Pages

feature content slider

Powered by Blogger.

Pages - Menu

Popular Posts

Arsip Blog

Blogger templates

[gudang-ilmu] Artikel: Antara Lidah, Perkataan, Dan Perbuatan

[gudang-ilmu] Artikel: Antara Lidah, Perkataan, Dan Perbuatan

 

Artikel: Antara Lidah, Perkataan, Dan Perbuatan
 
Hore, Hari Baru! Teman-teman.
 
Berbicara. Sungguh sebuah kosa kata yang sederhana. Setiap hari kita mengucapkan kata-kata, sehingga sama sekali tidak ada hal yang menarik untuk dibahas. Tetapi, mengapa ada orang yang dibayar hingga puluhan juta rupiah untuk berbicara selama satu atau dua jam saja? Ada orang yang dicintai karena perkataan-perkataannya. Dan ada orang yang dibenci karena ucapan-ucapannya. Oleh sebab itu, kesederhanaan dibalik makna 'berbicara' pastilah memiliki keistimewaan yang layak untuk kita renungkan.
 
Berbicara bukanlah sekedar keterampilan memainkan lidah untuk berkomunikasi dengan orang lain. Melainkan juga menjadi salah satu sarana untuk menyampaikan gagasan, bertukar pikiran, juga mempengaruhi orang lain. Bagi Anda yang tertarik untuk belajar berbicara secara efektif, saya ajak untuk memulainya dengan menerapkan 5 kemampuan Natural Intelligence berikut ini:
 
1.      Berbicaralah yang baik, atau diam saja. Sungguh beruntung orang-orang yang dapat menjaga lidahnya untuk tetap diam, daripada mereka yang rajin mengucapkan perkataan yang tidak memiliki manfaat apa-apa. Resiko tertinggi orang yang diam adalah 'disebut orang pasif'. Sedangkan resiko terrendah bagi orang yang banyak bicara adalah disebut 'orang yang banyak omong'. Manfaat terbesar bagi orang yang diam adalah 'tidak dibenci oleh orang lain'. Sedangkan manfaat terbesar bagi orang yang berbicara adalah; 'pahala yang mengalir atas kata-katanya yang baik'. Maka berbicaralah yang baik-baik karena pahala kebaikannya sangat besar. Atau kalau tidak bisa mengucapkan perkataan yang baik, maka sebaiknya ya diam saja.
 
2.      Selaraskanlah antara perkataan dengan perbuatan. Perhatikan orang-orang yang tidak selaras antara perkataannya dengan perbuatannya. Betapa banyak contoh orang seperti itu dihadapan Anda. Dan Anda tahu betul bahwa orang lain sudah tidak lagi mempercayai mereka. Ketika seseorang mengatakan pesan-pesan kebaikan kepada orang lain, namun dirinya sendiri berperilaku sebaliknya; maka orang tidak lagi mempercayai kata-katanya. Karena ketidakselarasan menyebabkan hilangnya kepercayaan. Jagalah keselarasan antara perkataan dan perbuatan, maka Anda akan mendapatkan kepercayaan dari orang-orang disekitar Anda.
 
3.      Gunakanlah perkataan untuk mengajari diri sendiri. Orang-orang yang terlalu banyak berbicara – saya, misalnya – memiliki kecendrungan untuk mengajari atau mengajak orang lain melalui perkataan yang yang diucapkannya. Sayangnya sering lupa untuk mengajari diri sendiri. "Jujurlah!" katanya. Tetapi dia sendiri tidak jujur. Ini menandakan bahwa dia gagal mengajari dirinya sendiri. Motivasi saya saat mengatakan sesuatu adalah mengajari diri sendiri. Ternyata sangat berat untuk belajar sendirian, makanya saya membagi pelajaran bersama orang-orang yang saya cintai. Itulah sebabnya sambil mengajari diri sendiri, saya berbagi pelajaran itu dengan Anda.
 
4.      Tebuslah perkataan dengan pendengaran. Ada ruginya juga memposisikan diri sebagai orang yang paling banyak berbicara. Kita sering tidak sempat mendengar perkataan orang lain. Boleh jadi perkataan kita bukanlah hal terbaik dalam satu urusan tertentu. Namun karena kita tidak bersedia mendengarkan perkataan orang lain; maka kita kehilangan pelajaran berharga. Sungguh beruntunglah orang yang selain berbicara, dia juga bersedia mendengar. Selain ilmunya bisa memberi manfaat kepada orang lain, dia sendiri bisa menarik manfaat dari pelajaran yang ditebarkan oleh orang lain.
 
5.      Yakinlah jika setiap perkataan harus dipertanggungjawabkan. Kita sering mengira bahwa kata-kata yang keluar dari mulut kita akan menguap begitu saja. Kenyataannya perkataan yang kita ucapkan beberapa tahun lalu, masih diingat oleh orang lain. Sungguh beruntung jika kata-kata itu baik. Namun sungguh rugi kita jika kata-kata itu buruk. Setiap kata yang baik, menghasilkan pahala yang baik. Namun, setiap perkataan buruk pasti akan dibalas dengan imbalan yang juga buruk. Bahkan, guru spiritual saya mengatakan; "Betapa besarnya murka Tuhan kepada orang yang mengatakan sesuatu yang bertolak belakang dengan perbuatannya." Maka yakinlah, setiap perkataan harus dipertanggungjawabkan.
 
Keterampilan berbicara bukanlah monopoli mereka yang berprofesi sebagai pembicara publik. Setiap orang patut memiliki keterampilan berbicara yang baik. Satu hal yang perlu diingat adalah; berbicara tidak selalu berarti mengucapkan sesuatu dengan lidah kita. Melainkan juga menunjukkan tindakan nyata dalam kehidupan kita sehari-hari. Mungkin kita bisa berbicara dengan nyaring, namun perbuatan kita berbicara lebih nyaring dari kata-kata yang diolah oleh lidah kita.
 
Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman   - 1 Juni 2011
Natural Intelligence Inventor
http://www.dadangkadarusman.com/training-programs/
Contact person in-house training: Ms. Vivi - 0812 1040 3327  
 
Catatan Kaki:
Keterampilan berbicara akan semakin efektif jika diimbangi dengan kesediaan untuk mendengar pelajaran-pelajaran berharga dari orang lain.
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain.
 
Follo DK twitter@dangkadarusman

Follow DK on Twitter @dangkadarusman

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
.

__,_._,___
[gudang-ilmu] Artikel: Menebus Kesalahan Yang Tidak Termaafkan

[gudang-ilmu] Artikel: Menebus Kesalahan Yang Tidak Termaafkan

 

Artikel: Menebus Kesalahan Yang Tidak Termaafkan
 
Hore, Hari Baru! Teman-teman.
 
Tidak ada manusia yang luput dari dosa. Ada dosa besar, ada pula dosa kecil. Dosa yang disengaja dan dosa-dosa yang tidak disengaja. Dosa yang disadari, maupun dosa-dosa yang kita belum menyadarinya hingga saat ini. Manusia memang gudangnya dosa, sehingga pantaslah jika Tuhan menyediakan kesempatan untuk saling memaafkan. Tetapi bagaimana jika dosa Anda itu terlalu besar untuk dimaafkan? Bagaimana seandainya Anda tidak mendapatkan kata 'maaf' dari orang yang telah Anda sakiti? Apakah Anda sanggup untuk hidup dibawah bayang-bayang dosa itu?
 
