanggan marah, Anda bisa melihat cermin kepeduliaan didalamnya.
 
4.      Feedback negatif itu perekat paling efektif. Diantara klien training saya yang tidak 'repeat order' kebanyakan adalah yang 'tidak pernah' memberikan feedback tentang  kekurangan saya dalam melakukan training itu. Sebaliknya, klien-klien saya yang terbuka memberi masukan biasanya melakukan order berikutnya. Tahukah Anda mengapa? Karena mereka yang terbuka mengkritik, membantu saya memahami apa yang sebenarnya mereka butuhkan secara akurat. Mereka juga membatu saya menyadari hal-hal atau cara saya yang tidak cocok. Dengan begitu saya bisa menyesuaikan diri hingga benar-benar pas dengan situasi spesifiknya. Misalnya, ada yang mengatakan begini;"Pak, orang-orang disini paling suka kalau dikasih bumbu berupa humor dewasa." Sebagai sesama orang dewasa, saya tentu suka jugalah. Tapi, ada juga yang mengingatkan saya;"Pak Dadang, mohon maaf, humor 17 tahun keatasnya agak dikurangi sedikit ya Pak…." Bayangkan jika saya tidak mau
mendengar kritik mereka. Mungkin akan lebih banyak lagi klien yang diam-diam memblacklist saya dari daftar trainer yang akan dikontraknya dalam training berikutnya. Ini menunjukkan bahwa kesediaan pelanggan untuk jujur dan terbuka menilai kita merupakan lem perekat yang paling efektif dalam hubungan kita dengan mereka.
 
5.      Pelanggan tahu solusinya. Kita sering mengira bahwa produk dan jasa yang kita sediakan adalah yang terbaik dikelasnya, dan tentunya yang terbaik untuk pelanggan. Dulu, saya pun berpikir begitu. Padahal, ternyata tidak. Semua produk atau jasa kita dibuat berdasarkan 'sudut pandang' kita, bukan apa yang mereka benar-benar butuhkan. Itulah sebabnya, meski kita sudah merasa melakukan yang terbaik tapi kok masih ada juga pelanggan yang tidak puas. Sungguh, bukan sebuah aib untuk mengakui bahwa produk dan pelayanan kita belum sesuai dengan harapan pelanggan. Sebab memang tidak ada yang benar-benar tahu kebutuhan spesifik pelanggan selain pelanggan itu sendiri. Makanya, kalau Anda mencari solusi terbaik untuk pelanggan Anda, tidak ada cara lain selain mendengar lebih banyak dan lebih akurat suara mereka. Contohnya, saya pernah mengganti sekitar 70% slide training saya beberapa jam sebelum acara karena mendapat informasi terbaru dari klien saya
tentang kondisi terkini yang dihadapainya. Repot? Tentu saja. Tapi kerepotan itu menghasilkan materi training yang benar-benar fit dengan kondisi aktual mereka. Pengalaman ini membantu saya untuk lebih memahami, bahwa solusi terbaik tersembunyi dibalik informasi yang mereka berikan. Maka kemampuan kita mendengarnya, sangat menentukan hasil akhirnya.
 
Tidak seorang pun yang bisa lari dari pelanggan. Perusahaan besar. Pebisnis handal. Pembicara hebat. Motivator ulung. Semuanya butuh pelanggan. Setinggi apapun jabatannya dan sekeren apapun sebutannya, mereka tetap saja adalah pelayan bagi pelanggannya. Kita, adalah pelayan bagi mereka. Sama halnya ketika mereka harus menjadi pelayan bagi kita. Saat kita merindukan seseorang yang bersedia mendengarkan kejujuran suara hati kita, pelanggan kita pun mengharapkan kesediaan kita untuk mendengarkan curahan perasaan yang mereka sampaikan dengan sejujurnya. Artinya kita, perlu memupuk kesediaan untuk mendengar sesuatu yang mungkin 'tidak enak didengar' oleh kebanyakan telinga.
 
Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman –  23 September 2011
Trainer"Natural Intelligence Leadership Training" 
Penulis buku "Natural Intelligence Leadership"(jadwal terbit Oktober 2011)
 
Catatan Kaki:
Setiap orang adalah pelanggan sekaligus juga pelayan. Sama seperti kita yang ingin dilayani dengan baik, orang lain juga menginginkan pelayanan terbaik dari kita.
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu. Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda tidak berkurang karenanya.
 
Jika pertanyaan-pertanyaan Anda belum mendapatkan jawaban dari saya, silakan untuk mengeceknya di  Frequently Asked Question (FAQ) dalam website kami.

Follow DK on Twitter @dangkadarusman

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.

.

__,_._,___
[gudang-ilmu] Artikel’: Teknik Mengkritik Yang Simpatik

[gudang-ilmu] Artikel’: Teknik Mengkritik Yang Simpatik

 

Artikel': Teknik Mengkritik Yang Simpatik       
 
Hore, Hari Baru! Teman-teman.
 
Tidak seorangpun suka dikritik. Termasuk seseorang yang secara terbuka mengatakan;'silakan kritik saya!' Percayalah. Orang hanya suka dikritik jika kritikan itu tidak menyinggung perasaan dan harga dirinya, tidak memojokkannya, dan tidak menelenjangi ketidakmampuannya. Masalahnya adalah, kita sering tergoda untuk menyampaikan kritik bukan dengan cara yang disukai oleh orang yang dikritik, malah lebih sering disertai dengan dorongan emosi kita sendiri. Walhasil, kita hanya berteriak-teriak tanpa bisa mengharapkan penerimaan dan kelapangan dada orang yang kita kritik. Hasil akhirnya? Anda sebal kepada orang yang tidak mau dikritik. Sebaliknya, orang yang Anda kritik semakin tidak menyukai Anda. Bukan kondisi seperti ini yang Anda inginkan, iya kan?
 
Mengapa teknik mengkritik yang simpatik itu penting? Karena sebaik apapun isi kritik Anda, jika disampaikan tidak dengan simpatik akan sia-sia saja, Bung! Kecuali jika kita memang ingin mengajak seseorang bertengkar, kita harus belajar mengkritik dengan cara yang baik. "Serulah mereka dengan cara yang baik dan simpatik," begitu pesan guru kehidupan saya. Sebagai seorang yang berpikiran logis, saya termasuk orang yangto the point jika menyampaikan kritikan. Khususnya dulu ketika masih belum memahami psikologi komunikasi. Sekarang pun saya belum benar-benar terampil, namun sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar teknik mengkritik yang simpatik, saya ajak memulainya dengan mempraktekkan 5 prinsip Natural Intellligence berikut ini:
 
1.      Bercerminlah terlebih dahulu. Seperti halnya saya, Anda bukanlah manusia yang sempurna. Jadi, kalau menemukan kesalahan atau kelemahan pada diri orang lain, tidak usah langsung ingin mengkritik. Tengoklah kedalam diri sendiri, sebelum menyampaikan kritik kepada orang lain. Saya teringat pada seseorang yang mengkritik saya tentang sesuatu. Menurut hemat saya, beliau benar soal kritikan itu sehingga saya mengikutinya. Lagipula, kritikannya itu baik untuk menjadi sarana saya meningkatkan diri saya sendiri. Beberapa tahun kemudian, saya bertemu dengan orang itu. Saya mengucapkan terimakasih atas kritik yang dulu pernah disampaikannya, karena saya benar-benar mendapatkan manfaatnya. Sayangnya, ternyata beliau menerapkan apa yang dulu saya lakukan yang menjadi pokok kritikannya kepada saya. Rasa hormat saya kepada beliau tidak berkurang. Tetapi, kejanggalan itu terasa didalam hati. Maka sebelum mengkritik orang lain, lebih baik jika Anda bercermin
terlebih dahulu.
 