Percaya kepada kehidupan setelah kematian mengandung banyak konsekuensi. Salah satunya adalah pertanggungjawaban yang berat atas dosa-dosa semasa hidup yang belum dimaafkan. Ketika orang yang kita dzalimi itu tidak mau memberi maaf, kita benar-benar berada dalam masalah besar. Bagi Anda yang tertarik untuk belajar menebus kesalahan-kesalahan yang tidak termaafkan, saya ajak untuk memulainya dengan menerapkan 5 kemampuan Natural Intelligence berikut ini:
 
1.      Memohon maaf bukan untuk ketenangan diri Anda sendiri. Ada orang yang meminta maaf hanya untuk menenangkan dirinya sendiri;"Hati saya gelisah karena dia belum memaafkan." Setelah meminta maaf, dia bilang;"Ah, legaaaa… sudah dimaafkan nih…". Anda hanya mementingkan perasaan hati Anda, bukan perasaan hati orang yang sudah Anda dzalimi; jika demikian. Dosa Anda tidak akan benar-benar terhapuskan jika ketika meminta maaf, Anda hanya ingin 'bebas dari perasaan bersalah'. Mohon maaflah dengan kesungguhan dan ketulusan, bukan sekedar keinginan untuk memuaskan diri sendiri lagi.
 
2.      Tebuslah dosa itu dengan amal saleh dan perbuatan baik. Seseorang mungkin tidak bisa memaafkan Anda karena kesalahan yang telah Anda buat begitu menyakitkan baginya. Tetapi, jika dia melihat Anda menjadi orang yang berperilaku baik, mengisi hari-hari dengan amal saleh serta tindakan-tindakan yang bermanfaat bagi banyak orang. Maka dia akan tahu jika Anda telah benar-benar bertaubat. Mungkin kata 'maaf' yang Anda rindukan tidak pernah terucapkan dari bibirnya. Tetapi, nuraninya akan mengatakan kepada dirinya sendiri bahwa Anda sudah benar-benar insyaf.
 
3.      Gunakan dosa masa lalu untuk menjaga sisa hidup Anda. Sudah menjadi sifat manusia untuk melakukan dosa – begitu sadar segera meminta maaf – dan setelah dimaafkan lalu melakukannya lagi bahkan menambahnya dengan dosa-dosa baru lainnya. Beruntunglah orang-orang yang selalu teringat kepada dosanya yang belum termaafkan. Penyesalan dapat membantunya untuk menjauhi dosa-dosa lain sehingga dia bisa menjaga sisa hidupnya. Sungguh beruntunglah dia yang berhasil menjaga kesucian di sisa umurnya. Karena dengan begitu, dia bisa meninggal dalam keadaan menjadi pribadi yang baik. Meninggal seperti itulah yang disebut Husnul Khatimah, atau Akhir Kehidupan Yang Baik.
 
4.      Fokus kepada makna atas sisa hidup Anda. Dosa yang tidak dimaafkan tetaplah menjadi tanggungjawab masing-masing pelakunya. Jika seseorang bersikukuh tidak memaafkan dosa Anda, maka dosa itu tetap melekat didalam diri Anda. Menyedihkan dan menakutkan memang. Tetapi, jika Anda terus terpuruk dengan hilangnya kata maaf itu, maka Anda akan menyia-nyiakan sisa hidup Anda. Berbesar hatilah untuk menerima semua resiko, konsekuensi dan siksaan atas dosa dimasa lalu yang tidak termaafkan itu. Lalu fokuskan seluruh diri Anda lahir dan batin, untuk mengisi sisa hidup hanya dengan tindakan-tindakan yang menghasilkan pahala. 
 
5.      Memohon kepada Tuhan untuk melembutkan hatinya. Hati setiap orang itu bukanlah miliknya sendiri, karena Tuhan adalah pemilik sejatinya. Tuhanlah yang berkuasa untuk memberikan cahaya kedalamnya, atau membenamkannya dalam kegelapan. Tuhanlah yang melembutkan hati, atau membiarkannya keras membatu. Tuhan memberi ilham, lalu terserah manusianya apakah mau menerima cahaya Tuhan atau tidak. Anda tidak bisa melembutkan hati orang lain. Namun Tuhan kuasa untuk melakukannya. Maka memohonlah kepada Sang Pelembut Hati. Karena hanya Dia yang bisa melakukannya.   
 
Penyesalan itu sangat menyiksa diri, menguras energy, dan membangkitkan gundah gulana di dalam hati. Tetapi, penyesalah bisa menjadi berkah agar kita terhindar dari perbuatan-perbuatan buruk yang lainnya. Dosa dimasa lalu, tidak bisa terhapuskan. Maka janganlah kita biarkan diri ini menambah dosa yang sudah ada. Cukuplah sudah perbendaharaan dosa-dosa kita. Dan ini adalah saatnya bagi kita untuk mengisi hidup dengan makna yang diinginkan oleh Tuhan ketika Dia menciptakan kita.
 
Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman  
Natural Intelligence Inventor
http://www.dadangkadarusman.com/training-programs/
Contact person in-house training: Ms. Vivi - 0812 1040 3327
 
Catatan Kaki:
Beruntunglah orang yang menyadari bahwa dosa-dosanya belum termaafkan. Dengan kesadaran itu, dia bisa berusaha agar tidak pernah lagi terjerumus kepada dosa-dosa yang lainnya.
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain.
 
Follo DK twitter@dangkadarusman

Follow DK on Twitter @dangkadarusman

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
MARKETPLACE

Get great advice about dogs and cats. Visit the Dog & Cat Answers Center.


Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.

.

__,_._,___
[gudang-ilmu] Artikel: Menjaga Perasaan Tidak Kecewakan Karena Orang Lain

[gudang-ilmu] Artikel: Menjaga Perasaan Tidak Kecewakan Karena Orang Lain

 

Artikel: Menjaga Perasaan Tidak Kecewakan Karena Orang Lain  
 
Hore, Hari Baru! Teman-teman.
 
Apakah Anda pernah merasa dikecewakan oleh orang lain? Pasti tidak enak ya, apalagi jika yang mengecewakan itu adalah orang yang kita percayai. Orang yang dikira baik ternyata dibelakang tidak seperti yang kita kira. Pertanyaannya sekarang adalah; apakah kita benar-benar 'dikecewakan' ataukah kita hanya 'merasa' dikecewakan oleh orang itu? Jangan-jangan sebenarnya mereka tidak mengecewakan kita, tetapi kitalah yang merespon apa yang mereka lakukan itu sebagai suatu kekecewaan, lho.
 
Jika Anda pernah kecewa, tentu Anda tahu betapa melelahkannya perasaan itu. Kebahagiaan kita terrenggut, waktu tidur kita berkurang, air mata kita terkuras. Perasaan hati kita juga menjadi gundah dan gelisah. Maka dari itu, jangan terlalu lama membiarkan kekecewaan menguasai diri kita. Untuk itu, saya ingin mengajak Anda untuk sama-sama menyimak 5 hal yang bisa membantu memerdekakan jiwa kita dari kekecewaan.  Berikut ini uraiannya.
 