2.      Abaikanlah hal-hal yang kecil. "Don't sweat the small stuff," kata Richard Carlson. Kita ini sering usil dengan hal-hal kecil. Padahal banyak hal kecil yang tidak terlalu prinsipil. Mengapa? Karena jika Anda terjebak dengan hal-hal atau kesalahan kecil yang orang lain lakukan, maka Anda bisa kehilangan penglihatan terhadap hal-hal besar yang orang itu kontribusikan. Masak sih gara-gara kesalahan kecil yang tidak berpengaruh banyak lalu kita mau menihilkan jasa-jasa baik seseorang? "Hey, hal-hal kecil kalau dibiarkan bisa jadi besar!" Anda benar soal itu. Tapi apakah semua hal kecil seberbahaya itu. Justru orang-orang baik perlu melakukan kesalahan kecil. Mengapa? Karena kesalahan kecil itu menghindarkan dia dari sikap sombong dan menyadarkannya pada kenyataan bahwa dia adalah mahluk yang tidak sempurna. Dengan begitu dia bisa terus menjaga sikap rendah hati. Lagipula, bukankah kita sendiri juga banyak melakukan kesalahan kecil?
Jadi, kalau orang lain melakukan kesalahan kecil yang  tidak merugikan Anda – maka sebaiknya Anda abaikan sajalah. Tidak usah usil.
 
3.      Nilailah tingkat urgensinya. Banyak kelemahan orang lain yang bisa kita kritik. Cara berbicaranya. Cara berkirim emailnya. Cara berpakaiannya. Cara berjalannya. Cara bekerjanya. Cara makannya. Percayalah, tidak terhitung banyaknya. Anda tidak akan pernah sanggup untuk sekedar menginventarisirnya. Bayangkan jika setiap kelemahan orang lain itu harus Anda kritik? Bisa-bisa, Anda kehabisan waktu untuk membenahi diri Anda sendiri. Belajarlah untuk menilai tingkat urgensinya. Jika hal itu tidak penting-penting amat, sebaiknya Anda abaikan saja. Bukan berarti Anda menjadi apatis, melainkan menggunakan energy yang Anda punya untuk mengkritik hanya hal-hal yang memang penting. Menjadi pribadi yang impulsif itu melelahkan lho.  Makanya, Anda perlu belajar menilai tingkat urgensi sesuatu yang menyentak tombol 'spesialis kritik' dalam ubun-ubun Anda.
 
4.      Tinggalkanlah emosi dilemari besi. Coba perhatikan baik-baik bagaimana cara Anda mengkritik. Adakah emosi menyertainya? Tanpa disadari kita berbicara dalam suatu forum hingga memojokkan seseorang. Serius, dulu saya begitu. Lalu saya sadar bahwa itu bukanlah teknik simpatik dalam mengkritik. Alih-alih menerima kritikan, orang malah menjauhi kita. Contoh lain, seseorang mengkritik saya tentang isi artikel yang menurutnya 'terlalu panjang' sehingga beliau malas membacanya. Katanya, artikel saya harus ditulis singkat dan padat supaya tidak membuang-buang waktu pembacanya. Beliau benar. Namun kebenaran  tidak hanya ada di satu sisi. Karena ada argument lain yang juga tepat. Artikel saya, hanya diperuntukkan bagi mereka yang ingin membacanya. Sedangkan bagi mereka yang sibuk, saya menyediakan tulisan singkat padat berbobot di twitter @dangkadarusman karena saya percaya segala sesuatu ada target audiensnya masing-masing. Anehnya lagi, kritikan
untuk menulis singkat itu justru ditulis dengan panjang lebar termasuk beribu argumen; mengapa sebuah pesan email harus singkat. So, tidak perlu membawa-bawa emosi saat mengkritik. Jika ada emosi itu, maka tinggalkanlah di lemari besi Anda.
 
5.      Sampaikanlah kritik dengan santun. Kesantunan bukan hanya milik orang timur. Orang barat pun sangat santun lho. Mengapa sih, kita perlu belajar santun? Karena kesantunan itu menunjukkan 'kelas' seseorang. Ini tidak selalu berkorelasi dengan pendidikan, karena banyak juga orang yang berpendidikan tinggi namun kalah santun dengan orang yang sekolahnya biasa-biasa saja. Oleh sebab itu, kesantunan menjadi elemen penting dalam mengkritik. Contoh aktualnya, seseorang mengkritik saya tentang sopan santun dalam berkirim email melalui milist umum. Tetapi saat menyampaikan kritik tentang sopan santun itu, beliau lupa untuk sekedar menulis salam pembuka. Bahkan ada juga orang yang menggunakan kosa kata yang hanya digunakan dijalanan Bronx. Kritik tentang kesantunan yang disampaikan secara tidak santun bisa kehilangan makna. Mengapa? Bisa jadi orang yang dikritik menjadi lebih baik, sementara orang yang mengkritik tetap menjadi pribadi yang picik.
Lebih dari itu, bukankah kita tahu bahwa Tuhan sangat tidak menyukai orang-orang yang mengatakan sesuatu yang dia sendiri tidak melakukannya? Jika Tuhan Yang Maha Bijak saja tidak suka, apalagi sesama manusia. So, belajarlah untuk menyampaikan kritik secara santun.
 
Mengkritik itu adalah wujud dari kepedulian sosial. Kita tidak perlu alergi untuk dikritik karena saat seseorang mengkritik adalah saat dimana kita dipedulikan. Dan itu adalah saatnya kita untuk memperbaiki diri – jika isi kritikannya memang valid. Kita juga tidak perlu takut untuk mengkritik, karena tanpa kritik dunia kita bisa lebih cepat hancur. Banyak perilaku buruk disekitar kita bukan? Tugas kitalah untuk mencegahnya. Apalagi jika kita sadar bahwa mengkritik untuk hal-hal baik adalah tugas yang diberikan Tuhan kepada setiap pribadi yang menyukai kebaikan. Dalam bahasa guru kehidupan saya; "saling menyeru untuk berbuat kebaikan, dan saling mencegah dari kemungkaran". Mengkritik? Hayu. Tapi, lakukanlah dengan teknik yang simpatik.
 
Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman –  22 September 2011
Trainer"Natural Intelligence Leadership Training" 
Penulis buku "Natural Intelligence Leadership"(jadwal terbit Oktober 2011)
 
Catatan Kaki:
Masalah terbesar bagi tukang kritik seperti kita adalah sering tidak menyadari jika kritik yang kita sampaikan itu sebenarnya lebih cocok untuk diri kita sendiri
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu. Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahalanya Anda dapat secara penuh.
 
Jika pertanyaan-pertanyaan Anda belum mendapatkan jawaban dari saya, silakan untuk mengeceknya di  Frequently Asked Question (FAQ) dalam website kami.

Follow DK on Twitter @dangkadarusman

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.

.

__,_._,___
[gudang-ilmu] Artikel’: Agar Tidak Diremehkan Oleh Orang Lain

[gudang-ilmu] Artikel’: Agar Tidak Diremehkan Oleh Orang Lain

 

Artikel': Agar Tidak Diremehkan Oleh Orang Lain       
 
Hore, Hari Baru! Teman-teman.
 
Pergi tak ganjil, datang tak genap. Itu adalah peribahasa yang tepat untuk menggambarkan seseorang yang kehadirannya tidak diperhitungkan sama sekali. Dimasa kanak-kanak, kita punya teman yang sering disebut sebagai 'anak bawang'. Dikala kita sudah dewasa, kita mengenal orang-orang yang sering disebut sebagai si 'nobody'. Siapa sih elo? Ada atau tidaknya elo, gak ngaruh; tahu gak seeeh. Jika Anda yang dianggap sebagai si 'nobody' itu, bagaimana perasaan Anda?
 
Setiap orang mendambakan pengakuan orang lain atas keberadaan dirinya. Wajar jika merasa tidak nyaman ketika diremehkan oleh orang lain. Namun, kita tidak berhak memaksa orang lain untuk mengakui keberadaan diri kita, meskipun kita sangat menginginkannya. Kalau mereka menghargai kita, maka hal itu hendaknya dilakukan secara suka rela. Bukan karena kita menuntut mereka melakukannya. Sekalipun demikian, kita perlu menyadari bahwa sikap mereka tentu memiliki latar belakang. Artinya, kita perlu memahami alasan mengapa mereka meremehkan kita. Karena boleh jadi, justru diri kitalah yang menjadi penyebabnya. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar memperbaiki diri agar tidak diremehkan oleh orang lain, saya ajak memulainya dengan mempraktekkan 5 prinsip Natural Intellligence berikut ini:
 