1.      Mengakui bahwa diri kita tidak sempurna. Apabila orang lain berkomentar negatif tentang diri Anda, atau menggunjingkan kekurangan-kekurangan diri Anda, maka Anda tidak perlu kecewa. Terima saja, meskipun belum tentu yang mereka gunjingkan itu benar. Bersyukurlah jika ada orang yang bersedia menunjukkan ketidaksempurnaan Anda. Jika mereka salah, maka itu akan menjadi tambahan pahala bagi Anda. Tapi jika mereka benar, maka itu merupakan proses penyadaran untuk memperbaiki ketidaksempurnaan yang ada pada diri Anda. Semoga dengan begitu kita bisa terus memperbaiki diri. Meski tidak mudah, Insya Allah ada jalan untuk perbaikan selama kita berusaha.   
 
2.      Menyadari bahwa orang lain juga tidak sempurna. Rasa kecewa sering kali disebabkan oleh penilaian yang terlalu tinggi kepada seseorang. "Kalau orang lain yang melakukannya aku masih bisa ngerti. Tapi, kok bisa-bisanya sih dia melakukan itu?" Begitu kan kita sering berkata saat kecewa? Siapapun dia hanyalah manusia biasa yang bisa berbuat salah atau dosa. Jika kita tidak sempurna, dia juga sama. Jadi sudah, relakan saja. Dia hanyalah manusia biasa yang tidak sempurna. Wajar jika dia melakukan sesuatu yang mengecewakan. Tidak usah diperpanjang karena kita sudah tahu betapa tidak sempurnanya dia.
 
3.      Menerima kenyataan bahwa lidah tidak selalu sejalan dengan hati. Banyak orang yang kecewa kepada orang lain karena dia mengira bahwa apa yang dikatakan orang itu pastinya sama dengan apa yang ada dalam hatinya. Padahal, tidak semua orang mengucapkan kata-kata yang sejalan dengan isi hatinya. Jika Anda sudah menyadari hal itu, maka Anda tidak akan terlalu kecewa saat mendapati perilaku seseorang yang bertolak belakang dengan ucapannya. Anda juga tidak akan terlalu kecewa kalau ada yang memuji Anda didepan, tetapi menjelek-jelekkan Anda dibelakang. Jika ada yang menjanjikan sesuatu kepada Anda tapi tidak kunjung diwujudkan; Anda juga tidak akan kecewa. Mengapa? Karena Anda sudah tahu bahwa lidah tidak selalu sejalan dengan hati. Jadi, tidak perlu heran. Enjoy aja….
 
4.      Ingatlah bahwa Anda adalah pengendali diri Anda sendiri. Jika orang lain berusaha mengecewakan Anda, tetapi Anda sendiri tidak merasa kecewa; kira-kira dia berhasil membuat Anda kecewa atau tidak? Jelas sekali ya, bahwa yang menentukan apakah kita kecewa atau tidak itu bukan perlakuan orang lain kepada kita. Melainkan sikap yang kita ambil sendiri. Jika ada orang yang berusaha mengecewakan kita, biarkan saja. Sebab selama kita memilih tidak kecewa, maka kita akan baik-baik saja. Bersyukurlah karena Tuhan telah memberi kita kekuatan untuk mengambil kendali kepada diri kita sendiri. Selama Anda memegang kendali itu, tidak seorang pun bisa menjatuhkan jiwa Anda.
 
5.      Meyakini bahwa segala sesuatunya tertera dalam catatan Tuhan. Selama Anda masih punya keyakinan kepada Tuhan, percaya deh semuanya akan baik-baik saja. Perkataan orang yang menjatuhkan Anda. Perbuatan orang yang merugikan Anda. Fitnahan, gunjingan, dan berita yang mengada-ada tercatat lengkap dalam buku yang dipegang terus oleh malaikat di kiri dan kanan. Kita tidak perlu ambil pusing soal semua itu, apalagi harus membalas dendam. Percayalah, bahwa Gusti Allah ora sare. Tuhan tidak pernah lengah.
 
Sudahlah, tidak usah kecewa lagi. Sayang energy kita terbuang percuma. Mendingan   berserah diri saja kepada yang Maha Kuasa dengan keikhlasan dalam menerimanya.  Siapa tahu dengan begitu kita semakin disayang oleh Tuhan.
 
Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman  - 27 Mei 2011
Book Author & Master Trainer Natural Intelligence
http://www.dadangkadarusman.com/training-programs/
Contact person in-house training: Ms. Vivi - 0812 1040 3327
 
Catatan Kaki:
Jangan terlalu terpukau oleh tulisan dan perkataan saya. Jika Anda tahu siapa saya yang sebenarnya, mungkin Anda pun akan merasa kecewa juga.
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain.
 
Follo DK twitter@dangkadarusman
 

Follow DK on Twitter @dangkadarusman

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
.

__,_._,___
[gudang-ilmu] Benarkah Konsep Work-Life Balance Bisa Diwujudkan?

[gudang-ilmu] Benarkah Konsep Work-Life Balance Bisa Diwujudkan?

 

Benarkah Konsep Work-Life Balance Bisa Diwujudkan?  
 
Hore, Hari Baru! Teman-teman.
 
Work-Life Balance (WLB) selalu menjadi topik hangat dalam pembahasan kehidupan kerja. Boleh jadi memang ada jenis pekerjaan yang memungkinkan konsep WLB mudah untuk diwujudkan. Namun, sebagian besar karyawan merasa bahwa mewujudkan WLB itu hanya sebatas jargon dan angan-angan belaka. Apalagi dalam suasana yang penuh persaingan, semakin banyaknya pekerjaan, maupun semakin memburuknya kemacetan di jalan raya. Apa iya kita bisa menyeimbangkan kehidupan kerja dengan kehidupan pribadi?
 
Banyak perusahaan yang telah melakukan berbagai macam usaha untuk mewujudkan WLB. Tidak sedikit pula yang membentuk gugus tugas, melakukan diskusi kelompok, bahkan mempekerjakan konsultan HRD; meskipun konsultannya sendiri belum tentu sudah mampu menyeimbangkan kehidupan kerja dengan kehidupan pribadinya sendiri.  Faktanya, banyak program WLB yang hanya bagus diatas kertas, namun tidak berhasil diwujudkan dalam kenyataan kerja sehari-hari. Tidak aneh, karena kebanyakan program WLB tidak berhasil menyelesaikan akar masalahnya. Ijinkan saya mengungkapkan 5 akar masalah yang sering diabaikan oleh perusahaan, konsultan, maupun karyawan. Berikut ini uraiannya.
 
1.      WLB itu 75%-nya tanggungjawab pribadi, bukan perusahaan. Kita sering mengira bahwa perusahaan adalah pihak yang paling bertanggungjawab dalam mewujudkan WLB. Ini keliru sekali. Ada 2 komponen dalam WLB, yaitu; kehidupan kerja (50%), dan kehidupan pribadi (50%). Perusahaan sama sekali tidak memiliki kemampuan dan kewenangan untuk mencampuri urusan pribadi. Sedangkan kehidupan kerja, adalah tanggungjawab kedua pihak. Oleh sebab itu, porsi tanggungjawab WLB itu sebenarnya pada karyawan sendiri (75%), dan perusahaan (25%). Program WLB yang hanya membebankan tanggungjawab kepada perusahaan pasti akan gagal. Dan itulah yang terjadi di dunia nyata, betul kan?
 
2.      Mengefektifkan penggunaan waktu. Penyebab utama tidak tercapainya WLB adalah tuntutan pekerjaan yang 'terlalu banyak'. Mungkin ada benarnya juga. Tetapi, coba  periksa kembali, apakah memang pekerjaan Anda yang terlalu banyak atau Anda yang tidak mampu menggunakan waktu secara efektif? Kalau waktu Anda tidak digunakan secara efektif maka tidak fair untuk melemparkan masalah kepada pekerjaan. Misalnya, berapa jam Anda bermain games? Berapa kali pekerjaan Anda diinterupsi oleh blackberry? Berapa lama 'perpanjangan' waktu makan siang? Dan, apakah Anda selalu tepat waktu tiba dikantor? Kalau Anda ingin mewujudkan WLB, maka mengefektifkan penggunaan waktu menjadi kebutuhan mutlak, lho.  
 
3.      Menjalani kegiatan pribadi yang positif. Kegiatan pribadi itu anugerah yang tidak ternilai harganya. Itu hak Anda, maka gunakanlah semaksimal mungkin. Tapi, sebaiknya diisi dengan kegiatan yang positif. Misalnya, jika Anda terlalu sering menggunakan waktu pribadi untuk dugem sampai jam 2 pagi; mungkin besoknya tidak akan bisa bekerja dengan baik. Dalam jangka panjang, pasti Anda akan semakin keteteran. Tetapi jika waktu pribadi Anda benar-benar digunakan untuk menikmati hidup bersama istri, suami, anak-anak, teman dan tetangga; maka Anda akan menemukan pemuasan kebutuhan mental, spiritual, dan sosial yang menyehatkan.  Saat kembali ke kantor, Anda benar-benar siap kembali bekerja secara lahir dan batin.
 
4.      Kedewasaan dalam memegang amanah. WLB itu bukanlah kondisi statis, melainkan pergerakan dinamis seperti timbangan yang naik-turun atau bergoyang di sisi kiri dan kanan. Kadang-kadang berhadapan dengan beban kerja yang sangat tinggi sehingga harus focus sampai jam sebelas malam. Kadang-kadang, juga harus menjaga istri yang hendak melahirkan. Mana yang paling berat timbangannya? Kiri atau kanan? Untuk bisa menyeimbangkannya kembali, dibutuhkan kedewasaan dalam memegang amanah. Saat meminta izin mengurusi masalah keluarga, Anda mengambil prosi waktu yang sewajarnya bukan aji mumpung sehingga amanah pekerjaan tetap terselesaikan dengan baik. Dengan cara itu, semua amanah tidak akan menjadi beban yang bertumpuk-tumpuk di kemudian hari.
 
5.      Mengingat kehidupan sesudah kematian. Tuntutan kerja yang berat bukanlah satu-satunya penyebab utama hilangnya WLB. Ada banyak professional yang kehilangan WLB karena dikendalikan oleh ambisi-ambisi pribadinya. Demi mengejar ambisi itu, mereka mengorbankan hak-hak keluarganya, sambil terus mengira semuanya berjalan baik-baik saja. Jabatan dan kekayaan itu memang bersifat adiktif alias menimbulkan ketagihan. Maka semakin sukses kita, semakin sering lupa kapan saatnya untuk jeda. Padahal, keluarga kita tidak hanya membutuhkan pemenuhan materi belaka. Kalaupun memang benar demikian, kita perlu ingat bahwa hidup ini bukan hanya didunia saja. Ada saatnya mencari karunia didunia, sebanyak-banyaknya. Namun ada saatnya untuk berhenti dari perburuan materi agar bisa menabung bekal kehidupan diakhirat.
 
Mari berhenti dari kebiasaan melemparkan tanggungjawab mewujudkan WLB kepada perusahaan. Benar perusahaan harus memfasilitasi program-program pendukungnya. Namun jika kita sendiri tidak memberdayakan diri, maka program sebaik apapun tidak akan pernah berhasil. Mengelola diri, itulah prasyarat mutlak WLB. Karena 75% porsi tanggungjawab itu, ada pada diri kita sendiri.
 
Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman  - 26 Mei 2011
Book Author & Master Trainer Natural Intelligence
http://www.dadangkadarusman.com/training-programs/
Contact person in-house training: Ms. Vivi - 0812 1040 3327
 
Catatan Kaki:
Seseorang yang bersedia memegang kendali atas diri sendiri, pasti bisa mewujudkan WLB. Bahkan sekalipun perusahaan tidak membantunya.
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain.
 
Follo DK twitter@dangkadarusman

Follow DK on Twitter @dangkadarusman

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
.

__,_._,___
[gudang-ilmu] Artikel: Menjaga Agar Antusiasme Kerja Tetap Membara

[gudang-ilmu] Artikel: Menjaga Agar Antusiasme Kerja Tetap Membara

 

Artikel: Menjaga Agar Antusiasme Kerja Tetap Membara
 
Hore, Hari Baru! Teman-teman.
 
Setiap orang yang mendapatkan pekerjaan pada awalnya sangat senang dengan pekerjaan itu. Melompat kegirangan, menelpon Mama-Papa, dan menggunakan gaji pertama untuk mentrakti orang-orang tercinta. Antusiasme telah memenuhi sekujur tubuhnya. Jika Anda mengingat kembali, betapa dahulu ketika pertama kali mendapatkan pekerjaan; tentu Anda masih memiliki antusiasme yang tinggi juga. Ngomong-ngomong, masih adakah antusiame itu hingga sekarang?
 
Begitu banyak hal yang dapat dengan mudahnya memadamkan antusiasme kerja seseorang. Untuk sekedar membicarakannya setelah menjalani masa kerja beberapa tahun rasanya kok tidak lucu lagi. Tetapi, jika bara antusiasme kerja Anda tidak dibangkitkan lagi, maka lama kelamaan akan padam seperti bara api yang tidak dirawat. Jika Anda tertarik untuk menyalakannya kembali, saya hadiahkan 5 catatan sebagai bekal dalam melakukannya.
 
1.      Persoalan didalam diri Anda, bukan faktor dari luar. Perhatikan bahwa kondisi kantor yang membuat Anda kehilangan antusiasme itu berlaku juga kepada orang lain. Boss yang penuntut, system yang belum terbentuk, kenaikan target yang ugal-ugalan. Dalam kondisi yang berlaku umum seperti itu kok masih saja ada orang-orang yang tetap antusias ya? Jika Anda kehilangan antusiasme, maka sebentar lagi juga Anda akan tergilas oleh semangat orang lain yang tetap antusias. Jadi, ternyata bukan soal lingkungan. Antusiasme itu adalah soal didalam diri Anda sendiri.
 