1.      Kenakan pakaian yang baik. Bukan yang bagus. Tapi yang baik. Beberapa hari lalu, teman saya mengatakan jika dia risih pergi bersama temannya. Alasannya, pakaiannya asal-asalan. Cara kita berpakaian merupakan isyarat bagaimana kita ingin diperlakukan. Jika pakaian kita robek disana-sini, maka sangat sulit untuk mengharapkan orang lain menghargai kita. Bahkan, kalau pakaian kita tidak rapi. Coba saja pakai pakaian yang serba kusut di kantor, tentu teman Anda tidak akan merasa nyaman bergaul dengan Anda. Pakaian yang kotor? Juga sama. Banyak karyawan yang memakai 'pakaian kemarin' ke kantornya, lho. Kalau Anda begitu, sebaiknya berubah deh. Minimal, harus dipastikan bersih dan 'wangi'nya. Ada juga orang yang pergi ke kantor dengan mengenakan pakaian yang 'kurang bahan'. Biasanya perempuan. Kantor itu beda dengan tempat dugem. Kalau ingin dihargai teman sekantor secara profesional, maka memastikan pakaian yang membalut tubuh dengan
baik juga penting. Simpanlah pakaian Anda yang 'agak terbuka' hanya untuk pesta. Untuk ke kantor, kenakannya hanya pakaian yang menunjukkan citra profesional Anda.
 
2.      Tunjukkan kemandirian. Para profesional sangat menghargai kemandirian. Bukan berarti harus segala sesuatunya dikerjakan sendiri, melainkan bisa mengandalkan kemampuan sendiri kapan saja diperlukan. Sebaliknya, terlalu bergantung kepada orang lain sering memposisikan kita pada keadaan yang serba tidak enak. Apalagi sampai orang lain memegang kendali atas pencapaian diri kita. Saat mereka mau menyokong kita, semuanya baik-baik saja. Tapi, saat mereka mengabaikan semuanya seolah serba terhenti. Kemandirian membantu kita mengurangi sikap meremehkan orang lain pada diri kita. Lagipula, jika kita bisa mengandalkan diri kita sendiri untuk melakukan hal-hal yang penting, mengapa kita harus sedih ketika orang lain mengabaikan kita? Bahkan, ketika kita mampu menunjukkan kemandirian dihadapan mereka, justru mereka akan belajar untuk lebih menghargai keberadaan diri kita.  
 
3.      Perlihatkan kestabilan emosi. Jangan pernah menunjukkan emosi negatif ketika Anda merasa diremehkan oleh orang lain. Wajah sedih Anda akan semakin menggoda mereka untuk lebih meremehkan lagi. Santai saja. Katakan kepada diri Anda sendiri;"tidak ada seorang pun yang bisa merusak perasaan hati saya," maka Anda akan tahu bahwa perlakukan meremehkan mereka tidak akan pernah bisa mempengaruhi perasaan Anda. Semua tindakan orang lain hanya akan berpengaruh kepada perasaan Anda, jika dan hanya jika Anda mengijinkannya menyakiti Anda. Jika Anda memilih untuk mengabaikannya, maka perasaan kecewa itu akan hilang dengan sendirinya. Lebih dari itu, kestabilan diri Anda mengirim pesan yang tegas bahwa apapun yang mereka lakukan 'tidak ada pengaruhnya' pada Anda. Hal ini akan membuat mereka 'kapok' meremehkan Anda. Bahkan, boleh jadi dalam hati mereka mengakui 'kematangan' emosi Anda. Hal itu bisa menjadi benih rasa hormat mereka kepada
Anda.
 