2.      Raga Anda butuh Oksigen, begitu pula Jiwa Anda. Antusiasme itu bagaikan oksigen yang menghidupi seluruh sel didalam sekujur tubuh Anda. Jika tubuh Anda kekurangan oksigen, maka proses metabolisme penghasil energy tidak bisa berjalan semestinya; dan tubuh Anda pun menjadi lemah. Tanpa antusiasme, jiwa Anda tidak memiliki cukup energy untuk melakukan tindakan apapun. Lihatlah orang yang tidak antusias, mereka terlihat malas, bukan? Beri jiwa Anda antusiasme yang terus menerus menggelora, maka Anda akan selalu memiliki tenaga melimpah ruah untuk melakukan apa saja dalam hidup Anda.
 
3.      Mintalah penugasan-penugasan baru. Coba perhatikan bayi-bayi mungil disekitar Anda. Berikanlah kepada mereka hal-hal baru, atau mainan-mainan baru; maka mata mereka langsung berbinar dan tangan mereka langsung menggapai-gapai. Beberapa puluh tahun yang lalu, Anda juga lucu dan antusias seperti itu. Jika sekarang Anda membutuhkan sesuatu yang bisa mengobarkan kembali antusiasme Anda, maka mintalah penugasan baru kepada atasan Anda. Sesuatu yang benar-benar menantang dan memompa adrenalin Anda. Maka Anda akan menemukan semangat para bayi didalam diri Anda. Hanya saja, Anda harus ingat bahwa tugas-tugas baru tidak selalu berarti jabatan baru. Tidak selalu tersedia jabatan baru, tapi akan selalu ada tugas-tugas baru yang menanti Anda secara proaktif merangkulnya.
 
4.      Antusiasme itu memancarkan energy positif. Interaksi dengan orang lain melibatkan energy yang tidak kelihatan secara fisik atau sering disebut sebagai aura. Anda tidak perlu memiliki kesaktian untuk mengetahui apakah seseorang yang Anda temui itu mempunyai aura positif atau tidak. Anda bisa merasakannya tanpa berkata-kata. Kepada orang yang auranya positif, Anda pasti suka. Demikian pula halnya orang lain yang pasti akan suka kepada Anda yang mampu memancarkan aura positif. Sungguh, tak seorang pun tahu persis bagaimana 'membuat' energy positif. Namun kita tahu bahwa antusiasme memancarkan energy positif itu. Jadi, antusiaslah. Dengan sendirinya Anda memiliki energy positif yang melimpah. Dan Anda pun seperti baru terlahir kembali.
 
5.      Turbin Antusiasme berada didalam iman. Seseorang yang beriman kepada Tuhan tentu yakin bahwa setiap detik dalam hidupnya dinilai oleh Tuhan untuk ditukar dengan imbalan yang tak ternilai harganya. Itulah sebabnya, mengapa orang-orang yang beriman dengan benar tidak pernah membiarkan hidupnya tersia-siakan. Orang yang antusiasmenya rendah sering membiarkan waktu berlalu begitu saja. Sedikit berbuat dan enggan bertindak. Sedangkan orang yang memiliki antusiasme tinggi terus memacu dirinya untuk terus berkontribusi kepada hidup. Karena dia percaya, bahwa tujuan dari setiap tindakannya di rumah, di kantor, dimana saja adalah untuk Tuhannya. Maka hidupkanlah iman. Karena iman akan menekan tombol 'ON' pada generator pembangkit antusiasme yang memberi energy, dan menerangi jalan hidup Anda.
 
Tidak ada orang antusias yang malas. Tidak ada orang antusias yang lemas. Tidak ada orang antusias yang membiarkan hidupnya terombang-ambing oleh faktor luar dan lingkungan yang melemahkannya. Orang-orang antusias adalah mereka yang bersedia mengambil tanggungjawab pribadi. Mencurahkan seluruh energy untuk menuntaskan tugas-tugasnya. Dan memastikan bahwa hasil karyanya berkualitas tinggi, dan berkelas. Begitulah sifat orang-orang antusias.
 
Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman  - 25 Mei 2011
Book Author & Master Trainer Natural Intelligence
http://www.dadangkadarusman.com/training-programs/
Contact person in-house training: Ms. Vivi - 0812 1040 3327
 
Catatan Kaki:
Orang-orang yang Antusias tidak pernah kehilangan semangat untuk menghadapi apapun dalam hidupnya.
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain.
 
Follo DK twitter@dangkadarusman

Follow DK on Twitter @dangkadarusman

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.


Find useful articles and helpful tips on living with Fibromyalgia. Visit the Fibromyalgia Zone today!

.

__,_._,___
[gudang-ilmu] Artikel: Time Management Atau Self Management?

[gudang-ilmu] Artikel: Time Management Atau Self Management?

 

Artikel: Time Management Atau Self Management?
 
Hore, Hari Baru! Teman-teman.
 
Mana yang lebih penting menurut pendapat Anda; Mengelola Waktu atau Mengelola Diri? Di sekolah-sekolah management terkemuka, Time Management dibahas dalam modul khusus. Tetapi, adakah kurikulum sekolah tingkat dunia yang memiliki modul Self Management? Hal ini menandakan jika kita lebih memperhatikan teknik-teknik Mengelola Waktu daripada Mengelola Diri. Itulah sebabnya mengapa meski sudah belajar banyak, kita tidak pernah berhenti mengeluhkan tentang waktu.
 
Firman Tuhan menyatakan bahwa kualitas waktu seseorang sangat ditentukan oleh kualitas dirinya sendiri. Bukan sebaliknya. Meskipun seseorang memiliki waktu yang banyak, "Jika dia tidak beriman", demikian firman Tuhan, "Maka manusia berada dalam kerugian".  Bahkan iman pun belum cukup. Jika dia tidak melakukan amal saleh, maka dia juga rugi. Artinya, bukan Mengelola Waktu yang paling menentukan hidup seseorang, melainkan 'Mengelola Diri'. Hal ini berlaku di kantor, di rumah, dan dimana saja. Mengapa demikian? Inilah 5 faktor penentunya.
 
1.      Waktu Anda besifat netral, sedangkan diri Anda bersifat sentral. Tidak ada mahluk yang lebih adil daripada waktu. Jumlah waktu yang Anda dapatkan sama persis seperti yang orang lain dapatkan, bukan? Diri Andalah yang menjadi titik sentral paling menentukan apakah waktu Anda berharga atau sia-sia. Anda boleh berleha-leha, atau bekerja keras. Anda boleh mengerjakan aktivitas yang bermanfaat, atau berkutat dengan kesia-siaan. Tinggal Anda tentukan sendiri; apa yang menjadi prioritas utama dalam hidup Anda. Sekedar permainan dan senda gurau? Atau memupuk amal, perbuatan, dan kegiatan produktif yang memberi makna kepada hidup Anda?
 
2.      Waktu Anda terbatas, sedangkan kapasitas diri Anda belum ketahuan batasnya. "Aku tak punya waktu!" begitu orang biasa mengeluhkan. Padahal semua orang juga tahu jika dia punya 24 jam sehari. Anehnya lagi; dia membuang-buang waktu yang terbatas itu untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. Tetapi, apakah Anda sudah mengetahui dimana batas kapasitas diri Anda?  Setahu saya, belum ada orang yang mampu mengenali batas maksimal potensi dirinya. Jika Anda berkutat dengan waktu, maka pasti ada banyak keterbatasan. Tetapi jika bersedia belajar mengoptimalkan potensi diri, maka Anda tidak akan pernah kekurangan bahan bakar untuk terus menghasilkan karya terbaik dalam hidup.
 
3.      Kualitas pekerjaan Anda, bukan berapa lama Anda mengerjakannya. Coba perhatikan, berapa lama Anda mengerjakan tugas-tugas Anda di kantor. Banyak orang yang bekerja sedemikian lamanya, namun produktivitasnya tetap saja rendah. Mengapa bisa begitu? Karena masih banyak orang yang mengira bahwa semakin lama mengerjakannya, semakin terlihat bagus konditenya. Makanya banyak orang yang berlama-lama di kantor namun tidak jelas apa yang dikerjakannya. Berfokuslah kepada kualitas kerja Anda, maka dalam 8 jam yang Anda habiskan dikantor, Anda bisa menghasilkan lebih banyak karya nyata. Itulah prinsip fundamental produktivitas kerja.
 
4.      Manfaat pekerjaan Anda, bukan jumlah waktu yang Anda berikan. Pernahkah Anda mengukur nilai manfaat dari setiap aktivitas Anda? Banyak orang yang meluangkan waktu begitu banyak untuk hal-hal yang sia-sia, dan menunda-nunda hal-hal yang sangat penting. Ini bukanlah soal memenuhi kesenangan, melainkan soal prioritas hidup. Apakah Anda akan memprioritaskan aktivitas yang memberi manfaat kepada orang banyak atau mendahulukan ego belaka. Sudah saatnya untuk benar-benar menyadari bahwa  hidup ini terlalu singkat untuk dipenuhi oleh kesia-siaan. Sedangkan setelah kehidupan ini berakhir, ada sebuah sidang pertanggungjawaban.  
 
5.      Perpanjangan jumlah amal Anda, bukan perpanjangan waktu. Waktu tidak pernah bisa diperpanjang, termasuk dalam pertandingan sepak bola sekalipun. Tetapi Anda bisa memperpanjang jumlah amal dengan cara menggunakan waktu untuk saling menasihati dalam melakukan kebaikan dan mengurangi keburukan. Ketika seseorang berbuat baik sesuai dengan ajakan Anda, maka pahalanya mengalir terus. Ketika dia berhenti berbuat keburukan seperti yang Anda nasihatkan, maka pahalanya juga terus Anda dapatkan; bahkan sekalipun Anda sudah meninggal. Waktu tidak bisa diperpanjang. Tetapi amal baik setiap umat manusia, bisa menjadi investasi abadi.
 
Mari berhenti mengeluhkan tentang terbatasnya waktu. Karena berapapun waktu yang kita miliki tidak akan pernah kita anggap cukup. Mulailah 'Mengelola Diri' dengan berfokus kepada 'apa yang kita lakukan' dalam waktu yang serba terbatas ini. Karena tindakan kita dalam mengisi waktu itulah yang akan menentukan apakah kita memiliki daya saing yang tinggi atau tidak? Karena setiap tindakan kita menentukan apakah di akhirat kelak kita akan memiliki limpahan waktu untuk bersenang-senang. Atau terlalu banyak waktu untuk menanggung kemarahan Tuhan.
 
Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman  - 24 Mei 2011
Book Author & Master Trainer Natural Intelligence
http://www.dadangkadarusman.com/training-programs/
Contact person in-house training: Ms. Vivi - 0812 1040 3327
 
Catatan Kaki:
Demi waktu. Sesunggugnya manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh. Dan saling menasihati dalam kebenaran. Dan saling mengajak kepada kesabaran. (Al-Ashr: 1-3)
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain.
 
Follo DK twitter@dangkadarusman

Follow DK on Twitter @dangkadarusman

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
.

__,_._,___
[gudang-ilmu] Artikel: Pahami dan Segera Lupakan Job Description Anda!

[gudang-ilmu] Artikel: Pahami dan Segera Lupakan Job Description Anda!

 

Artikel: Pahami dan Segera Lupakan Job Description Anda!
 
Hore, Hari Baru! Teman-teman.
 
Saya memahami bahwa setiap karyawan berkewajiban untuk tunduk kepada Job Description (JobDesc) yang sudah ditentukan oleh perusahaan. Bukan hanya di perusahaan yang sudah memiliki JobDesc. Bahkan perusahaan yang belum punya pun berlomba mempekerjakan konsultan HRD untuk membuat JobDesc. Nasihat terbaik saya kepada Anda soal ini adalah;"Pahamilah dokumen JobDesc Anda, lalu segeralah lupakan dia!" Lho, mengapa harus melupakan JobDesc itu?
 
Selama bekerja sebagai seorang profesional di perusahaan Multinasional, saya telah menangani berbagai macam posisi. Selama itu pula saya langsung melupakan JobDesc jabatan saya sesaat setelah saya memahaminya. Tetapi, saya perlu sampaikan bahwa justru dengan cara seperti itu saya mendapatkan karir yang relatif lebih baik dibandingkan rata-rata orang lain yang memulai karir seperti saya. Itulah sebabnya, mengapa saya sangat percaya diri untuk menyampaikan nasihat itu kepada Anda. Untuk membantu Anda memahaminya, ijinkan saya menjelaskan 5 fakta tidak terbantahkan tentang JobDesc.  Berikut ini uraiannya.
 
1.      JobDesc itu dibuat dalam ukuran rata-rata. Setiap JobDesc dibuat untuk mengakomodasi aspek-aspek pekerjaan yang harus ditangani oleh seseorang yang memegang jabatan tertentu. Tidak peduli siapa orang yang memegang jabatan itu, maka dia harus memenuhi tuntutan JobDesc itu. Supaya semua pemegang jabatan mampu memenuhinya, maka JobDesc harus dibuat sedemikian rupa sehingga semua orang dapat memenuhinya. Artinya, JobDesc dibangun dengan standard rata-rata manusia. Percayakah jika saya katakan bahwa Anda adalah seorang pribadi unggul yang melebihi rata-rata manusia? Jika Anda percaya, maka Anda harus bekerja melampaui JobDesc itu; karena dia dibuat sekedar untuk mewakili manusia rata-rata.
 
2.      JobDesc menjebak Anda dalam standard yang rendah. Segala sesuatu yang dibuat dengan ukuran rata-rata selalu memiliki standar yang rendah. Itu sudah pasti bagi mereka yang memiliki standard tinggi. Sekarang coba perhatikan, bagaimana akhir kehidupan orang-orang yang bermain dengan standar yang rendah? Pencapaian dalam hidupnya juga rendah, bukan? Saya tidak yakin jika Anda hanya ingin membuat pencapaian yang rendah dalam hidup Anda. Jadi, lupakan JobDesc Anda yang berstandard rendah itu, dan berusahalah untuk melampauinya.
 