4.      Tingkatkan kemampuan kerja. Tidak ada orang yang sanggup meremehkan orang-orang yang memiliki kemampuan kerja yang tinggi, teman-teman. Karena mereka yang berkemampuan tinggi bukan sekedar merupakan aset besar bagi perusahaan, melainkan juga bagi pertemanan, dan kerjasama. Apalagi jika kemampuan Anda lebih tinggi dari orang lain, mereka bakal menaruh respek pada Anda. Seseorang yang baru saya kenal gemar sekali menyerobot tempat saya, bahkan kalau perlu 'menyingkirkan' saya dari tempat dimana saya berada. Giliran unjuk kemampuan pun tiba. Sejak pertama kali dia melihat kemampuan saya, sikapnya sudah mulai berubah. Ketika saya mendapatkan penilaian yang jauh melampui dirinya, dia sudah benar-benar berubah. Ketika saya mendapatkan prestasi paling tinggi dalam komunitas baru itu, segala sesuatunya seolah berubah 180 derajat. Hal itu semakin menambah kesadaran saya, bahwa seseorang dihargai karena kemampuannya yang tinggi. Sudahkah Anda
memiliki kemampuan kerja yang tinggi? Jika belum, ini saat yang tepat untuk meningkatkannya, bukan?
 
5.      Lakukan tindakan yang berguna bagi mereka. Manusia diciptakan Tuhan untuk saling melayani. Maka ketika Anda berhasil memberikan pelayanan terbaik kepada orang-orang disekitar Anda, peluang Anda untuk mendapatkan pengakuan dari mereka menjadi semakin besar. Sungguh, selama Anda bisa berkontribusi kepada orang lain; kehadiran Anda akan selalu menjadi berkah bagi mereka. Apalagi jika Anda bisa memberikan pelayanan istimewa yang jarang bisa dilakukan oleh orang lain. Tidak mungkin mereka meremehkan Anda. Intinya; lakukan sesuatu yang berguna bagi mereka. "Nama saya Dadang," itu yang saya lakukan saat memperkenalkan diri. Sama sekali tidak ada respon yang bermakna. Segala sesuatunya berjalan seolah kehadiran saya tidak memiliki arti sama sekali. "Anda siapa?" katanya saat bertemu lagi beberapa jam kemudian. "Dadang Kadarusman," saya bilang. Wajahnya mulai berubah; "Apakah Anda orang yang bla bla bla itu?" lanjutnya. Saya
mengiyakan. Setelah itu, beliau memeluk saya dan mengucapkan terimakasih berkali-kali. "Untuk apa?" saya bertanya. Untuk sesuatu yang tanpa saya sadari sudah saya lakukan selama ini. Rupanya, hal itu memberi arti bagi hidup beliau. So, lakukan sesuatu untuk orang lain teman-teman. Maka Anda tidak akan pernah diremehkan.
 
Memang, sudah menjadi sifat manusia untuk menganggap 'biasa' hal-hal yang sudah menjadi rutinitas dalam hidupnya. Misalnya, kita tidak merasakan pentingnya kehadiran seseorang sebelum kita kehilangan orang itu. Saat dia pergi, barulah kita menyadari jika kehadirannya selama ini sangat penting sekali. Hal itu tidak selalu merupakan pertanda buruk. Justru sebaliknya, bisa menjadi pendorong bagi kita untuk terus belajar meningkatkan diri agar bisa menjadi pribadi yang lebih baik. Segala perlakukan orang lain kepada kita bisa menjadi cermin tentang diri kita. Sikap kita. Perilaku kita. Penampilan kita. Keterampilan kerja kita. Kestabilan emosi kita. Juga, kontribusi yang bisa kita berikan kepada mereka. Jika semuanya itu belum baik, wajar kalau orang lain meremehkan kita. Makanya, mari kita belajar untuk memperbaiki diri dan berkontribusi lebih banyak lagi. Lalu, biarkan energy alam semesta menyempurnakan dampaknya bagi kehidupan Anda.
 
Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman –  21 September 2011
Trainer"Natural Intelligence Leadership Training" 
Penulis buku "Natural Intelligence Leadership"(jadwal terbit Oktober 2011)
 
Catatan Kaki:
Jika kita merasa diremehkan oleh orang lain, mungkin kita perlu bertanya; apakah kehadiran kita sudah bisa memberi manfaat kepada mereka?
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu. Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahalanya Anda dapat secara penuh.
 
Jika pertanyaan-pertanyaan Anda belum mendapatkan jawaban dari saya, silakan untuk mengeceknya di  Frequently Asked Question (FAQ) dalam website kami.

Follow DK on Twitter @dangkadarusman

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.

.

__,_._,___

Blogger news