3.      JobDesc meninabobokan Anda dalam kata 'selesai'. Coba perhatikan, setiap kali Anda berhasil menyelesaikan semua tugas yang tertera dalam JobDesc. Anda mengatakan kepada diri sendiri dan atasan Anda; "Saya sudah selesai, Pak." Lalu Anda benar-benar selesai. Padahal, Anda memiliki kapasitas diri yang masih belum terdayagunakan. Semua kapasitas tinggi itu tidak dipakai karena Anda merasa semuanya sudah selesai. Jadi, segeralah lupakan JobDesc Anda, karena secara pelan-pelan dia membunuh potensi diri Anda.
 
4.      Anda berambisi untuk meraih karir yang lebih tinggi. Setiap jabatan yang lebih tinggi, pasti tuntutan JobDescnya juga lebih tinggi. Agar Anda dinilai layak menduduki jabatan tinggi, maka Anda harus terlebih dahulu menunjukkan bahwa anda memang mampu menangani tugas dan tanggungjawab yang lebih tinggi. Jika Anda terus menerus bermain dalam JobDesc sekarang yang rendah itu, maka Anda tidak akan mampu menunjukkan kemampuan Anda yang sesungguhnya. Maka akan sangat sulit bagi Anda untuk mendapatkan karir yang lebih tinggi. Sebaliknya, jika Anda lupakan JobDesc Anda dengan melampui kinerja yang dituntutnya, maka akan sangat mudah untuk melihat bahwa Anda pantasnya bukan di posisi itu, melainkan di tempat yang lebih tinggi.
 
5.      JobDesc sudah sejak lama ditinggalkan para pesaing tangguh. Tahukah Anda mengapa ada orang-orang yang sedemikian cepatnya melesat dalam jalur cepat perjalanan karir mereka? Anda benar. Karena para pesaing tangguh itu sudah sejak lama meninggalkan JobDesc mereka dan melaju dengan standard pribadi mereka yang sangat tinggi. Ketika kebanyakan orang bermain dalam kubik kecil ruang kerja mereka, para pesaing tangguh itu menerapkan standard kelas dunia. Makanya, tidak heran jika mereka sangat sulit untuk dikejar kebanyakan orang.
 
Menjadi professional yang unggul itu bukan berarti menjadi seseorang yang tidak pernah melakukan kesalahan. Saya pribadi pun melakukan banyak kesalahan. Sampai hari ini, kesalahan demi kesalahan saya buat; lalu belajar dari kesalahan itu. Selama proses itu berlangsung terus, maka saya yakin jika dari hari ke hari; saya meningkatkan patokan standard yang saya tetapkan.
 
Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman  - 23 Mei 2011
Book Author & Master Trainer Natural Intelligence
http://www.dadangkadarusman.com/training-programs/
Contact person in-house training: Ms. Vivi - 0812 1040 3327
 
Catatan Kaki:
Mereka yang bekerja sekedar untuk memenuhi tuntutan Job Desc belaka, hanya akan sampai kepada pencapaian rata-rata tanpa keunggulan apa-apa.
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain.
 
Follo DK twitter@dangkadarusman

Follow DK on Twitter @dangkadarusman

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
.

__,_._,___
[gudang-ilmu] Artikel: Sikap Bawahan Yang Paling Tidak Disukai Atasannya

[gudang-ilmu] Artikel: Sikap Bawahan Yang Paling Tidak Disukai Atasannya

 

Artikel: Sikap Bawahan Yang Paling Tidak Disukai Atasannya
 
Hore, Hari Baru! Teman-teman.
 
Penilaian atasan terhadap bawahan memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangan karir setiap karyawan. Sayangnya banyak orang yang secara sadar atau tidak malah menunjukkan sikap-sikap yang menimbulkan penilaian negatif dari atasannya. Anehnya dalam sikap negatifnya itu, mereka masih saja berharap agar atasannya tetap memberi penilaian yang baik kepadanya. Jika sudah demikian, apa alasannya bagi atasan untuk memberikan penilaian positif kepada bawahan?
 
Setiap atasan membutuhkan bawahan yang bisa diandalkan dan dapat dipercaya. Bawahan yang memenuhi kedua kriteria itu dicirikan dengan kesediaannya untuk menjauhi dikap-sikap buruk yang tidak disukai oleh atasan manapun di dunia ini. Ijinkan saya untuk menjelaskan 5 sikap yang harus Anda jauhi jika Anda berada dalam posisi sebagai seorang bawahan.   Berikut ini uraiannya.
 
1.      Hitung-hitungan. Benar bahwa segala sesuatu harus ada hasilnya. Juga benar jika menuntut bayaran yang layak bagi setiap pekerjaan yang dilakukan. Namun, sungguh sangat melelahkan kalau harus berurusan dengan anak buah yang hanya mau bekerja extra dengan iming-iming imbalan. Jika diajak untuk berjuang dengan gigih mengungkit-ungkit soal besar kecilnya gaji atau bayaran. Padahal, karir masa depan itu tidak bisa diraih dengan cara hitung-hitungan jangka pendek. Justru orang yang bersedia berkontribusi lebih banyak tanpa hitung-hitungan sekarang yang dimasa depan biasanya mendapatkan kepercayaan lebih besar. Tanggungjawab lebih banyak. Dan tentu saja, secara otomatis bayaran yang lebih tinggi.
 
2.      Sering mengeluh. Tidak ada keluhan yang enak didengar. Apa lagi jika keluhan itu datang dari bawahan tentang pekerjaan yang seharusnya bisa diselesaikannya dengan baik. Atau tentang masalah keluarganya yang tidak harmonis. Atau tentang pendapatannya yang tidak kunjung mencukupi keinginan. Satu hal yang pasti, setiap orang memiliki masalahnya masing-masing. Hanya saja, ada yang menghadapinya dengan teguh hati, dan ada yang 'mengumbarnya' dengan lidah kesana kemari. Para atasan tidak memiliki cukup waktu untuk menampung seluruh keluhan. Jadi, keluhan biasanya tidak membuat penilaian atasan menjadi lebih baik, malah sebaliknya.
 
3.      Sulit diajak kerjasama. Zaman sekarang, nyaris tidak ada pekerjaan yang bisa dituntaskan sendirian. Bahkan pekerjaan yang Anda kira dari A sampai Z Anda kerjakan sendiri pasti terkait dan masih harus diteruskan oleh orang atau departemen lain. Tidak peduli sehebat apapun kemampuan seorang bawahan, jika dia sulit untuk diajak kerjasama maka dia hanya akan menimbulkan banyak masalah. Itulah sebabnya kesediaan untuk bekerjasama merupakan salah satu kebutuhan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.
 
4.      Pasif alias tidak memiliki inisiatif. Atasan tidak mungkin mampu untuk selalu menjelaskan secara detail apa yang harus dilakukan dan bagaimana caranya, sampai kapan, kemudian setelah itu apa dan seterusnya. Bawahan yang pasif atau tidak mau mengambil inisiatif biasanya ketinggalan jauh dari teman-temannya. Maka wajar jika atasan tidak memberikan cukup perhatian kepada bawahan seperti itu. Segeralah ubah sikap pasif menjadi aktif, penuh inisiatif positif, dan tindakan kontributif.
 
5.      Menggunjingkan kekurangan atasan dibelakangnya. Karena tidak ada manusia yang sempurna, maka atasan Anda bukanlah orang yang sempurna. Tetapi tidak berarti bawahan memiliki kewenangan untuk menggunjingkan atasan dibelakangnya. Jika memang ada masukan dan kritik, sebaiknya disampaikan kepada atasan dengan cara yang elegan sehingga dia bisa mengambil tindakan nyata untuk melakukan perbaikan. Tetapi, jika pun kondisi tidak memungkinkan untuk melakukannya, maka menggunjingkan keburukan mereka dibelakang hanya akan memperburuk keadaan.
 
Para atasan senantiasa mencari bawahan yang benar-benar bisa diandalkan, bukan hanya untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai tuntutan, namun juga mereka yang memiliki sikap positif. Menghindari ke-5 sikap buruk diatas adalah kuncinya.
 
Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman  - 20 Mei 2011
Book Author & Master Trainer Natural Intelligence
http://www.dadangkadarusman.com/training-programs/
Contact person in-house training: Ms. Vivi - 0812 1040 3327
 
Catatan Kaki:
Satu sikap buruk bawahan bisa merusak semua sikap positif yang dimilikinya. Maka membuang semua sikap buruk sangat penting bagi kelangsungan karir seseorang.
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain.

Follow DK on Twitter @dangkadarusman

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.


Get great advice about dogs and cats. Visit the Dog & Cat Answers Center.

.

__,_._,___
[gudang-ilmu] Artikel: Sikap Atasan Yang Paling Tidak Disukai Bawahannya

[gudang-ilmu] Artikel: Sikap Atasan Yang Paling Tidak Disukai Bawahannya

 

Artikel: Sikap Atasan Yang Paling Tidak Disukai Bawahannya
 
Hore, Hari Baru! Teman-teman.
 
Kita sering mengira hanya bawahan yang sangat ingin sekali untuk disukai oleh atasannya. Faktanya, setiap atasan pun ingin disukai oleh bawahannya. Disukai, tidak berarti semua bawahan mengagung-agungkan, memuji-muji, atau hal-hal superficial lainnya. Secara esensi, disukai bawahan lebih bermakna pengakuan dalam hati bawahan bahwa atasannya sudah menjalankan fungsinya dengan sebaik-baiknya. Jadi, meskipun mereka sering protes, misalnya; mereka tetap mengakui bahwa kita adalah atasan yang baik. Apakah Anda sudah menjadi atasan seperti itu?
 
Dalam artikel sebelumnya, saya sudah membahas 5 hal yang diharapkan oleh bawahan dari atasannya. Semoga artikel itu bisa membantu Anda untuk memperindah kualitas kepemimpinan Anda. Sekarang, ijinkan saya berbagi hasil pengamatan tentang 5 hal yang menyebabkan bawahan sebel sekali kepada atasannya. Menghindarinya akan meningkatkan efektivitas kepimimpinan seorang atasan. Berikut ini uraiannya.
 
1.      Sok kuasa. Setinggi apapun jabatan seseorang, jika hal itu hanya menyebabkannya sok kuasa maka dia hanya akan mendapatkan cemoohan 'tidak terdengar' dari orang-orang yang dipimpinnya. Mengapa? Karena tidak ada satupun manusia di muka bumi ini yang menyukai orang-orang sok kuasa. Oleh para 'licker' sikap sok kuasa atasan bisa dimanfaatkan untuk kepentingan mereka sendiri, sehingga akan memperburuk suasana. Mereka yang pandai mencari muka atasan berebut untuk mendekat, sedangkan mereka yang benar-benar professional akan semakin tersisih. Atasan yang sok kuasa, jarang yang mampu untuk membangun kinerja team secara optimal.
 
2.      Tidak sejalan antara kata dan perbuatan. Apa yang bisa dipegang dari seorang manusia selain kata-katanya? Maka setiap kata yang diucapkan oleh seorang atasan adalah jaminan dari perilaku dan tindakannya. Sikap plin-plan, sangat membingungkan bawahan. Kebiasaan untuk 'menelan ludah sendiri', menyebabkan hilangnya kepercayaan dari bawahan. Menyuruh bawahan berdisiplin sedangkan dirinya sendiri bertindak sesuka hati, sangat menyebalkan bagi bawahan.
 
3.      Melempar tanggungjawab kepada bawahan. Fungsi atasan adalah untuk memastikan bahwa setiap orang yang ada dalam unit kerja yang dipimpinnya dapat menjalankan perannya masing-masing dengan sebaik-baiknya. Jika hasilnya tidak sesuai harapan, maka kewajiban atasan untuk mengambil tanggungjawab; lalu mengambil langkah-langkah perbaikan. Selain menandakan ketidakmampuan dalam memimpin, melempar tanggungjawab juga sangat melukai perasaan bawahan. Makanya, atasan yang seperti itu   sangat dibenci oleh bawahan.
 
4.      Mengklaim keberhasilan team sebagai prestasi pribadinya. Tidak ada prestasi tinggi yang kita buat sendirian. Pasti ada kontribusi orang lain dalam setiap pencapaian tinggi yang kita raih. Apalagi jika kita berada pada posisi yang tinggi; pastilah orang-orang yang kita pimpin lebih banyak bekerja daripada kita. Memang benar, ada kontribusi kepemimpinan kita yang menyebabkan mereka bekerja dengan baik. Namun, kepemimpinan sama sekali tidak memiliki makna tanpa mereka yang kita pimpin. Jadi, mengklaim pencapaian team seolah-olah prestasi atasan semata sungguh berlawanan dengan logika maupun hati nurani.
 
5.      Sering menghilang, pada saat seharusnya berada di tempat. Memang benar, kinerja bagus bawahan tanpa kehadiran atasan menunjukkan efektivitas kepemimpinan. Tetapi, jika atasan sering menghilang pada saat seharusnya mereka ada; memperlihatkan adanya masalah dalam kepemimpinan. Jika berada di luar kantor pada jam kerja, maka seharusnya itu untuk urusan dan kepentingan kantor juga. Berada dimanapun tetap tepat, jika seorang atasan focus kepada tugas-tugas yang harus diembannya sebagai seorang pemimpin.
 
Kematangan kepemimpinan seseorang bukanlah status yang statis, melainkan sebuah proses dinamis yang berjalan dari waktu ke waktu. Satu hal yang berlaku secara universal; atasan yang baik itu, pasti dihormati dan disegani oleh bawahannya.
 
Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman  - 19 Mei 2011
Book Author & Master Trainer Natural Intelligence
http://www.dadangkadarusman.com/training-programs/
Contact person in-house training: Ms. Vivi - 0812 1040 3327
 
Catatan Kaki:
Salah satu penyebab mengapa seorang atasan 'tidak dianggap' oleh bawahan adalah karena dia tidak berperilaku sesuai norma dan nilai-nilai yang berlaku secara universal.
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain.
 
Follo DK twitter@dangkadarusman

Follow DK on Twitter @dangkadarusman

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
.

__,_._,___

Blogger news